Tebet Timur Dalam I, sebuah kawasan yang kini ramai dengan pemukiman, perkantoran, dan distro, menyimpan kisah sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri. Kawasan ini dulunya hanyalah hutan dengan semak belukar dan jalan setapak yang licin, terutama saat musim hujan. Abdul Hair, seorang warga asli Tebet yang lahir pada tahun 1940, mengenang masa kecilnya di kawasan ini sebagai periode ketika aktivitas masyarakat sangat terbatas karena sulitnya akses dan minimnya sarana transportasi.
Orang-orang yang tinggal di Tebet Timur Dalam I pada masa lalu kebanyakan hidup dari hasil bumi. Mereka menanam sayur-mayur seperti kangkung dan bayam, serta buah-buahan seperti kelapa, pisang, mangga, dan nangka di kebun mereka. Hasil panen tersebut dijual ke kawasan Senen dengan berjalan kaki, karena saat itu kendaraan masih sangat jarang.
Perubahan besar terjadi pada tahun 1960- an ketika pemerintah melakukan penggusuran untuk pelebaran jalan. Warga yang tinggal di pinggir jalan dipindahkan ke tanah di belakang kawasan tersebut. Selain itu, penggusuran di Senayan dan Bendungan Hilir untuk pembangunan Gelora Bung Karno membuat banyak keluarga pindah ke Tebet, menjadikan kawasan ini semakin beragam secara etnis. Sekitar 60% penduduk asli Tebet berbagi ruang dengan 40% pendatang dari luar kawasan.
Salah satu landmark penting di Tebet Timur Dalam I adalah Masjid Ar Rahmah, yang lebih dikenal sebagai Masjid Lama. Masjid ini sudah berdiri sejak 1930-an, ketika Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda. Awalnya, masjid ini kecil dan hanya digunakan untuk ibadah kaum laki-laki. Kini, Masjid Lama berdiri kokoh sebagai tempat ibadah yang dapat digunakan oleh semua jamaah, sekaligus menjadi saksi bisu perjalanan panjang kawasan ini.
Nama Tebet sendiri baru resmi digunakan setelah penggusuran tahun 1960-an. Sebelum itu, penamaan kawasan masih bersifat lokal dan informal. Tebet Timur Dalam I, misalnya, dulu dikenal sebagai Gang Masjid Lama, nama yang diberikan masyarakat berdasarkan keberadaan Masjid Lama yang menjadi ciri khas kawasan ini.
Kini, meski Tebet Timur Dalam I telah berubah menjadi kawasan modern, jejak sejarahnya masih terasa. Masyarakat dari luar kawasan, seperti Pengadegan, Bukit Duri, Kampung Melayu, Manggarai, dan Kebon Baru, masih mengenal kawasan ini dengan nama Masjid Lama. Kisah Tebet Timur Dalam I adalah cerminan perjalanan sebuah kawasan dari masa lalu yang sederhana menuju kemajuan, tanpa melupakan akar sejarahnya.
Sumber: wawancara dengan tokoh sekitar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H