Mohon tunggu...
Amelia Febriana Putri
Amelia Febriana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi BSA STIABI Riyadlul Ulum Wadda'wah

Dengan bahasa, Dunia digenggam

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Islamic Worldview Sebagai Penerang Peradaban

29 Oktober 2022   11:50 Diperbarui: 29 Oktober 2022   12:04 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://metrojambi.com/foto_berita/2016/12/28/77fiqih.jpg

Setiap orang memiliki cara pandang berbeda-beda dalam melihat sesuatu. Kita sebagai seorang muslim, sudah seharusnya untuk selalu berkacamata pada pandangan islam. Karena tidak semua cara pandang itu sejalan dengan syariat islam. Oleh karena itu, untuk meluruskan pandangan dan membenahi pikiran, kita harus mengetahui dulu apa itu Islamic Worldview?

Islamic Worldview terbentuk dari 2 kata, yaitu “Worldview” dan “Islamic”. Dari setiap kata tersebut memiliki pengertian dan perspektif yang berbeda-beda. Beberapa diantara definisi-definisi tersebut diantaranya :

Worldview, dalam bahasa Jerman terbagi menjadi 2 definisi yaitu, Weltanschauung (Kebutuhan Fundamental) dan Weltansicht (Perspektif Sistem). Dari kata Worldview sendiri memiliki 2 kata yaitu world (Dunia) dan View (Pandangan).

Islam, sebagaimana yang telah diketahui, banyak yang mendefinisikan islam hanya sebatas menjadi sebuah agama, padahal pada hakikatnya islam bukan sebatas agama atau ritual belaka. Akan tetapi, islam adalah sebuah agama yang komprehensif dan juga pandangan hidup.

Definisi Worldview menurut tokoh-tokoh diantaranya :

1. Sekuler 

            Terdapat dua kelompok pemikir sekuler yaitu pemikiran James W. Sire dan Friesdrich Nietzsche.

Pertama, pendapat James W. Sire bahwa Worldview adalah “a commitment orientation of the heart in a set of presupposition about the basic constitution of reality, and that provided the foundation of life.” Bahwa suatu komitmen yang ada dalam hati seseorang adalah suatu landasan hidup dan sebagai dasar dalam realitas. Baginya pandangan dunia ini hanya keyakinan dalam kehidupan.

Kedua, Friesdrich Nietzsche mendefinisikan bahwa worldview “Every worldview as a product of its time, place and culture”. Produk dari waktu, tempat dan budaya adalah suatu yang mempengaruhi worldview seseorang.

2. Christian

            Herman Dooyeweerd mengemukakan “…Faith orientation of the heart” artinya Orientasi/Kepercayaan dalam hati dalam bentuk Komitmen Spiritual. Dapat disimpulkan bahwa worldview adalah sebuah ide atau proporsi yang merupakan orientasi keyakinan atau keagamaan yang terletak dalam hati atau sudah menjadi komitmen dari hati tersebut.

3. Islam

            Worldview menurut islam disini bukan hanya merujuk pada kata “Worldview”, melainkan sudah merujuk pada “Worldview Islam”. Terdapat beberapa definisi diantaranya :

            Pertama, pendapat Sayyid Qutb (al-Tasawur al Islami), Akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat dibalik itu. Artinya keyakinan yang ada dalam diri seseorang yang diaplikasikan dalam bentuk sikap keseharian.

            Kedua, Syekh Atif al-Zayn (al-Mabda al-Islami), Al mabda al Islami lebih diartikan sebagai kesatuan antara iman dan akal atau disebut aqidah fikriyah yaitu kepercayaan yang berdasarkan pada akal. Menurut pendapat ini keyakinan harus diharus didahului oleh akal.

            Ketiga, al-Maududi (Islam Nadzriyat), Pandangan hidup yang diawali dengan konsep keesaan tuhan (syahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia didunia, karena syahadah lah yang merupakan pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupan secara menyeluruh.

            Keempat, SM. Naquib al-Attas (Ru’yat al-Islam lil Wujud), Pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang tampak oleh mata hati yang memperjelas hakikat wujud, maka worldview islam itu merupaka pandangan islam tentang wujud.

