Keberanian bukanlah ketika kita menjadi seseorang yang perkasa, keberanian adalah berani melakukan yang benar meskipun tubuh kita lemah. Tuhan mengatakan pada kita, memerintah kita, memaksa kita untuk mencintai. Cinta membuat kita rela menempatkan diri kita dalam bahaya untuk sesama manusia. Maksud dari sesama manuasia adalah saudaramu, saudarimu, tetanggamu, temanmu, dan musuhmu. Kalau kita sudah mencintai musuh kita, kita sudah mencapai kemenangan. --Pendeta Green "The Help"
Ditengah kehidupan masyarakat Indonesia sekarang ini yang sarat akan arogansi individu maupun golongan, saya merekomendasikan semua orang untuk menonton film ini bersama dengan orang-orang yang mereka kasihi. Film ini begitu istimewa karena pesan yang disampaikan didalamnya begitu kuat. Ya, laksana energi yang terbarukan, film ini membuat kita introspeksi sejenak ke dalam diri kemudian jiwa kita bak air setelah disuling, mengembalikankan kemurnian jiwa siapa saja yang menontonnya, menumbuhkan sayang setulus bunda teresa dan cinta semurni Muhammad Rasulullah.
Film The Help ini merupakan film drama sejarah Amerika Serikat yang diadposi dari buku dengan judul yang sama dan ditayangkan perdana pada tahun 2011. Film ini berkisah tentang diskriminasi ras kulit putih terhadap ras kulit hitam pada kehidupan sosial bermasyarakat dan perjuangan kesetaraan hak-hak yang dilakukan ras kulit hitam agar sejajar dengan ras kulit putih di Amerika Serikat khususnya di sebuah daerah bernama Jackson, Provinsi Mississipi, Amerika Serikat bagian selatan pada tahun 1963.
Saya tidak akan mengulas resensi film The Help ini karena siapapun bisa dengan mudah mencarinya di internet. Tulisan saya ini akan mereview apa yang bisa kita jadikan pelajaran dari diskriminasi ekstrim majikan kulit putih kepada pembantu rumah tangganya yang berkulit hitam.
Tak tertolak, perbedaan suku, agama, ras, antargolongan (SARA) antara kaum minoritas dan mayoritas kerap menimbulkan benturan- benturan pada tatanan sosial bermasyarakat. Namun, dalam film ini benturan-benturan yang terjadi sudah melangkah ke level yang lebih tinggi, sehingga berkembang liar menjadi penindasan dan kesewenang-wenangan atas hak asasi sebagai manusia bahkan berujung pada tindakan yang membahayakan jiwa terhadap kaum minoritas.
Setelah perbudakan diabolisi pada tahun 1808, ras kulit putih keukeh mempertahankan supremasinya sebagai ras terbaik dari seluruh ras yang ada di semesta sehingga walaupun perbudakan telah dihapuskan, ras kulit hitam tetap saja mendapatkan segregasi dari kaum mayoritas atau ras kulit putih. Kejadian terparah diskriminasi utamanya terhadap ras kulit hitam memang terjadi di Jackson, Mississipi sekitar tahun 1960an. bahkan Gubernur Mississippi kala itu mengatakan bahwa orang kulit hitam berbeda karena Tuhan membuatnya berbeda dengan maksud menghukumnya.
"Tidak ada orang yang seharusnya meminta wanita kulit putih mana pun untuk merawat di bangsal atau kamar tempat pria kulit hitam berada. Buku sebaiknya tidak saling dipertukarkan antara sekolah kulit putih dan kulit hitam. Tapi, sebaiknya tetap digunakan oleh ras yang pertama memakainya. Tak ada pangkas rambut kulit hitam yang melayani wanita atau gadis kulit putih.Â
Jika ada orang mencetak, mempublikasikan, atau mensirkulasikan materi tulisan yang mendorong publik menerima atau persamaan sosial antara kulit putih dan kulit hitam akan ditahan"Â Salah satu narasi dalam film The Help yang menjabarkan aturan resmi nan legal antara ras kulit putih dan kulit hitam di Provinsi Mississipi periode kala itu yang tak ayal merupakan bentuk diskriminasi terang-terangan, membuat hati kita tersayat sekaligus membuat kita memahami betapa sulitnya kehidupan yang dijalani ras kulit hitam di daerah tersebut.