Biografi Muqatil bin Sulaiman
Muqatil bin Sulaiman alias Muqatil bin Sulaiman bin Basyir al-Balkhi al-Adzi atau yang dikenal dengan kauniyah al-Tha‘labi lahir di Balkh pada tahun 80 Hijriyah atau 700 Masehi. Beliau termasuk ulama ahli tafsir yang cukup terkenal di zamannya. Karyanya telah banyak dikenal, contohnya tafsir al-kabir, Al-Wujuh wa Al-Naza’ir fi Al-Qur’an Al-‘Azim, Al-Ayat al-Mutasyabihat. Banyak ulama yang mengakui akan kecerdasannya, contohnya seperti Imam Syafi’i . Menurut imam Syafi’i apabila ada seseorang yang ingin mengkaji dan mendalami Al-Quran supaya menjadikan Muqatil sebagai panutannya. Semasa hidupnya, beliau berkeliling dari satu kota kekota lain untuk memuaskan hasrat keintelektualitasnya. Perjalanannya dimulai dari daerahnya sendiri yaitu Balkh kemudian pindah Marw lalu menuju kota Irak dan menetap di Basrah. Tak sampai disitu, beliau juga pergi menuju Baghdad. Selama perjalanannya, beliau sering berguru kepada ulama besar contohnya seperti Thabiat al-Banani, Sa’id al-Maqribi, ‘Ata’ bin Abi Rabah, Ubaidillah bin Abi Bakar bin Anas bin Malik, ‘Ata bin Abi Rabah, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, naïf Maula ibn Umar, Mujahid bin Muhammad bin Sirin, Abu Ishal al-Sabi’i, Abu Zabsir al-Makki, dan masih banyak lagi..Meskipun begitu kredibilitas periwayatan hadistnya masih dikategorikan ditingkat yang rendah. Artinya, periwayatan hadist Muqatil masih diasingkan. Hal ini dikarenakan julukan si pendusta hadist dan seorang mujassimah dari kaum teolog. Mujassimah beranggapan bahwa Alloh memiliki sifat fisik seperti makhluknya Namun pada akhirnya tuduhan ini dinyatakan tidak benar sebab tidak ada dasar agrumentasi yang kuat.
Pemikiran Muqatil bin Sulaiman
Muqatil bin Sulaiman merupakan ahli tafsir yang cukup aktif. Namun penafsiran beliau banyak ditentang oleh beberapa ulama. Para ulama menyatakan bahwa tafsir Muqotil lebih mengarah pada paham Tajsim. Tajsim adalah menyerupakan sifat dan dzat Alloh dengan makhluknya. Hal ini dapat terlihat nyata dalam tafsiran ayat Al-Quran mengenai kata istawa dan yamin. Menurut Muqatil bin Sulaiman kata istawa yang terdapat dalam Q.S Thoha: 5, Q.S Al-A’raf: 54, Q.S Al-Hadid: 4, dan Q.S Fushilat: 11 bermakna menetap, artinya Alloh menetap disuatu tempat dan duduk di singgasananya sebelum menciptakan langit dan bumi. Selanjutnya makna kata yamin dalam Q.S Az-Zumar;67 bermakna tangan kananya Alloh, artinya Alloh memiliki anggota tubuh seperti makhluknya. Selain kata tersebut masih banyak lagi penafsiran beliau yang kontroversial.
Karya Muqatil bin Sulaiman
Muqatil bin Sulaiman termasuk ahli tafsir yang cukup produktif .Dibuktikan dengan adanya karya ilmiah yang telah beliau karang, salah satunya al-Tafsir al-Kabir. Tujuan penulisan kitab ini agar pengetahuannya mengenai al-Qur’an dapat bermanfaat untuk umat Islam. Al-Tafsir al Kabir menggunakan metodeal-tafsir al-tahlilii, yaitu metode tafsir yang mennjelaskan secara gambling maksud ayat Al-Qur’an dalam sisi asbabul nuzul, munasabah, dan kebahasaannya. Muqotil mengelompokkan penafsirannya dalam 5 jilid. Berikut perinciannya:
1. Jilid 1 berisi Muqadimah pentahqiq, ‘Abdullah Mahmud Shahatah, dan pembahasan mengenai naskah-naskah kuno yang terkait dengan Tafsir Muqatil bin Sulaiman
2. Jilid 2 berisi tafsir Q.S al-A’raf Tafsir Q.S Maryam
3. Jilid 3 berisi tafsir Q.S Taha- Tafsir Q.S al-Jathiyah
4. Jilid 4 berisi tafsir Q.S al-Ahqaf-tafsir Q.S al-Nas
5. Jilid 5 berisi Penelitian pentahqiq kitab sebagai penutup dan penjelasan mengenai biografi beserta karakteristik Tafsir Muqātil bin Sulayman