Mohon tunggu...
Andi Melina Adesti
Andi Melina Adesti Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aisyah: Bocah Rawat Ayah di Becak

21 Maret 2014   22:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:39 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjuangan gadis cilik yang rela mengorbankan diri demi merawat seorang ayah yang sedang sakit. Dia akhirnya putus sekolah saat duduk di kelas 1 SD, karena ayahnya tak mampu lagi bekerja untuk biaya sekolah dan sehari-hari.

Pada saat usia 6 tahun, saat anak ini baru memulai pendidikan dasar di SD Inpres Kabupaten Siantar, terpaksa harus menghentikan sekolah karena ayahnya sedang sakit, dan tidak bisa bekerja lagi.

Anak-anak berusia 8 tahun seharusnya belajar di sekolah dan bermain bersama teman sebayanya. Aisyah yang tak bisa melakukannya karena harus merawat ayah yang sedang sakit diatas becak pengangkut barang.

Sejak umur setahun, ibu dari Aisyah telah pergi entah kemana bersama seorang abangnya. Aisyah yang masih kecil ditinggalkan bersama ayahnya.

Setahun lebih Siti Aisyah Pulungan (8) dan ayahnya Muhammad Nawawi Pulungan (56) yang sakit parah, tidur di becak pengangkut barang. Pilihan hidup itu mereka lakukan karena ketiadaan biaya untuk mengontrak rumah.

Sejak itu, Aisyah memulai mengais rezeki dengan cara mengayuh becak mengangkut barang keliling dan ayahnya pun bersamanya di atas becak tersebut. Dan untuk makan sehari-hari, dia hanya menerima pemberian jamaah yang berada di area Masjid yang selalu ditempatinya untuk bernaung.

2 tahun meninggalkan bangku sekolah demi merawat sang ayah tercinta. Memberi perhatian yang penuh kasih dan sayang, membersihkan badan, dan memberi makan pada sang ayah.

Mendengar pemberitaan ini, Plt Walikota Medan, Dzulmi Edin, beliau pun turun tangan untuk meninjau permasalahan ini. Dzulmi Edin terenyuh pengorbanan Aisyah, sehingga Pemkot pun bersedia membantu meringankan beban Aisyah untuk memberikan pengobatan sampai tuntas untuk ayahnya, membantu Aisyah untuk melanjutkan pendidikan seperti sedia kala yang sempat terputus di bangku kelas 1 SD Inpres Siantar, Sumatera Utara. Dan, Pemkot pun berjanji akan memberikan fasilitas rumah susun jika Muhammad Nawawi Pulungan dinyatakan sehat dan bisa bekerja lagi.

Kamis, 21 Maret 2014, seorang Siti Aisyah Pulungan akhirnya bisa kembali bersekolah di SD 060792 kota Medan, Sumatera Utara. Dan ayahnya pun telah dirawat di rumah sakit di kota Medan. Keceriaan terlihat diraut wajah Aisyah yang telah menjadi anak berbakti pada orang tua, walaupun umurnya masih sangat muda untuk menjaga dan melindungi ayahnya.

Saya pun terharu saat melihat kisah ini di media televisi. Dan harapan saya, semoga Aisyah menjadi anak yang pintar, dapat meraih prestasi, dan tetap menjadi anak yang shalihah. Begitu juga dengan Muhammad Nawawi Pulungan, ayah Aisyah, semoga diberi kesembuhan agar bisa bekerja kembali untuk mencari rezeki. Aamiin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun