Mohon tunggu...
ameliana t p novianti
ameliana t p novianti Mohon Tunggu... Guru - GURU KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA/DKV SMK

Bertugas di SMK Negeri 1 Simpang Katis Kab. Bangka Tengah Prov. Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Usaha Empek-Empek Ubi Terhenti karena Pandemi

7 Februari 2021   18:05 Diperbarui: 10 Februari 2021   00:19 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibok Sulas, Penjual Empek-Empek Ubi Yang Terhenti Karena Pandemi (Foto: Dok. Pribadi)

Kulit yang gelap terbakar sinar mentari, peluh keringat membasahi sisi kiri dahi, guratan kerut yang terlihat nyata dibalut dengan pakaian yang seadanya, beginilah sosok dari seorang yang dikenal dengan nama Ibok Sulas yang saya temui pagi hari ini. 

Di masa pandemi sekarang, beliau alih profesi menjadi asisten rumah tangga. Wanita yang selalu tersenyum dan menampilkan barisan gigi yang tidak rata ini kerap bersedia melakukan pekerjaan serabutan juga semisal mencabut rumput liar di halaman rumah tetangganya seperti yang dilakukan pagi ini ketika saya datang dan berbincang dengannya.

Ibok Sulas Kerja Serabutan Mencabut Rumput Dihalaman Rumah Tetangganya (Foto: Dok. Pribadi)
Ibok Sulas Kerja Serabutan Mencabut Rumput Dihalaman Rumah Tetangganya (Foto: Dok. Pribadi)

Semasa produktif dahulu, beliau bekerja sebagai guru salah satu sekolah dasar swasta di Pangkalpinang. penghasilan sebagai guru yang dihitung per jam mengajar tak cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. 

Apapun yang bisa menghasilkan uang beliau jual. Sembari melaksanakan tugasnya mengajar kelas rendah (kelas 1 dan 2 SD), ia berjualan dengan menitipkan dagangannya di kantin sekolah. Jika jualannya belum habis sementara siswa kelas rendah sudah pulang, beliau sendiri yang menawarkan dagangannya ke siapapun termasuk orangtua siswa yang menjemput anaknya. 

Beliau tak pernah malu berjualan, toh ini merupakan pekerjaan yang halal, begitu tuturnya.  Beliau memang bukan koki handal tetapi beliau memastikan apa yang dimasak untuk dijual adalah makanan sehat yang mana bahan baku serta bahan penunjangnya tidak membahayakan anak-anak. 

Beliau berjualan nasi kuning yang dibungkus dengan daun pisang dan empek-empek dos (makanan seperti pempek biasanya dibuat dari campuran gandum dan sagu tanpa ikan) tapi Ibok Sulas membuat empek-empek dos dari nasi dicampur sagu. katanya kalau bahannya dari nasi, anak-anak akan kenyang lebih lama. Jika musim buah tiba dan pohon jambu air dibelakang rumahnya berbuah lebat, ia sangat riang karena buah jambu tersebut dapat ia buat manisan dan dijual di sekolah yang sama.

Begitulah sosok Ibok Sulas, teduh, penuh kesabaran, sederhana, dan tak pernah mengeluh.  Wanita berusia hampir enam puluh tahun ini dan suaminya serta anak lelakinya tinggal di pinggiran kota pangkalpinang di sebuah rumah yang sederhana. Suaminya sakit-sakitan yang menyebabkan kehilangan pekerjaan dan pendapatan keluarga. Namun Ibok Sulas tak pernah menyesal menikah dengan suaminya. Baginya semua yang diberikan Tuhan harus disyukuri apapun bentuknya dan bagaimanapun keadaannya.

Kini, seiring usianya yang semakin menua dan kiprahnya sebagai guru SD telah digantikan oleh lulusan sarjana pendidikan sekolah dasar yang lebih muda. Lantas untuk menyambung hidup, beliau  membuka usaha berjualan empek-empek berbahan utama ubi (singkong) dan ikan. Harga jualnya pun murah, satu puntung empek-empek lenjer ukuran sekitar 20cm beliau jual dengan harga lima ribu rupiah namun rasanya lembut dan pecah dilidah.

Pesanan Saya Dahulu, Empek-Empek Ubi Ibok Sulas Yang Langsung Digoreng  (Foto: Dok. Pribadi)
Pesanan Saya Dahulu, Empek-Empek Ubi Ibok Sulas Yang Langsung Digoreng  (Foto: Dok. Pribadi)
Bagi konsumen yang sudah menjadi pelanggan Ibok Sulas, mereka biasanya mampir ke rumah Ibok Sulas saat hendak pergi kerja untuk memesan dengan jumlah tertentu dan setelah pulang kerja mereka mengambil pesanannya. Anak lelaki Ibok Sulaspun ikut membantu memasarkan Empek-Empek Ubi Ibok Sulas dengan sistem order dan diantar sendiri  oleh anaknya bukan melalui aplikasi karena ia merasa fee 20 persen sesuai ketentuan aplikasi dirasa berat untuk dibayar dari usahanya ini. 

Beliau juga tak mau menjual terlalu mahal. Oleh sebab itu, beliau menjualnya secara mandiri. Sungguh tiada hal yang lebih membuat Ibok Sulas bahagia selain dipenghabis hari empek-empek buatannya habis terjual walaupun omset terbanyak yang beliau terima setiap hari tak pernah lebih dari seratus lima puluh ribu rupiah.

 Proses Merebus Empek-Empek Ubi (Foto: Dok. Pribadi)
 Proses Merebus Empek-Empek Ubi (Foto: Dok. Pribadi)

Seperti orang yang menyandarkan kepulan asap dapur dari hasil jualan, Ibok Sulas juga merasakan suka dan duka berjualan. Beliau menuturkan bahwa ada saja cobaan jika memang rezeki itu bukan ditakdirkan untuknya. 

Suatu ketika beliau pernah mendapatkan order seratus puntung Empek-Empek Ubi dan beliau sangat gembira mendapatkan orderan sebanyak itu. Dikerahkanlah tenaga suami dan anak lelakinya untuk membantu menyelesaikan orderan tersebut dan mereka begadang sepanjang malam. 

Namun malang tak dapat ditolak, mujur tak bisa diraih, si pemesan tak kunjung mengambil pesanannya sesuai dengan jam yang disepakati, dihubungi pun tidak ada jawaban, akhirnya diputuskan Ibok Sulas untuk menjual Empek-Empek Ubi tersebut dengan harga merugi hanya agar dihari berikutnya beliau bisa kembali berjualan dengan memutar uang yang didapatnya dihari tersebut.

Usaha Empek-Empek Ubi Yang Dijual dengan Sistem Order dan Diantar Sendiri ke Pembeli (Foto: Dok. Pribadi)
Usaha Empek-Empek Ubi Yang Dijual dengan Sistem Order dan Diantar Sendiri ke Pembeli (Foto: Dok. Pribadi)
Disamping kisah sedih diatas, ada pula suka yang ia rasakan selama berjualan. Beliau bercerita dengan wajah yang berbinar-binar dan sudut bibir melengkung keatas bahwasanya banyak orang baik yang mengikhlaskan kembaliannya padahal ia memberikan kembalian kepada pembeli. 

Ia berujar sambil menyeka bulir air mata yang mulai jatuh dari sudut matanya yang tak lagi simetris bentuknya "sungguh, amat sangat baik pembeli si A, si B, si C" sembari ia menceritakan kejadian suka cita yang diterimanya. Baginya, pembeli yang mengikhlaskan kembalian lima ribu rupiah merupakan kebahagiaan yang membuatnya haru biru.

Empek-Empek Ibok Sulas Juga Dapar Dimakan Langsung Tanpa Digoreng (Foto: Dok. Pribadi)
Empek-Empek Ibok Sulas Juga Dapar Dimakan Langsung Tanpa Digoreng (Foto: Dok. Pribadi)
Namun, efek dari Pandemi Covid-19 bukan hanya menghampiri Ibok Sulas tetapi juga meluluhlantakkan usahanya. Orang-orang mulai ketakutan untuk membeli jualannya karena situasi pandemi dan beliau pun perlahan kehilangan pembeli. Modal yang harusnya bisa diputar malah beliau gunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan akhirnya beliau kehabisan modal sama sekali untuk memulai berjualan kembali. 

Beliau banting stir menjadi asisten rumah tangga dan kerja serabutan  kendati kondisi rentanya tak cukup bertenaga untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat. Hidup harus terus berjalan dan beliaupun pasrah jika memang ini adalah takdir yang harus dilaluinya. Beliau hanya meminta diberi kesehatan dan kekuatan oleh Tuhan agar dapat terus menafkahi keluarganya terutama suaminya karena anak lelakinya sudah bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bertanam cabe dibelakang rumah mereka. 

Jauh di dalam sanubarinya, beliau berharap dapat berjualan Empek-Empek Ubi lagi karena itu sudah menjadi passion dirinya.  Semoga pandemi ini segera pergi dan Ibok Sulas bisa mendapatkan bantuan modal usaha untuk berjualan Empek-Empek Ubi kembali.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun