Mohon tunggu...
Ameldalia Lia
Ameldalia Lia Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

A house wife. Hobby : traveling and reading.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Efek Televisi bagi Tumbuh Kembang Batita

9 Oktober 2014   22:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:41 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14128432741688780439

Sebegai perempuan yang telah berumah tangga, meskipun belum dikaruniai momongan, saya berupaya untuk mengumpulkan banyak informasi mengenai hal - hal yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak baik secara fisik dan mentalnya.

Saya merasa sangat beruntung menemukan bacaan - bacaan yang sangat bermanfaat mengenai efek dan dampak televisi bagi perkembangan anak, terutama batita. Mengingat banyak para orangtua yang menjadikan televisi sebagai pengalih perhatian dan babysitter bagi sang anak di saat mereka menyiapkan makan pagi, dan aktivitas rumah lainnya.

Sebelum televisi begitu digandrungi dan sebelum televisi menjadi pilihan prioritas untuk menghabiskan sebagian besar waktu luang, anak - anak di beberapa windu yang lalu menikmati waktunya dengan bermain. Bermain di tanah lapang secara berkelompok dan dengan peralatan sederhana. Bermain yang secara tidak disadari mengajarkan anak - anak bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungannya.

Sekarang di saat tehnologi begitu berkembang, televisi merupakan salah satu sarana mendapatkan informasi, dan hiburan. Sebagian besar manusia di seluruh bumi ini menikmati televisi nyaris sebagai kebutuhan dasar dalam keseharian.

Menurut dr Hardiono D Pusponegoro SpA (K), dokter spesialis anak konsultan neurology dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam media edukasi tentang "Efek Sinar Biru Televisi Terhadap Kesehatan Mata Anak, "televisi memiliki dampak positif dan negatif bagi anak. Tetapi membiarkan anak menonton televisi sepanjang hari, pastinya akan menurunkan tingkat kecerdasan anak," Ia juga menjelaskan, bahwa dengan hanya menonton televisi, otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif dan memecahkan masalah. Selain itu, televisi bersifat satu arah, sehingga membuat anak kurang mengeksplorasi dunia tiga dimensi dan kehilangan peluang mencapai tahapan perkembangan yang baik. Ia pun menyebutkan, bahwa sebuah penelitian di Amerika menunjukkan anak usia dibawah lima tahun yang rata-rata menonton televisi 2 jam sehari, setelah usianya beranjak 6-7 tahun diketahui mengalami penurunan kemampuan membaca dan daya ingat.

Elly Risman mengatakan bahwa sebuah harian Jakarta pernah melakukan penelitian bahwa anak Indonesia menonton televisi rata-rata 3-6 jam per hari. Itu berarti 2 kali lipat dibandingkan anak Australia, 3 kali lipat dibandingkan anak Amerika dan 5 kali lipat dibandingkan dengan anak Kanada sedangkan sambungan-sambungan antar synaps (jaringan dalam otak yang membuat cerdas seorang anak) sangat ditentukan oleh gerakan tubuh. Bila anggota tubuh bergerak, maka otak akan membuat jaringan tentang aktifitas itu terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. Otak akan mengabadikannya. Synap tidak berkembang dengan baik.

Selain permasalahan mengganggu kecerdasan, ternyata efek sinar yang diradiasikan televisi juga berdampak buruk bagi anak. Menurut dr Hardiono bahaya televisi lainnya adalah efek sinar biru. Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang cahaya 400-500 nm yang dapat berpotensi terbentuknya radikal bebas dan menimbulkan fotokimia ada retina mata anak. Lensa mata anak masih peka dan belum dapat menyaring bahaya sinar biru. Karena itulah risiko terbesar kerusakan akibat sinar biru terdapat pada usia dini.

Anak di bawah usia 3 tahun seringkali disebutkan sebagai usia emas. Pada usia ini perkembangan otak dan motorik batita berkembang pesat.  Mereka mengenali sekelilingnya dengan meraba, mencicipi, melihat, mendengar dan menbaui apapun yang menarik perhatian mereka. Otak mereka menerima informasi segar dan merekamnya. Batita belum dapat memilah informasi dikarenakan informasi yang serba baru dan masih dalam bentuk perilaku meniru. Mereka mempelajari respon emosi dari orangtua dan sekelilingnya.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa anak - anak usia 1 - 2 tahun mampu meniru tayangan tontonannya setelah ditonton berulang - ulang. Ini bukan menandakan kecerdasan mereka bertambah, namun kemampuan menirunya berfungsi. Jika hal ini dibiarkan, maka anak akan menjadi peniru ulung yang tumpul kreatifitasnya. Mereka mudah menerima hal baru tanpa dapat memfilternya dengan cermat. Mereka mudah menjadi pengikut namun bukan sebagai perintis. Sedangkan menonton televisi kurang dari 3 jam bagi anak usia diatas 3 tahun, dengan syarat sarat edukasi dapat membantu sang anak memperoleh informasi bermanfaat, dengan catatan menonton dalam bimbingan orangtua. Namun sekali lagi bagi batita, televisi masihlah berupa gambar bergerak yang menarik perhatian mereka untuk ditiru baik gerak maupun mimiknya. Gambar bergerak menarik di layar kaca akan menyita perhatian mereka, dan diperkirakan berpengaruh besar pada kebiasaan dan jam tidur, perilaku agresif, obesitas dan lainnya.

Sudah seharusnya kita para orangtua lebih bijak dalam mengenalkan televisi dan gadget lainnya pada ananda tersayang kita. Bukankah kita sangat berharap dan berupaya agar sang buah hati tumbuh kembang fisik, kecerdasan intelektual, emosional dan spritualnya baik dan sehat???

[caption id="attachment_365169" align="aligncenter" width="300" caption="Renang bersama keponakan"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun