Mohon tunggu...
Amelia Jessica
Amelia Jessica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Peserta Didik Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Gizi Klinik FKUI-RSCM

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali dan Atasi Sindrom Usus Iritabel dengan Diet Rendah FODMAP

14 Juni 2021   11:00 Diperbarui: 14 Juni 2021   11:08 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh: dr. Amelia Jessica dan Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi, SpGK

(Departemen Ilmu Gizi FKUI-KSM Gizi Klinik RSCM) 

Apa yang terbayang di benak Anda ketika mendengar sindrom usus iritabel? Mungkin belum banyak yang Anda ketahui atau bahkan masih terdengar asing. 

Sindrom usus iritabel atau dikenal juga sebagai irritable bowel syndrome (IBS) adalah gangguan interaksi usus dan otak, yang sebelumnya diketahui sebagai gangguan saluran cerna fungsional. 

Gangguan ini mengenai 5-20% penduduk dunia dan berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Biasanya lebih sering pada usia muda (kurang dari 50 tahun) dan lebih sering pada perempuan. 

Para penderita IBS mengalami kekurangan enzim hidrolase yang berguna untuk memecah ikatan rantai polimer karbohidrat. Pada saat mengonsumsi makanan tertentu akan muncul gejala seperti nyeri perut yang terjadi satu kali per minggu disertai dengan perubahan pola buang air besar. 

Perubahan ini dapat terjadi pada frekuensi (dapat menjadi sulit buang air besar atau diare) maupun konsistensi (keras atau lembek). Hal ini tentu saja dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama karena terjadi dalam jangka waktu yang lama. 

Pengobatan IBS sungguh merupakan suatu tantangan. Selain obat, diperlukan intervensi gaya hidup dan pola makan.

Salah satu yang dapat diupayakan adalah dengan pendekatan gizi seperti mengurangi makanan yang termasuk ke dalam daftar FODMAP. Apakah Anda sudah mengetahui apakah itu FODMAP? Berikut ini kita akan mengulas apakah yang dimaksud dengan FODMAP. 

FODMAP adalah singkatan dari fermentable oligo-, di-, monosaccharides and polyols, yaitu karbohidrat yang dapat difermentasi sehingga berakibat pada distensi gas dan menyebabkan kembung. Diet rendah FODMAP dapat mengurangi gejala jangka pendek pada penderita IBS.

Pola makan yang dapat diterapkan adalah tiga kali makan besar disertai selingan diantara jam makan besar tersebut. Makanan pokok dapat berupa nasi, kentang, roti atau pasta bebas gluten/gandum, oat, jagung, dan quinoa. 

Lauk hewani dan nabati relatif bebas dikonsumsi, hanya saja kurangi konsumsi kacang-kacangan. Sayur dapat berupa wortel, timun, paprika, terong, selada, bayam, labu kuning, tomat, zucchini, rebung, atau bok choy. 

Buah berupa pisang, jeruk bali, anggur, melon, kiwi, lemon, jeruk, strawberry, belimbing, atau markisa masih boleh dikonsumsi. Untuk gula atau pemanis buatan dapat menggunakan produk seperti sukralosa atau aspartam. 

Bagaimana dengan susu atau produk susu? Pasti yang Anda tahu bahwa produk tersebut mengandung laktosa. Tenang saja, Anda tidak perlu khawatir karena masih diperbolehkan mengonsumsi susu dan yogurt bebas laktosa, susu almond, keju yang keras (seperti Cheddar, Parmesan, Swiss, Brie, Camembert), mentega, dan substitusi es krim (seperti gelato bebas susu ataupun sorbet). Apakah Anda sudah pernah mencobanya?

Meskipun pencetus IBS belum dapat diketahui secara pasti, namun erat dikaitkan dengan faktor psikososial dan dapat diperberat dengan faktor pola makan. 

Tentu saja dengan menerapkan diet rendah FODMAP, diharapkan dapat mengurangi gejala saluran cerna. Konsultasikan pada dokter untuk hasil yang lebih maksimal. Selamat mencoba dan semoga sehat selalu.

Referensi:

  1. Farmer AD, Wood E, Ruffle JK. An approach to the care of patients with irritable bowel syndrome. CMAJ : Canadian Medical Association journal = journal de l'Association medicale canadienne. 2020;192(11):E275-e82.
  2. Rej A, Aziz I, Tornblom H, Sanders DS, Simrn M. The role of diet in irritable bowel syndrome: implications for dietary advice. Journal of internal medicine. 2019;286(5):490-502.
  3. Cozma-Petru A, Loghin F, Miere D, Dumitracu DL. Diet in irritable bowel syndrome: What to recommend, not what to forbid to patients! World journal of gastroenterology. 2017;23(21):3771-83.
  4. El-Salhy M, Gundersen D. Diet in irritable bowel syndrome. Nutrition Journal. 2015;14(1):36.
  5. Masuy I, Pannemans J, Tack J. Irritable bowel syndrome: diagnosis and management. Minerva Gastroenterol Dietol. 2020 Jun;66(2):136-150.
  6. El-Salhy M. Nutritional Management of Gastrointestinal Diseases and Disorders. Nutrients. 2019 Dec 10;11(12):3013.
  7. Raymond JL, Morrow K. Krause and Mahan's food & the nutrition care process, 15th Edition. Missouri: Elsevier; 2020
  8. Saha L. Irritable bowel syndrome: pathogenesis, diagnosis, treatment, and evidence-based medicine. World J Gastroenterol. 2014 Jun 14;20(22):6759-73.
  9. Ukleja A. Nutritional management of gastrointestinal diseases. Gastroenterology Clinics. 2018 Mar; 47(1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun