Mohon tunggu...
amelia hidayati
amelia hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Amelia Hidayati_Artikel UAS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Sampah Plastik: Krisis Lingkungan Yang Mendunia

26 Desember 2024   06:37 Diperbarui: 26 Desember 2024   06:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstract: In developed countries, toxic waste is starting to be banned from being stored after being proven to cause disasters. In addition, there is a gap in the costs of processing waste in developed and developing countries. The high cost of waste processing in developed countries is partly due to the high cost of strict compliance and laws. Conversely, the low cost of processing plastic waste in developing countries is due to weak law enforcement. On the other hand, waste as a result of development requires complex technology for processing and the final disposal of these toxic and hazardous materials is getting narrower along with the increasing awareness of the importance of environmental protection. Countries that produce plastic waste are then looking for the easiest and cheapest way to dispose of their waste. Poor developing countries are targeted because their environmental regulations are still weak. The existence of waste imports. In the study, the analysis was carried out in a juridical-normative manner based on a literature study

Keywords: garbage; global; toxic; import; plastic

Abstrak: Di negara-negara maju sampah beracun mulai dilarang untuk disimpan setelah terbukti menimbulkan bencana. Selain itu terdapat kesenjangan biaya untuk mengolah limbah sampah di negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Tingginya biaya pengolahan limbah sampah di negara-negara maju sebagian disebabkan oleh tingginya biaya pentaatan dan hukum yang tegas. Sebaliknya, rendahnya biaya pengolahan limbah plastic di negara-negara berkembang disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum. Di sisi lain, limbah sebagai dampak dari pembangunan memerlukan teknologi yang rumit untuk pengolahannya dan tempat pembuangan akhir bahan berbahaya beracun ini semakin menyempit seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan. Negara-negara penghasil limbah plastic lantas mencari jalan termudah dan termurah untuk membuang limbahnya. Negara-negara miskin yang sedang berkembang yang menjadi sasaran karena peraturan lingkungannnya masih lemah. Keberadaan import sampah. Pada penelitian Analisis dilakukan secara yuridis-normatif berdasarkan studi pustaka.

Kata kunci: sampah; global; beracun; import; plastik

PENDAHULUAN 

Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh berbagai negara. di dunia karena sifatnya yang sulit diurai, namun keberadaannya semakin meningkat setiap tahun. Masing-masing negara memiliki jumlah sampah plastik yang berbeda dengan berbagai latar belakang penduduk dan kondisi negaranya. Berdasarkan penelitian terbaru tahun 2024, Profesor teknik lingkungan University of Leeds dan penulis penelitian ini Costas Velis itu menuliskan jika India menjadi negara paling banyak menghasilkan polusi plastik di seluruh dunia. Negara itu menghasilkan 10,2 juta ton atau 9,3 juta metrik ton polusi plastik per tahun. Jumlah ini dua kali lipat dari negara berikutnya yang ada di peringkat kedua yaitu Nigeria dengan penghasil sampah sebesar 3,5 juta ton dan Indonesia 3,4 juta ton.

Sampah ini identik dengan limbah, limbah sampah berasal dari daratan yang kemudian terbawa oleh lautan dan berakhir di daratan lagi. Ada banyak jenis sampah yang terdapat di wilayah daratan dan lautan, seperti sampah plastik, disusul dengan jenis sampah lainnya. Sampah yang terdapat pada suatu daerah merupakan hasil kegiatan manusia dan kegiatan industri. Sampah di wilayah pesisir dapat menjadi masalah yang kompleks karena mudah menumpuk dan dapat menjadi masalah bagi ekosistem dan masyarakat yang tinggal di bagian pesisir. Sampah yang terdapat di lautan akan sangat mengganggu kehidupan biota laut, bahkan masyarakat yang tinggal didaerah tersebut. Dari kegiatan wisata bahari yang berkembang pesat yang umumnya menjadi penyumbang sampah dan Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, terbukti menjadi masalah serius dengan sampah plastik di laut dalam sebuah artikel Jambeck et al. (2015) menyampaikan mengenai akan terjadi sebuah peningkatan sampah di laut pada tahun 2025 jika sampah di laut tidak ditangani dengan serius dan semuanya diakibatkan dari aktifitas antropogenik (Fajar, 2016). Laut tempat yang dianggap menjadi pembuangan akhir (sampah) bagi masyarakat, sehingga hal diacukan oleh masyarakat dikarenakan laut yang memiliki kapasitas air yang lumayan banyak, sehingga dapat mengencerkan segala macam polutan atau zat yang dapat mencemari lingkungan. Volume yang besar dengan intensitas tinggi, rusaknya keseimbangan laut juga berdampak pada lingkungan alam dan terjadi dampak yang signifikan bagi dunia.

Permasalahan sampah ini masih belum selesai dan bisa semakin mengkhawatirkan sebab pertumbuhan jumlah sampah yang juga masih belum dapat dikendalikan. Menurut laporan berjudul What a Waste 2.0 oleh World Bank, dunia menghasilkan 2,01 miliar ton sampah padat perkotaan setiap tahunnya. Dan setidaknya ada 33% sampah tidak dikelola dengan baik sehingga merusak lingkungan. Masih dalam laporan yang sama, World Bank juga memproyeksikan bahwa sampah global meningkat sebesar 70% pada 2050 menjadi 3,40 miliar ton sampah per tahun. Didorong oleh urbanisasi yang cepat, pertumbuhan populasi, dan pembangunan ekonomi. World Bank menyebut bahwa negara dengan pendapatan yang tinggi menghasilkan sampah yang lebih sedikit daripada negara dengan pendapatan rendah. Bergantung pada pola konsumsi serta tingkat daur ulang yang dilakukan. Berdasarkan volumenya, komposisi sampah lebih banyak didominasi oleh sampah non - organik. Apabila cara pengelolaan sampah tidak kunjung optimal, maka diperkirakan akan ada 1.6 miliar ton emisi yang dapat dihasilkan dan bisa meningkat menjadi 2.38 miliar ton emisi pada tahun 2050. Dipengaruhi juga oleh sistem pengelolaan sampah open dumping yang mana hanya terjadi penumpukan sampah di TPA.

Atas dasar permasalahan diatas maka penting untuk mengetahui factor penyebab terjadinya masalah sampah yang sudah mendunia ini agar dapat mengetahui dampaknya dan menemukan alternative solusi yang mungkin bisa diterapkan oleh pembaca untuk mengurangi bahkan mengatasi masalah krisis sampah. Sampah plastic ini merupakan masalah yang serius yang harus segera diatasi karena dampaknya yang signifikan terhadap lingkungan dan juga kesehatan, baik di dunia maupun di Indonesia.  

METODE

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun