Usaha-usaha perlawanan yang dilakukan oleh Minke dan Nyai Ontosoroh merupakan bukti dari representasi budaya pribumi yang berupaya untuk mengkonstruksi pembalikan stereotip citra Timur yang selalu dipandang sebelah mata. Meskipun pada akhirnya Belanda digambarkan "menang" karena berhasil membawa Anneliese ke negaranya, hal tersebut tidak sepenuhnya bisa dimaknai sebagai bentuk dari kekalahan pribumi dari kejahatan dominasi Eropa, "Kita telah melawan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya". Hal tersebut menyiratkan adanya kemenangan yang sebetulnya telah ditunjukkan melalui usaha perlawanan yang dilakukan terhadap bangsa yang memiliki otoritas. Usaha perlawanan Minke dan Nyai Ontosoroh ini mengisyaratkan kemenangan akan kolonialisme yang sesungguhnya, sebab wacana kolonialisme tidak akan habis sampai kapanpun. Film ini telah memunculkan ideologi perlawanan yang mencoba menciptakan narasi dan paradigma baru mengenai resistensi dan pemberdayaan pribumi sebagai pihak yang teropresi dalam menghadapi pandangan Orientalisme yang diciptakan oleh Barat, meskipun usaha yang dilakukan semaksimal mungkin, walau tidak mencapai seideal mungkin mencapai "kemenangan". Hal ini tentu saja menyiratkan bahwa Orientalisme akan terus ada sampai kapanpun di segala aspek kehidupan poskolonial. Â Perlawanan yang dilakukan oleh Minke dan Nyai Ontosoroh merupakan penggambaran dari perasaan dan penderitaan kaum pribumi saat itu terhadap kolonialis Belanda. Menjadikan hal ini bukti sampai saat ini jasa Tirto Adhi Soerjo (Minke) dalam hal pemberitaan terhadap kekejaman hukum Eropa terhadap hak-hak pribumi di tanah air mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H