Worldview memiliki hubungan dengan beberapa aspek seperti sains, bahasa, epistemologis, dan dengan framework peradaban. Worldview dan Sains satu sama lain memiliki hubungan yang erat. Konsep Islamisasi ilmu pengetahuan yang dirasakan paling mendasar dan menyentuh akar permasalahan sains adalah konsep dengan pendekatan yang berlandaskan worldview (cara pandang, paradigma) Islam. Ide Islamisasi ilmu pengetahuan dengan pendekatan seperti ini disampaikan pertama kali secara sistematis oleh Prof. Syed M. Naquib Al-Attas. Bahkan secara khusus ia menyebut permasalahan Islamisasi adalah permasalahan mendasar yang bersifat epistemologis.

Ide Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer atau sains dimulai dengan membongkar sumber kerusakan ilmu saat ini. Menurutnya, tantangan terbesar yang dihadapi kaum Muslimin adalah ilmu pengetahuan modern (sains) yang tidak netral telah merasuk ke dalam praduga-praduga agama, budaya dan filosofis, yang sebenarnya berasal dari refleksi kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Jadi, sains modern harus diislamkan.

Dengan begitu, konsep Islamisasi sains dengan pendekatan Islamic Wordview (paradigma) ini akan berakar kuat dan sesuai dengan jiwa Islam. Umat akan terbebas dari penyakit yang selama ini menghinggapi pikiran mereka akibat kesalahan memahami konsep ilmu. Dan umat akan membangun kembali superioritas mereka di bidang ilmu sebagaimana dilakukan oleh umat Islam terdahulu seperti Ibn Sina, Ibn Rusyd, Al-Biruni, Ibn Haytsam, Fakhruddin Ar-Razi dan sebagainya. Konsep Islamisasi seperti ini akan melahirkan umat yang kuat karena di masyarakat terdapat banyak ulama-ulama yang saintis dan saintis-saintis yang ulama.

Selain berkaitan dengan sains, bahasa juga memiliki ikatan yang kuat dengan worldview. Worldview islam dengan bahasa sangat erat hubungannya, karena kita bisa mengetahui dan memahami semua tentang keilmuan itu berkat adanya bahasa. Tanpa adanya bahasa maka tidak akan ada cara pandang. Selain itu, kita tidak bisa memberikan sebuah pandangan atau worldview tanpa adanya bahasa.

Bahasa juga termasuk salah satu hal yang penting dalam kehidupan. Bahasa adalah alat komunikasi dan juga mempengaruhi cara berpikir seseorang. Manusia dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecakan persoalan dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan individu menjadi peristiwa dan objek dalam bentuk kata-kata. Bahasa dan pikiran memiliki hubungan yang sangat erat, karena dengan bahasa maka mampu mengubah dan mempengaruhi pikiran.

Bahasa dikenal sebagai alat komunikasi atau alat dari pemikiran (tool of though), karena dengan bahasalah pesan-pesan disampaikan dari pengirim pesan (sender) ke penerima pesan (receiver). Dalam kehidupan bermasyarakat, penggunaan bahasa sangatlah penting. Selain sebagai alat komunikasi dan berinteraksi, bahasa juga memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kata yang terucap. Hal demikian karena bahasa lahir dari budaya setempat dengan beragam agama yang kemudian disepakati bersama oleh setiap daerah sesuai dengan keadaan setempat. Jika didapati seorang yang berkumpul dengan latar belakang yang berbeda, maka menunjukkan adanya saling tukar penggunaan. Jika benar terjadi adanya saling tukar bahasa, maka akan ada perubahan cara pandang (worldview), karena tidak mungkin tidak didapati makna yang terkandung dalam kata, nilai, dan norma sebagaimana hadir dari budaya dan agama setempat.

Sebagaimana yang diuraikan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Setiap bahasa memiliki cara pandang dunia (worldview) yang di dalamnya terdapat nilai-nilai dan keyakinan dasar yang berasal dari kebudayaan serta agama (AlAttas, 1992). Hal demikian dapat mempengaruhi sikap dan pola pikir masyarakat sesuai dengan kesepakatan istilah bahasa tersebut. Selain itu, bahasa juga mengalami perubahan dan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Perubahan yang dimaksud di sini bukan hanya berubahnya cara ejaan bahasa, melainkan cakupannya lebih luas dari itu perubahan asal makna. Ini menjadi bukti bahwa bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dengan worldview islam.

Kemudian. Prinsip epistemologi menurut Prof. Naquib al-Attas adalah dalam masalah sumber ilmu pengetahuan. Islam menerima wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan tentang Realitas dan kebenaran tertinggi. Penerimaan ini, yang sudah tentu disertai pada keimanan pada Tuhan, mempengaruhi cara pandang muslim terhadap benda-benda ciptaan dan Penciptanya. Cara pandang inilah yang memberi kita asas bagi framework metafisis yang dapat menjelaskan filsafat sains sebagai sistem integral yang mengambarkan realitas dan kebenaran. Hal ini berarti dalam Islam, ilmu pengetahuan itu berasal dari Allah dan selain melalui media panca indera dan akal yang sehat, ia diperoleh dari berita yang benar dari sumber yang otoritatif dan intuisi. Dengan kata lain epistemologi dalam Islam berkaitan erat dengan struktur metafisika dasar Islam yang telah terformulasikan sejalan wahyu, hadith, akal, pengalaman, dan intuisi.

Jika sumber ilmu pengetahuan dalam Islam adalah dua jenis kitab yaitu wahyu Al Qur’an sebagai kitab tertulis dan alam semesta sebagai kitab tidak tertulis, maka pada keduanya terdapat ayat-ayat yang perlu dipahami dengan metodologi masing-masing. Al-Attas memperkenalkan suatu analogi metodologis antara bahasa wahyu dan bahasa penciptaan dengan ilmu alat yang disebut ta’wil dan tafsir. Seperti halnya kitab Al Qur’an, alam semesta ini juga mempunyai ayat-ayat yang jelas dan pasti (muhkamat) dan ada pula ayat-ayat mutasyabihat (ambigu). Untuk memahami ayat-ayat yang jelas dan pasti dipergunakan metode tafsir, sedangkan untuk memahami ayat-ayat yang ambigu digunakan metode ta’wil. Dalam pandangan Al Attas tafsir bukanlah pemahaman yang final, ia masih memerlukan ta’wil agar makna lebih umum dna lebih tinggi dapat diperoleh.

Jika metode ini diterapkan dalam memahami realitas fisik dan spiritual, maka pemahaman realitas fisik yang bersifat empiris melalui metode tafsir itu dikembangkan dengan metode pemahaman dengan menggunakan metode ta’wil. Jadi metode ta’wil adalah perluasan intensif dari tafsir dan tidak pernah berlawanan, sebab ta’wil harus didasarkan pada tafsir. Yang pasti tafsir adalah syarat bagi ta’wil, jika tafsir terhadap suatu objek itu benar maka ta’wilnya akan benar pula. Penggunaan metode ini menurut Al Attas berkaitan dengan konsep realitas dalam Islam. Realitas memiliki beberapa tingkatan dari realitas yang artinya terbukti dengan sendirinya (self evident) oleh adanya pengalaman langsung indera hingga makna-makna yang abstrak yang meningkat menjadi makna yang tidak dapat diindera kecuali dengan intuisi.

Kemudian, worldview juga berperan sebagai framework berpikir. Karena dengan adanya pandangan terhadap sesuatu maka cara kita berpikir juga akan berubah. Seperti ketika kita meyakini atau berpandangan bahwa bentuk bumi itu bulat maka cara berpikir kita pun akan berubah. Sehingga ketika ada seseorang menentang hal tersebut, akan timbullah ide atau pemikiran yang merujuk pada apa yang telah kita pakai sudut pandangnya.

Selain itu, Worldview islam juga memiliki keterkaitan dengan Konsep Syahadah dan juga Wahyu. Konsep syahadah menjelaskan secara langsung antara konsep Tuhan dalam islam dengan konsep kenabian, sekaligus konsep wahyu dan kemudian pada konsep syariat. Wahyu turun melalui perantara nabi dan rosul. Tidak akan mungkin adanya worldview islam jika tanpa syahadah terhadap nabi dan Alloh. Dan tidak ada syahadah jika tidak ada turun wahyu.

Dari pernyataan-pernyataan diatas, islamic worldview memiliki peranan besar dalam peradaban islam. Semoga dengan mengetahui worldview islam ini, kita sebagai generasi peradaban islam bisa mewujudkan peradaban islam yang maju dan berkualitas. 

Amelia Febriana Putri 

Semester 1 BSA-STIABI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun