Mohon tunggu...
amelia brilianty
amelia brilianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi/Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah mahasiswi semester 3

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bayang-bayang Korupsi Pilbub 2024

10 Desember 2024   10:07 Diperbarui: 10 Desember 2024   10:06 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kasus Korupsi tiga bupati sidoarjo membuat masyarakat dilema untuk memilih kembali di Pilkada 2024. Sudah terhitung hari setelah Pilkada terlaksana, namun masyarakat masih memiliki keraguan terhadap calon-calon kandidat karena banyaknya faktor yang membuat masyarakat sudah tidak lagi percaya terhadap seorang pemimpin.

Seperti halnya yang terjadi di Sidoarjo, banyaknya kasus korupsi membuat masyarakat dilema untuk memilih Kembali calon kandidat di Pilkada 2024. Hal tersebut terjadi karena mengingat kasus korupsi yang menjerat 3 bupati sidoarjo selama menjabat pada tahun 2005 hingga saat ini. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (PILBUB) Sidoarjo 2024 menjadi sorotan publik, terutama karena latar belakang korupsi yang melibatkan para pemimpin daerah sebelumnya.

Tiga bupati terakhir yang memimpin Sidoarjo, termasuk Ahmad Muhdlor Ali, Saiful Ilah, dan Win Hendarso, telah terjerat kasus korupsi yang mencoreng reputasi pemerintahan daerah. Kasus-kasus ini tidak hanya mengakibatkan kerugian finansial bagi daerah tetapi juga menciptakan krisis kepercayaan di kalangan masyarakat.

Seperti yang digambarkan dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 terkait Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang merupakan landasan hukum utama dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Selama beberapa periode kepemimpinan di Sidoarjo, terjadi sejumlah kasus korupsi yang melibatkan pejabat daerah. Mantan Bupati Win Hendarso dan wakilnya, Saiful Ilah, keduanya terlibat skandal korupsi yang merugikan negara miliaran rupiah. Kasus-kasus tersebut melibatkan penyalahgunaan anggaran daerah, suap, dan gratifikasi.

Win Hendarso, yang menjabat sebagai Bupati Sidoarjo pada periode 2000-2010 yang diusung oleh PKB dan beberapa partai lainnnya, divonis bersalah atas kasus korupsi pencairan uang kas daerah. Ia dijatuhi hukuman penjara selama beberapa tahun. Saiful Ilah, yang kemudian menggantikan posisi Win Hendarso, juga terjerat dalam kasus korupsi yang serupa. Ia beberapa kali ditangkap sejumlah pihak, termasuk pejabat dinas, kepala desa, camat, dan pengusaha.

Saiful Ilah atau yang akrab disapa Abah Ipul, yang pernah mejadi wakil bupati Win Hendarso selama dua periode. Ia terpilih menjadi Bupati Sidoarjo bersama Nur Achmad Syaifudin. Hal ini berdasarkan hasil rekapitulasi yang ditulis oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sidoarjo. Saiful ilah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi karena menerima suap pengadaan infrastruktur sebesar Rp 600 Juta. Saiful divonis selama 3 tahun penjara oleh pengadilan Tipikor Surabaya pada 5 Otober 2020. 7 Januari 2022, Saiful dibebaskan setelah mengajukan banding.

Ada tiga tersangka yang melakukan kasus korupsi tersebut diantara nya merupakan pejabat lain seperti Sunarti Setyaningsih pejabat pembuat komitmen pada Dinas Pekerjaan, Umum, Bina Marga; dan Judi Tetrahastoto pejabat Sumber Daya Air Kabupaten Sidoarjo; dan Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan Sanadjihitu Sangadji.

