Mohon tunggu...
Amalia Azahra Putri
Amalia Azahra Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - perfectly imperfect

trying something new, and loving it! (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧⁠*⁠。⁠♡

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kehilangan Sosok Panutan Bangsa: Berpulangnya Buya Syafii Maarif

30 Mei 2022   16:04 Diperbarui: 30 Mei 2022   16:07 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source by: @AdjieSanPutro on twitter

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif atau yang lebih dikenal sebagai Buya Syafii Maarif tutup usia saat menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Camping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) karena sakit, Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB.

Sebelum wafat, Buya Syafii Maarif masuk ke rumah sakit itu sejak Sabtu (14/5/2022) karena mengeluh sesak napas akibat penyakit jantung. Bahkan, pada awal Maret lalu, Buya Syafii Maarif juga sempat menjalani perawatan medis di RS PKU Gamping. Saat itu, Buya hampir dua pekan menjalani perawatan sampai kondisinya membaik dan setelah itu diperkenankan untuk pulang.

Buya Syafii Maarif wafat pada usia 86 tahun. Syafii Maarif lahir pada 31 Mei 1935 di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau. Ayahnya adalah kepala suku dan saudagar bernama Ma'rifah Rauf Datuk Rajo Malayu. Sementara ibunya, Fathiyah wafat ketika Syafii baru berusia 18 bulan.

Kehilangan besar bagi umat Islam dan bangsa Indonesia atas kepergian alm. Buya Ahmad Syafii Maarif Tokoh yang akan dikenang karena menyebarkan nilai-nilai kedamatan. toleransi, dan kesederhanan. 

Buya Syafii Maarif semasa hidupnya dikenal sebagai seorang ulama moderat dan juga terkenal sebagai sejarawan. Ia berasal dari Sumpur Kudus, Sawahlunto, Sumatera Barat. Buya Ahmad Syafii Maarif adalah sosok ulama besar yang ramah dan selalu menjadi panutan bangsa Indonesia. Nasihat dan ceramahnya selalu membuat yang mendengarnya merasa damai dan hangat.

Adapun riwayat pendidikan Buya Syafii Maarif saat beliau masih kecil yakni Syafii Maarif bermula bersekolah di Sekolah Rakyat (SR). Sedangkan untuk belajar agama, dia mengambil dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah sepulang sekolah di SR. Syafii tamat dari SR pada 1947 tanpa ijazah karena saat itu masih terjadi perang revolusi kemerdekaan.

Setelah usai menamatkan pelajaran di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Balai Tangah, Lintau, Syafii yang saat itu berusia 19 tahun pada 1953 merantau ke Yogyakarta. 

Dirinya melanjutkan pendidikan ke Madrasah Muallimin Yogyakarta sampai tahun 1956. Di Muallimin, dia aktif dalam organiasi kepanduan Hizbul Wathan dan pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Sinar.

Sebelum menjadi cendikiawan muslim, pria kelahiran Minangkabau itu mengawali kariernya dengan menjadi guru di sekolah Muhammadiyah di pulau Lombok, tepatnya di sebuah kampung yang bernama Pohgading pada tahun 1957 silam. 

Buya Syafii Maarif lalu melanjutkan pendidikan di Universitas Cokroaminoto, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP UNY, Universitas Ohio Amerika Serikat hingga Universitas Chicago, Amerika Serikat. 

Beliau juga pernah tercatat menjadi Dosen Sejarah dan Kebudayaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta pada tahun ajaran 1964-1969. Selain itu, Buya Safii menghabiskan sekitar 27 tahunnya di IKIP Yogyakarta, ia mengampu sejarah Asia Tenggara hingga filsafat sejarah.

Tidak hanya itu, seiring dengan berjalannya waktu, Buya Syafii Maarif giat dalam organisasi keagamaan Muhammadiyah dan dipercaya menjabat sebagai Wakil Ketua PP Muhammadiyah pada tahun 1995. 

Tahun 1998, Buya Syafii maarif dipercaya untuk menjalankan PP Muhammadiyah, setelah Ketua Umum sebelumnya, Amien Rais mendirikan Partai Amanat Nasional. Saat menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyyah Buya aktif membela KPK, dari intervensi dan pelemahan yang ditujukan ke lembaga anti korupsi itu.

Buya Syafii Maarif juga menjadi teladan untuk masalah moral dan etika di masyarakat. Buya Syafii Maarif sangat lantang dalam menyuarakan permasalahan mengenai pluralisme dan toleransi antar umat beragama, sebagai ujung tombak menjaga keutuhan negara kita  terkhusus NKRI.

Selesai masa jabatan tersebut, kariernya terus naik hingga menduduki pucuk pimpinan Muhammadiyah ke-13 pada 1998-2000. Buya Syafii Maarif menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama tujuh tahun dari 1998-2005. Syafii Maarif juga pernah menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).

Dua tahun memimpin, Buya Safii dinilai berhasil membawa oraganisasi Muhammadiyah ke jalur Khittahnya. Atas keberhasilannya itu, para peserta mukhtamar Muhammadiyah kembali memilih Buya Safii sebagai ketua PP Muhammadiyah pada 2000-2005.

Selesai menjabat sebagai ketua umum PP Muhammadiyah, dia kemudian mendirikan Maarif Institute. Sebelumnya, Buya Safii aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Banyak sekali kontribusi yang telah dilakukan oleh Buya Syafii Maarif. Dimulai dari perannya dalam memperjuangkan toleransi dan kemanusiaan diakui banyak pihak, dengan sejumlah penghargaan bergengsi. 

Selain itu,dilansir dari jpnn.com Buya Syafii Maarif pernah berkontribusi dalam memasukkan sumber listrik ke tanah kelahirannya, yaitu Minangkabau. Juga Buya syafii Maarif pernah berkontribusi yerhadap mencarikan dana untuk Pesantren Hamka di Padang.

Buya di tahun 2018 ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau BPIP.

 Di samping itu, beliau juga aktif menulis dan telah menuangkan pikirannya dalam bentuk buku.

Adapun berikut beberapa karya tulis Buya Safii:

1. Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia (1983)

2. Dinamika Islam (1984)

3. Islam, Mengapa Tidak? (1984)

4. Islam dan Masalah Kenegaraan (1985)

5. Islam dan politik: teori belah bambu, masa demokrasi terpimpin 1959-1965 (1996)

6. Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah (2009)

7. Titik-Titik Kisar di Perjalanan: Autobiografi Ahmad Syafii Maarif (2009)

Kini, sang cendekiawan dan tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif telah berpulang. Indonesia berkabung karena sosok yang dikenal dengan toleransi antarumat beragama ini sudah tiada. Namun nilai-nilai tentang moralitas dan kebajikan yang beliau sampaikan, selamanya menjadi sumber keteladanan dalam beragama dan berwarganegara. Sugeng kondhur Buya Syafii Maarif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun