Teknologi internet pertama kali digunakan publik Indonesia sejatinya sekitar tahun 1994 walau euforianya baru terasa kurang lebih satu dasawarsa terakhir. Euforia yang dimaksud adalah lahirnya bermacam-macam platform informasi dan komunikasi berbasis internet yang juga dikenal dengan istilah platform daring.
Ironinya dunia yang sedang berada pada kondisi hiperkonektivitas tak berbanding lurus dengan hiperkonektivitas pada ranah pendidikan. Padahal ada banyak plaftorm pembelajaran daring yang mulai eksis di internet bak jamur yang bermunculan dimusim hujan.
Di masa pandemi ini, mau tidak mau suka tidak suka pembelajaran yang biasanya dilakukan di ruang-ruang kelas sementara dipindahkan ke ruang-ruang dalam rumah.Â
Hal ini dilakukan oleh seluruh sekolah secara masif pasca terbitnya surat edaran dari  menteri pendidikan dan kebudayaan tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19 yang salah satu poinnya adalah pembelajaran dilakukan dari rumah. Maksudnya siswa bukan diliburkan tetapi siswa dan guru tetap melakukan kegiatan pembelajaran hanya saja dilakukan dari rumah masing-masing.
Istilah the power of kepepet mungkin dapat menggambarkan situasi penulis ketika pembelajaran harus dilakukan melalui daring. Terkadang kita memang harus dipaksa oleh keadaan untuk dapat berubah, mencoba sesuatu yang baru bagi sebagian orang sama artinya dengan keluar dari zona nyaman, padahal setelah menyelami hal baru tersebut, nyatanya memang tak sesulit yang diperkirakan sebelumnya.Â
Pernyataan ini berdasar pengalaman empiris penulis melakukan kegiatan pembelajaran melalui moda daring. Penulis merupakan salah satu guru di SMK Negeri 1 Kelapa dimana rekan-rekan sejawat penulis memilki banyak pengalaman menggunakan platform pembelajaran moda daring. Setelah berdiskusi dan melalui berbagai pertimbangan, penulis dan rekan-rekan guru dalam lingkup satu sekolah sepakat untuk menggunakan platform pembelajaran yang dapat mengakomodasi semua kelas dalam satu naungan sekolah.
Seperti yang kita ketahui, banyak platform pembelajaran kelas online berseliweran di internet. Â Akan tetapi, beberapa dari kelas-kelas online tersebut tidak memiliki memiliki fitur yang dapat mengintegrasikan semua guru dalam satu naungan sekolah atau penulis mengistilahkan platform-platform tersebut sebagai stand-alone classes.Â
Berbeda dengan Schoology yang memiliki fitur yang dapat mengintegrasikan kelas-kelas dalam satu naungan sekolah sehingga siswa dan guru tetap merasakan suasana lingkungan belajar disekolah  walaupun secara virtual. Orangtua siswapun dapat memantau sejauh mana perkembangan belajar anaknya.Â
Terkhusus untuk guru, dikarenakan berada dalam satu platform, sinergi dan kerjasama guru-guru dalam mengelola pembelajaran dari rumah dapat semakin terkoneksi erat, sebut saja semisal saling menyemangati, saling berbagi gagasan, saling memberikan solusi, dan saling bertukar ikhwal-ikhwal positif lainnya.Â