Mohon tunggu...
ameliana t p novianti
ameliana t p novianti Mohon Tunggu... Guru - GURU KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA/DKV SMK

Bertugas di SMK Negeri 1 Simpang Katis Kab. Bangka Tengah Prov. Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Digitalisasi Belajar Menggunakan Schoology di Masa Pandemi

21 Juni 2020   09:51 Diperbarui: 21 Juni 2020   09:56 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa Mengikuti Kegiatan Belajar Dimasa Pandemii Covid-19, Juni 2020

Teknologi internet pertama kali digunakan publik Indonesia sejatinya sekitar tahun 1994 walau euforianya baru terasa kurang lebih satu dasawarsa terakhir. Euforia yang dimaksud adalah lahirnya bermacam-macam platform informasi dan komunikasi berbasis internet yang juga dikenal dengan istilah platform daring.

Ironinya dunia yang sedang berada pada kondisi hiperkonektivitas tak berbanding lurus dengan hiperkonektivitas pada ranah pendidikan. Padahal ada banyak plaftorm pembelajaran daring yang mulai eksis di internet bak jamur yang bermunculan dimusim hujan.

Di masa pandemi ini, mau tidak mau suka tidak suka pembelajaran yang biasanya dilakukan di ruang-ruang kelas sementara dipindahkan ke ruang-ruang dalam rumah. 

Hal ini dilakukan oleh seluruh sekolah secara masif pasca terbitnya surat edaran dari  menteri pendidikan dan kebudayaan tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19 yang salah satu poinnya adalah pembelajaran dilakukan dari rumah. Maksudnya siswa bukan diliburkan tetapi siswa dan guru tetap melakukan kegiatan pembelajaran hanya saja dilakukan dari rumah masing-masing.

Istilah the power of kepepet mungkin dapat menggambarkan situasi penulis ketika pembelajaran harus dilakukan melalui daring. Terkadang kita memang harus dipaksa oleh keadaan untuk dapat berubah, mencoba sesuatu yang baru bagi sebagian orang sama artinya dengan keluar dari zona nyaman, padahal setelah menyelami hal baru tersebut, nyatanya memang tak sesulit yang diperkirakan sebelumnya. 

Pernyataan ini berdasar pengalaman empiris penulis melakukan kegiatan pembelajaran melalui moda daring. Penulis merupakan salah satu guru di SMK Negeri 1 Kelapa dimana rekan-rekan sejawat penulis memilki banyak pengalaman menggunakan platform pembelajaran moda daring. Setelah berdiskusi dan melalui berbagai pertimbangan, penulis dan rekan-rekan guru dalam lingkup satu sekolah sepakat untuk menggunakan platform pembelajaran yang dapat mengakomodasi semua kelas dalam satu naungan sekolah.

Seperti yang kita ketahui, banyak platform pembelajaran kelas online berseliweran di internet.  Akan tetapi, beberapa dari kelas-kelas online tersebut tidak memiliki memiliki fitur yang dapat mengintegrasikan semua guru dalam satu naungan sekolah atau penulis mengistilahkan platform-platform tersebut sebagai stand-alone classes. 

Berbeda dengan Schoology yang memiliki fitur yang dapat mengintegrasikan kelas-kelas dalam satu naungan sekolah sehingga siswa dan guru tetap merasakan suasana lingkungan belajar disekolah  walaupun secara virtual. Orangtua siswapun dapat memantau sejauh mana perkembangan belajar anaknya. 

Terkhusus untuk guru, dikarenakan berada dalam satu platform, sinergi dan kerjasama guru-guru dalam mengelola pembelajaran dari rumah dapat semakin terkoneksi erat, sebut saja semisal saling menyemangati, saling berbagi gagasan, saling memberikan solusi, dan saling bertukar ikhwal-ikhwal positif lainnya. 

Pada pertengahan tahun 2019, Schoology sedikitnya telah digunakan lebih dari 60.000 sekolah dari berbagai belahan dunia. Ini artinya, Schoology merupakan salah satu platform pembelajaran moda daring yang layak dicoba utamanya dalam mendigitalisasi pembelajaran di sekolah. 

Layaknya penggunaan e-learning di internet pada umumnya, untuk dapat menggunakan Schoology, pengguna harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Pengguna dapat memilih mendapatkan akses sebagai guru, siswa, ataupun orangtua siswa. 

Schoology sebagai Virtual Learning Enviroment atau lingkungan belajar virtual berbasis sekolah ini dapat dimanfaatkan secara gratis bahkan Schoology telah tersedia pada perangkat mobile device yang dapat diunduh via Playstore untuk Android dan Appstore untuk IOS Apple.

Persis seperti guru melakukan kegiatan pembelajaran bersama dengan siswa di kelas tatap muka, Schoology juga dapat melakukan hal tersebut. Mulai dari mengecek kehadiran siswa (hadir, terlambat, dan tidak masuk), menjelaskan materi baik secara tertulis, audio, maupun video, melakukan diskusi dua arah, memberikan tugas dan latihan soal, mengukur ketercapaian siswa melalui berbagai macam bentuk evaluasi, serta fitur-fitur lain yang tak kalah bermanfaatnya.

Kemudian, bagi siswa yang sering menggunakan facebook, mereka tak akan asing dengan tampilan Schoology karena tampilan Schoology memang menyerupai tampilan facebook. 

Hanya teknisnya saja yang berbeda. Penggunaan Schoology lebih mudah karena siswa tidak perlu mendaftar, cukup memasukan kode akses kelas sebagai bentuk loginnya. Siswa telah terkoneksi dan siap untuk mengikuti pembelajaran dengan guru pada kelas tersebut.

Nampaknya Schoology paham bahwasanya orangtua juga memiliki peran serta dalam memantau perkembangan belajar anaknya. Oleh karena itu, Schoology juga menyediakan fasilitas untuk orangtua. Sama halnya dengan siswa, para orangtua cukup memasukan kode kelas untuk memantau kemajuan belajar anaknya. 

Ada banyak tutorial cara penggunaan Schoology di internet berbentuk video maupun tulisan bagi guru/instruktur, siswa, maupun orangtua siswa yang dapat dipelajari secara mandiri. Selain karena Schoology dapat mengintegrasikan kelas-kelas dalam satu sekolah, penulis dan rekan-rekan guru SMK Negeri 1 Kelapa memilih Schoology juga karena platform learning management system ini sangat user friendly atau mudah digunakan baik oleh guru, siswa, maupun orangtua.

Schoology memberikan pengalaman bahwa sejatinya mengajar juga dapat dilakukan tanpa adanya ruangan kelas. Masa darurat karena penyebaran Covid-19 saat ini mengajarkan penulis meresapi makna salah satu ayat dari kitab suci Al-Qur'an: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri". 

Guru sebagai garda terdepan bangsa memiliki tanggung jawab mencetak anak bangsa yang berkualitas secara holistik. Mari kita ubah nasib bangsa kita menjadi bangsa yang maju dimulai dari 3M, Mulai dari sekolah kita sendiri, Mulai dari sekarang, Mulai melakukan digitalisasi pembelajaran disekolah yang salah satunya dapat memanfaatkan Platform E-learning Schoology.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun