Mohon tunggu...
Amelia Herlina
Amelia Herlina Mohon Tunggu... -

Thinker. Blogger. Newbie of Entrepreneur. Addict to Travelling and Culinary. English Learner. Currently a Post Graduate Student at Indonesia University of Education.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Si Pemalu Mimosa Pudica

2 Januari 2014   11:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:14 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Created by: Amelia Herlina, Anita Marina, Novi Siti Nur Rachmah, Meizuvan K.A.

Mimosa pudica atau putri malumerupakan jenis tanaman berduri yang termasuk dalam tanaman berbiji tertutup (angiospermae) dan kelompok tanaman berkeping dua (dikotil). Tanaman ini mempunyai ciri morfologi, berdaun majemuk menyirip dan daun bertepi rata yang memiliki letak daun saling berhadapan. Bunga berbentuk bulat seperti bola, berwarna merah muda dan bertangkai. Tangkai tanaman ini berduri dan memiliki akar vena yang sangat kuat. Mimosa pudica berkembang biak dengan biji, bentuknya polong, pipih dan berukuran kecil.

Mimosa pudica memiliki dua macam kepekaan, yaitu terhadap sentuhan (seismonasti) dan terhadap intensitas cahaya matahari atau melakukan gerakan tidur pada malam hari (niktinasti). Gerak niktinasti dan seismonasti yang dimiliki oleh putri malu tergolong dalam gerak nasti (gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak ditentukan oleh arah datangnya rangsangan) serta tergolong ke dalam gerak etionom (gerak yang disebabkan karena adanya rangsangan dari luar tumbuhan berupa faktor-faktor lingkungan).

Mekanisme Gerak Nasti

13886627291464633742
13886627291464633742

Gerak seismonasti pada Mimosa pudica dapat dijelaskan melalui fenomena perambatan sinyal listrik yang terjadi di dalam sel tumbuhan. Hal ini dikemukakan oleh Sibaoka (1966) dan Pickard (1973) yang menunjukkan bahwa semua tumbuhan tingkat tinggi menggunakan sinyal listrik untuk mengatur berbagai fungsi fisiologi tumbuhan. Ada 2 tipe sinyal listrik yang berperan dalam gerak seismonasti ini yaitu potensial aksi dan potensial variasi (Fromm & Lautner, 2007). Potensial aksi merambat melewati lipatan-lipatan daun atau pulvinus tersier. Potensial aksi merambat dengan kecepatan 20-30 mms-1 ketika proses menutupnya daun (fase depolarisasi) dan merambat dengan kecepatan 5-6 mms-1 ketika proses daun membuka kembali (fase repolarisasi). Berdasarkan kecepatan rambat potensial aksi, Mimosa pudica membutuhkan waktu 5-10 s untuk menutup daunnya dan 600 s untuk membuka kembali (Volkov, et.al, 2010). Potensial aksi bergantung pada eksitasi Ca2+, Cl-, dan K+ yang terjadi di dalam sel tumbuhan.

Sedangkan potensial variasi merupakan sinyal listrik yang merambat melalui pulvinus primer, pulvinus sekunder, sampai seluruh bagian tumbuhan. Jarak transmisi potensial variasi lebih panjang daripada potensial aksi. Potensial aksi dan potensial variasi bekerja secara bersamaan yang menyebabkan gerak seismonasti sehingga membuat daun tampak layu dan tidak menarik bagi binatang herbivora.

Berdasarkan sudut pandang kimia, pada saat gerak seismonasti terdapat senyawa kimia yang bekerja pada Mimosa pudica. Penemuan senyawa kimia ini diawali oleh Ricca dalam penelitiannya tahun 1916. Ricca (1916) memenggal sebuah batang dan kedua ujung penggalannya dihubungkan dengan tabung sempit berisi air. Ketika sehelai daun di salah satu sisi tabung dilukai, daun di sisi lainnya akan terlipat. Hal ini menandakan ada suatu bahan aktif yang bergerak melalui sebuah pembuluh xilem bersamaan dengan aliran transpirasi. Bahan aktif tersebut kemudian disebut Faktor Ricca.

Hermann Schildknecht dkk (1983) melanjutkan penelitian Ricca dengan mengisolasi dan mencirikan berbagai senyawa yang mengaktifkan pulvinus pada daun tumbuhan Mimosa dan Acacia karoo. Percobaan yang dilakukan adalah dengan cara meletakkan daun Mimosa dalam larutan yang diduga mengandung bahan aktif, yang kemudian diangkut dalam aliran transpirasi ke pulvinus; membran pulvinusnya akan memberikan respons dengan anak daun terlipat, jika bahan tersebut memang aktif. Bahan aktif tersebut kemudian disebut sebagai PLMF (Periodic Leaf Movement Factor). Ekstrak Mimosa pudica mengandung PLMF 1 yaitu senyawa ß-D-glukosida-6-sulfat dari asam galat dan PLMF 7.

Senyawa-senyawa aktif yang telah ditemukan tersebut menciptakan suatu kelas baru hormon tumbuhan yang disebut Turgorin, karena senyawa-senyawa tersebut bekerja pada turgor sel pulvinus. Hormon Turgorin ini bersifat aktif pada konsentrasi rendah (10-5 sampai 10-7 M) dan pada beberapa kasus memenuhi kriteria translokasi.

Khasiat Mimosa pudica

Zat-zat kimia lainnya juga ditemukan dalam Mimosa pudica. Terdapat beberapa senyawa yang bermanfaat dalam bidang farmakologi. Beberapa senyawa tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a)Mimosin

Mimosa pudica memiliki potensi sebagai antineoplastic agents, alternatif dalam kemoterapi terhadap kanker karena adanya kandungan Mimosin. Zat ini memiliki efek antiproliferatif dan apoptosis, sama dengan yang terdapat dalam kemoterapi

b)Tanin

Efek Farmakologi Tanin diantaranya sebagai anti bakteri (Antimicrobial activities), anti virus, anti tumor dan Sebagai anti hipertensi (obat tekanan darah tinggi).

c)Pipecolic Acid

Fungsi farmakologi pipecolic acid antara lain membantu fungsi empedu dan organ pencernaan lainnya serta mengontrol kadar kolesterol dan trigliserida darah, menggelontor kelebihan lendir (dahak, ingus, dll)

d)Saponin

Saponin berkhasiat untuk meningkatkan daya pertahanan tubuh, mengobati kencing manis, meningkatkan produksi sel darah merah, mengobati asma, membantu produksi sperma, membantu melancarkan peredaran darah, mengurangi LDL, menghilangkan kepenatan dan menenangkan pikiran serta mengatasi masalah tidur, dapat melindungi hati dan mencegah keracunan alkohol, bertindak sebagai anti-penuaan.

Referensi

Fromm, J. & Lautner,S. (2007). Electric Signals and Their Physiological Significance in Plants. Journal of Plant, Cell and Environment. 30 (1), 249-257.

Volkov, A.G., Foster, J.C., Ashby, T.A., Walker, R.K., Johnson, J.A., Markin, V.S., (2010). Journal of Plant, Cell and Environment. 33 (1), 163-173.

Salisbury, F.B., & Ross, C.W., (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: Penerbit ITB.

Purba, Siska. (2013, 26 September). Gerak pada Tumbuhan. Diperoleh 1 Desember 2013, dari http://www.slideshare.net/siskakpurba/gerak-pada-tumbuhan-26584897

Sativani, Rizka. (2011, 28 Januari). Perilaku Mengatup Mimosa Pudica. Diperoleh 1 Desember 2013, dari http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2011/01/perilaku-mengatup-mimosa-pudica.html

Arthof. (2011, 4 Maret). Hubungan Tumbuhan dengan Air. Diperoleh 3 Desember 2013, dari http://artofgreen.wordpress.com/2011/03/04/hubungan-tumbuhan-dengan-air/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun