Disebuah Desa yang terletak di Kabupaten Bangka Barat tepatnya di Kecamatan Kelapa berdiri Sebuah SMK Pertanian yang diapit oleh luasnya perkebunan sawit. SMK Pertanian yang sekarang berubah nama menjadi SMK Negeri 1 Kelapa dan tetap mempertahankan jurusan pertanian ini berjarak sekitar 73 KM dari Pangkalpinang, Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.Â
Layaknya sekolah-sekolah yang berada jauh dari kota, kehidupan siswa yang bersekolah di SMK ini pun kental dengan nuansa desa. Percakapan dengan bahasa daerah setempat, memasak dan makan siang bersama di sekolah adalah sekelumit aura keakraban di lingkungan sekolah ini.
Ada yang unik dari sekolah ini, Â setiap hari pada saat jam makan siang, selalu saja ada makanan yang bernama "lempah", sebuah menu masakan yang seakan menjadi menu wajib dan tidak boleh ketinggalan untuk disantap setiap hari. Ya, lempah adalah makanan khas Bangka dengan citarasa asam, pedas, sedikit manis dan disajikan berkuah dengan bahan (mereka menyebutnya dengan rampai) dapat berupa kombinasi daun-daunan tertentu yang mudah didapat dan sederhana maupun dari bahan hewani seperti ikan, ayam, udang, dan lain-lain.
Sebenarnya lempah ini adalah campuran berbagai macam bumbu dapur yang berasa pedas, asam, dan sedikit manis dimana bahan masakannya seperti sayur dan lauk tergantung selera masing-masing, dapat dicampur jadi satu dapat pula di buat dua masakan terpisah (sayur sendiri, lauk sendiri). Â Oleh karena harus terdapat unsur asam pada citarasa masakannya, masyarakat di desa ini pun banyak menanam pohon belimbing wuluh yang digunakan sebagai bumbu wajib untuk menu makanan "lempah".
Melimpahnya buah belimbing wuluh dan seringkali berjatuhan tak termanfaatkan membuat Guru Produktif Jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian di sekolah ini tertantang untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis sekaligus tahan lama.Â
Belimbing wuluh yang memiliki tekstur lembut dan mudah diolah menjadi keunggulan dari buah yang bernama latin Averrhoa bilimbi ini. Walaupun memiliki rasa yang sangat masam namun di sinilah tantangan Para Guru Produktif Jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian untuk menemukan formula yang dapat mengurangi kandungan rasa masam pada buah yang disebut Belimbing Masam oleh Suku Melayu ini. Â
Setelah melalui serangkaian ujicoba terciptalah sebuah produk olahan dari Belimbing Wuluh yaitu Manisan Belimbing Wuluh. Manisan ini menyerupai Kurma Masak berbentuk Lonjong Pipih dan Berwarna Coklat Kehitam-hitaman.
Ketika pertama kali menggigit dan mengunyah Manisan Belimbing Wuluh ini, lidah seakan mencari-cari kemana rasa masam yang melekat pada buah ini. Ketika santapan ini hilang dengan mulus menuju ke lambung, lagi-lagi lidah tak percaya dibuatnya.Â
Tak tersisa rasa masam maupun pahit yang teringat hanya rasa legit dan manis yang begitu nikmat layaknya buah kismis! Ya, buah kismis dari anggur yang dikeringkan rasanya serupa dengan manisan belimbing wuluh ini. Dengan citarasa yang dimilikinya, produk ini sangat layak jual dan merupakan sebuah inovasi makanan yang dapat dijadikan cemilan, topping roti, kue, es krim, atau apa saja sesuai keinginan.
Selain itu usaha ini juga bertujuan untuk menyuburkan jiwa kewirausahaan siswa SMK yang bermuara pada kepekaan mereka terhadap hasil maupun limbah pertanian tertentu yang melimpah dan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan produk yang memiliki nilai jual.
 Awalnya Manisan Belimbing Wuluh ini diperkenalkan di seputaran Desa Kelapa, desa tempat sekolah ini berada. Kemudian Manisan Belimbing Wuluh ini diikutsertakan untuk dijual di pameran-pameran yang diadakan di lingkungan Provinsi Bangka belitung.