Selama setahun dipenjara di balik jeruji besi Saifull dibebaskan, lalu pada tanggal 7 Maret 2023 KPK Kembali menahan Saiful karena menerima gratifikasi dalam bentuk uang tunai, logam mulia, jam tangan, serta barang-barang mewah lainnya. Total keseluruhan gratifikasi pada kasus tersebut mencapai hingga Rp 44 miliar. Barang-barang tersebut ia dapatkan dari kepala dinas, kepala desa, camat hingga sejumlah pengusaha selama dirinya menjabat sebagai kepala daerah. Saiful ilah akhirnya divonis Kembali 5 tahun penjara pada desember 2023.

Kasus tersangka korupsi juga menjerat Gus Muhdlor pada dugaan pemotongan insentif ASN BPPD. Ahmad Muhdlor, atau lebih dikenal sebagai Gus Muhdlor, seorang tokoh muda dari Sidoarjo, baru-baru ini terlibat dalam kasus dugaan korupsi. Ia diduga melakukan pemotongan insentif bagi pegawai di Badan Pelayanan Pajak Daerah (BPPD) Sidoarjo. Kasus ini melibatkan beberapa pihak lainnya, termasuk seorang pegawai bernama Siska Wati dan Kepala BPPD Sidoarjo.

Dilansir dari kompas.com Gus Muhdlor seorang politikus muda dan berpengaruh di Sidoarjo, lahir Di Tulangan, Sidoarjo, pada 11 Februari 1991. Dia merupakan Putra seorang tokoh agama dan aktif dalam organisasi kepemudaan, terjun ke dunia politik pada tahun 2020. Namun, karier politiknya kini tercoreng oleh dugaan tindakan korupsi ini. Sebelumnya, Gus Muhdlor dikenal sebagai sosok muda yang potensial dan memiliki latar belakang Pendidikan yang baik.

Selain kerugian finansial, korupsi juga berdampak negatif terhadap kemajuan daerah. Perlu dilakukan upaya yang lebih serius untuk mencegah terjadinya korupsi. Dikarenakan peristiwa tersebut membuat masyarakat dilema sekaligus merasa kurang bersemangat dalam menyambut Pilkada 2024 ini. Banyak yang berfikir jika percuma saja jika Pilkada dilaksanakan karena mereka merasa akan terulang Kembali seperti tahun-tahun yang lalu. Walaupun hal tersebut masih diperbincangkan, Pilkada yang dilaksanakan pada 27 november 2024 secara serentak dapat berjalan dengan lancar serta terlaksanakan dengan tertib.

Pada calon yang diusung untuk maju di Pilbup sidoarjo 2024 yaitu pada paslon 1 Subandi-Mimik dan paslon 2 yaitu Mas lin-Edy. Dua paslon ini merupakan bakal calon pemipin Bupati pada periode 5 tahun kedepan. Dimulai dari kegiatan-kegiatan kampanye hingga pada acara debat Pilkada yang dilaksanakan oleh KPU, diharapkan meyakinkan masyarakat dapat menggunakan suara hak pilih mereka. Hal ini menjadi sorotan para publik khususnya masyarakat sidoarjo yang menilai kedua pasangan calon bupati dan wakil bupati yang menurut mereka layak untuk menjadi pemimpin.

Berdasarkan hasil real Count Pilkada 2024, Paslon Subandi-Mimik mampu memperoleh suara unggul sebesar 58 persen, mengalahkan Pasangan Mas lin-Edy yang mendapatkan suara 42 persen. Proses perhitung suara di KPU masih berjalan, namun tak sedikit juga yang ikut melaksanakan penghitungan suara agar mengetahui hasil pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo. Kemenangan pasangan tim Subandi-Mimik menandakan adanya perubahan signifikan dalam perpolitikan Sidoarjo, mengakhiri dominasi Partai kebangkitan Bangsa (PKB) yang telah berlangsung selama hampir 20 tahun. Hasil ini menunjukkan adanya dukungan kuat masyarakat terhadap pasangan yang dikenal dengan sebutan BAIK (Baik, Amanah, Inovatif, dan Kreatif).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun