Selama masa belajarnya, Devano banyak menguasai ilmu kedokteran, tetapi ia juga menyadari bahwa menjadi dokter bukan hanya sekadar tentang penguasaan pengetahuan medis. Pekerjaan ini juga memerlukan seseorang untuk memiliki hati yang besar, kesabaran yang tinggi, dan kemampuan untuk menghadapi kenyataan yang kadang sangat menyakitkan. Semasa kuliah Devano sering mendengar kisah dari dosen dan seniornya mengenai betapa susahnya menjadi seorang dokter karena menjadi seorang dokter harus siap menghadapi kehidupan yang penuh dengan tekanan, kegagalan, dan beban tanggung jawab yang berat. Namun, ia tetap berpegang teguh yakin bahwa pilihan menjadi dokter inilah jalan yang telah ia pilih.
Walaupun Devano menjalani masa belajarnya, ia tetap sering bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia berusaha keras, belajar dengan giat, dan selalu mengingat nasihat orangtuanya untuk tidak pernah putus asa. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Devano selalu mampu mengatasi setiap rintangan dengan kepala tegak.
Devano juga tidak pernah melupakan untuk kembali ke desa setiap kali ada kesempatan. Ia selalu membantu orangtuanya dalam kegiatan sosial di desa. Meskipun hanya sebentar, kehadiran Devano selalu ditunggu oleh keluarga dan masyarakat desa, ia juga membawa kebahagiaan bagi keluarga dan masyarakat desa.
Raka, Gendis, dan Clara mengikuti Devano dari belakang untuk menuju balai desa dengan langkah bangga. Di sepanjang jalan, warga desa menyapa mereka dengan senyuman dan ucapan selamat. Semua orang tahu betapa besar pengorbanan dan dedikasi yang telah keluarga Raka dan Devano berikan kepada desanya.
Di balai desa, acara penghargaan dimulai dengan suasana yang meriah. Devano dipanggil ke panggung untuk menerima penghargaan dari kepala desa. Tepuk tangan riuh menggema ketika Devano  menerima penghargaan. Ia berdiri di atas panggung, melihat orangtuanya dan adiknya yang tersenyum bangga di antara kerumunan banyak orang.
Pada suatu hari, Devano kembali ke desa untuk membantu ayahnya yang sedang menangani kasus penyakit yang serius. Malam itu hujan deras, dan jalan menuju rumah pasien berlumpur dan licin. Namun, Devano dan ayahnya tidak gentar. Mereka berjalan dengan hati-hati dan penuh tekad untuk menyelamatkan nyawa sang pasien yang sedang melawan penyakitnya.
Pengalaman tersebut semakin menguatkan tekad Devano untuk menjadi dokter yang mengabdi kepada masyarakat. Ia sadar bahwa pengabdian bukan hanya tentang keahlian, tetapi juga tentang keberanian dan ketulusan hati.
Setelah menerima penghargaan, Devano diberi kesempatan untuk berbicara di depan warga desa. Dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan, ia mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukungnya.
"Saya berdiri di sini bukan karena saya sendiri," kata Devano. "Saya berdiri di sini karena cinta dan dukungan dari keluarga saya, terutama kedua orangtua saya yang telah mengajarkan saya arti sebenarnya dari pengabdian." Lanjut Devano sambil tersenyum bangga.
Tepuk tangan kembali menggema di seluruh balai desa. Devano melanjutkan pidatonya dengan berbagi tentang visi dan harapannya untuk masa depan desa. Ia berjanji untuk terus berjuang memberikan yang terbaik untuk pelayanan kesehatan bagi warga desa.
"Pelayanan kesehatan bukan hanya tentang pengobatan, tetapi juga tentang membangun kepercayaan dan kebersamaan. Saya ingin setiap warga desa merasa bahwa mereka dihargai, bahwa kesehatan mereka adalah prioritas utama. Ini adalah perjalanan panjang, tetapi bersama-sama, kita akan mencapainya."