Mohon tunggu...
amelia pertiwi
amelia pertiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

saya menyukai kucing dan hobi saya sendiri memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gunung Kawi: Antara Pemeliharaan Warisan Keagamaan dan Tantangan Komidifikasi Agama dalam Pariwisata

3 Juni 2024   18:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   18:21 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesarean Gunung Kawi, sebuah lokasi pemakaman yang terletak di Jawa Tengah, menjadi titik penting bagi banyak orang. Ini bukan sekadar sebuah tempat peristirahatan terakhir, melainkan suatu tempat yang sarat dengan spiritualitas dan sejarah yang dalam. Di sini, terletak makam Kanjeng Kyai Zakaria II, yang lebih dikenal sebagai Eyang Djoego, serta Eyang Raden Mas Iman Soedjono. Namun, jauh dari sekadar situs pemakaman, Pesarean Gunung Kawi telah menjadi pusat ziarah spiritual bagi orang-orang dari berbagai penjuru, bahkan hingga ke manca negara.

Masyarakat yang mengunjungi Pesarean Gunung Kawi memiliki beragam tujuan. Bagi sebagian, tempat ini menjadi arena untuk memohon rezeki dan berdoa. Khususnya, jumlah peziarah meningkat pada malam Senin Pahing dan Jumat Legi, ketika kegiatan spiritual mencapai puncaknya. Namun, bagi yang lain, kunjungan ke sini juga berarti melakukan perjalanan wisata spiritual yang membawa mereka lebih dekat dengan aspek keagamaan dan kepercayaan mereka.

Tak hanya masyarakat penganut agama tertentu saja yang datang ke sini. Pesarean Gunung Kawi juga menjadi destinasi yang populer bagi keturunan Tionghoa, yang membuktikan inklusivitasnya sebagai tempat ziarah lintas agama dan budaya. Di antara pemandangan makam dan pesarean, bangunan-bangunan suci seperti masjid dengan arsitektur demak dan klenteng menjulang megah, memberikan aura keagamaan yang kental bagi para pengunjung.

Namun, semakin berkembangnya industri pariwisata, Pesarean Gunung Kawi tidak luput dari arus komodifikasi agama. Fenomena ini terjadi ketika aspek-aspek keagamaan dan spiritualitas dijadikan sebagai komoditas untuk tujuan keuntungan finansial dan kepopuleran. Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah wisatawan yang tidak terkendali, yang pada gilirannya dapat membahayakan lingkungan dan mengganggu ritual keagamaan yang dilakukan di sini.

Pentingnya menjaga keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian nilai-nilai spiritual tidak bisa dipungkiri. Perlu adanya kesadaran bahwa Pesarean Gunung Kawi bukan sekadar objek wisata biasa, melainkan tempat suci yang memiliki makna mendalam bagi banyak orang. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata di sini harus dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan keinginan komunitas setempat.

Selain itu, pendidikan mengenai nilai-nilai agama dan budaya setempat juga sangat penting. Wisatawan harus diberikan pemahaman yang cukup tentang pentingnya menghormati dan menjaga kebersihan serta kesakralan tempat tersebut. Dengan demikian, diharapkan Pesarean Gunung Kawi dapat tetap menjadi tempat yang sarat dengan nilai spiritualitas tanpa tergerus oleh arus komersialisasi yang mengancam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun