Mohon tunggu...
Amelia Fany Rachma
Amelia Fany Rachma Mohon Tunggu... Bankir - Mahasiswa

Mahasiswa UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Menarik Budaya, Tradisi Kota Kediri, dan Kaitannya dengan Nilai Pancasila

4 Mei 2020   18:09 Diperbarui: 4 Mei 2020   18:19 6467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk melestarikan Kesenian jaranan hingga saat ini, masih digelar pertunjukan jaranan di salah satu wisata budaya yaitu Selomangleng bahkan untuk memeriahkan acara acara seperti pernikahan, suanatan, festival budaya dan lain-lain. Dari tahun ke tahun kelompok Jaranan bertambah semakin banyak dan dikembangkan lebih menarik dengan ciri khas dan misi yang berbeda dari tiap sanggar seni tanpa menghilangkan hakekat aslinya. Kesenian jaranan ini sudah menjadi bagian kehidupan masayrakat Kota Kediri, dan Jaranan ini menjadi salah satu icon kota ini. Dan masih terdapat budaya yang lainnya.

Selain budayanya, Kota Kediri mempunyai tradisi turun temurun yang saat ini masih dipercayai dan dilakukan, yaitu ritual suro’an: Larung Sesaji.

RITUAL SURO’AN: LARUNG SESAJI

surya.co.id
surya.co.id
   

mystypic.com
mystypic.com
radarkediri.jawapos.com
radarkediri.jawapos.com
Ritual suro’an bagi masyarakat Jawa selalu mempunyai makna dibalik ritualnya. Seperti tradisi ritual suro’an yang akan dibahas disini yaitu Larung Sesaji, yang dilakukan oleh warga Ngancar, Kabupaten Kediri yang berada dekat dengan gunung Kelud. Larung Sesaji ini merupakan tradisi turun temurun dengan ritual Jawa, yang diselenggarakan setahun sekali tepat pada bulan suro dan dilakukan secara sakral. Ritual Larung Sesaji merupakan ungkapan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang diberikan.

Mereka menggunakan pakaian adat jawa, perempuan berpakaian kebaya sedangkan laki-laki menggunakan pakaian serba hitam saat berlangsungnya ritual ini. Dalam prosesi ritual larung sesaji ini berlangsung dengan melarungkan sesaji yang sudah didoakan ke tengah danau kawah gunung Kelud. 

Kemudian dilakukanlah arakan warga yang membawa aneka gunungan sajen berisikan hasil bumi seperti buah-buahan, sayur-sayuran hingga makanan tumpeng lengkap dengan lauk pauknya. Kemudian, sajian itu akan diperebutkan oleh warga, hingga wisatawan yang mengunjungi gunung Kelud lantaran diyakini membawa keberkahan. Acara berlangsung secara meriah karena warga hingga wisatawan yang sangat antusias untuk mengikuti rangkaian acara tersebut.

Gambar Patung Lembu Suro
Gambar Patung Lembu Suro
Selain itu mitos yang berkembang, ritual larung sesaji ini merupakan simbol sebagai penolak bala sumpah lembu suro dari bencana yang datang Acara tersebut juga guna untuk melestarikan tradisi budaya. Ritual ini selalu dikaitkan dengan cerita lembu suro yang gagal dalam mempersunting Dewi Kili Suci. 

Singkat cerita, karena Dewi Kili Suci tidak mau mempunyai suami yang berkepala lembu (sapi) maka dia memberikan satu syarat yang cukup berat yaitu Dewi Kili Suci meminta untuk dibuatkan sebuah sumur di puncak gunung Kelud dalam waktu semalam. Karena Dewi Kili Suci khawatir, lembu suro dapat memenuhi syarat yang diberikannya. Maka, pada saat lembu suro menggali tanah untuk membuat sumur, 

Dewi Kili Suci pun menggagalkan usaha lembu suro dengan menyuruh prajuritnya untuk menimbun sumur itu dengan tanah dan bebatuan yang besar, sehingga lembu suro terkubur di dalam sumur itu dan berteriak menyumpahkan Dewi Kili Suci dan rakyat Kediri bahwa Kediri dadi kali (sungai), Blitar dadi latar (daratan), Tulungagung dadi kedung (perairan yang dalam). 

Mendengar ancaman itu maka Dewi Kili Suci berusaha menangkalnya dengan salah satu caranya yaitu menyelenggarakan selametan disebut dengan Larung Sesaji. Dari cerita tersebut masyarakat mempercayai bahwa lembu soro bersemayam di dasar gunung Kelud. Dan secara rutin masyrakat khusunya sekitar lereng Kelud setiap bulan suro menyelenggarakan acara selamatan Larung Sesaji di sekitar kawah Gunung Kelud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun