Dilematis. Itulah yang sedang dirasakan oleh teman saya, Cha. Antara orangtua atau cinta, antara masa depan yang 'sangat' cerah atau yg 'cukup' cerah, antara dokter atau pegawai pajak...
Cha, seorang perempuan yang nyaris sempurna, yang nyaris memiliki segalanya. Terlahir sebagai sulung dari dua bersaudara dari keluarga yang serba berkecukupan. Dikaruniai fisik yang didambakan oleh setiap perempuan. Cantik dengan wajah bak wanita Timur Tengah, dengan rambut hitam panjang yang menawan, serta tubuh tinggi langsing nan aduhai. Didukung pula dengan kecerdasan dan pendidikan yang memadai, dengan gelar master yang akan segera dikantonginya tahun ini.
Cha saat ini sedang menjalin hubungan jarak jauh dengan Ferdi, dipisahkan oleh jarak ribuan kilometer, antara sebuah kota kecil di Pulau Sumatera, tempat pengabdian Ferdi sebagai aparatur negara, dengan sebuah kota besar di Jawa Tengah, tempat Cha menempuh program pasca sarjananya.
Keduanya saling mencinta, saling setia, walau jarak memisahkan. Seperti kalimat puitis sang pria kepada sang wanita, 'karena jauh, kita menjadi semakin dekat...'
Awalnya tak ada masalah dengan hubungan jarak jauh yang nyaris tanpa pertemuan ini. Orangtua Cha hampir tak pernah mencampuri urusan asmara putri kesayangan mereka, hingga pada suatu ketika Cha bercerita tentang seorang teman barunya kepada sang mama. Si teman adalah seorang dokter muda yang cukup mapan. Cha memanggilnya dengan sapaan Dokter Hadi. Dokter Hadi terang-terangan melakukan pendekatan pada Cha walau sudah mengetahui hubungan Cha dengan Ferdi. Namun Cha hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih. Dokter Hadi dengan segala upayanya memikat hati Cha, salah satunya dengan membawakan bunga setiap kali mereka bertemu. Bunga segar tentunya, walau bila Cha meminta bunga deposito sekalipun, pasti akan dibawakannya juga dengan senang hati, hehe...
Ketika mama Cha mendengar ada sesosok dokter muda yang sedang mendekati putrinya, sontak saja sang mama merubah pandangannya tentang hubungan Cha dan Ferdi. 'Sudahi hubunganmu dengan Ferdi dan pilihlah Dokter Hadi!' Begitu nasihat sang mama yang lebih menyerupai perintah. 'Dokter Hadi lebih menjamin masa depanmu ketimbang Ferdi yang pegawai pajak itu...'
Menjamin masa depan? Masa depan yang bagaimana? Yang sangat cerah sekali? Cha merasa kehidupannya yang sekarang sudah lebih dari cukup. Orangtuanya mampu memberikan kehidupan yang layak bagi dirinya dan adiknya. Penghasilan tunggal dari seorang papa yang juga seorang pegawai pajak. Jadi bila suatu saat dia berjodoh dengan Ferdi, kehidupannya kelak pun semoga tak akan berbeda jauh dari kehidupannya sekarang.
Mungkin mama yang merasa tidak puas dengan kehidupan yang diberikan papa, hingga anaknya harus mendapatkan masa depan yang paling tidak setingkat lebih tinggi dari kehidupan sekarang? Yah, yah, profesi dokter masih lebih prestise di mata masyarakat dibandingkan dengan profesi sebagai pegawai pajak, mungkin. Dan mungkin, dari segi penghasilan pun akan lebih menjamin bila dibandingkan dengan penghasilan seorang pegawai pajak yang 'lurus'.
'Sebenernya Hadi orangnya baik, tapi Cha nggak ada chemistry sama sekali ma dia. Alasan mama hanya karena materi, masa depan yang lebih cerah... Tapi sayang Cha cuma buat Ferdi, Cha nggak bisa dipaksa buat sayang sama Hadi. Cha ngerasa nggak da pilihan sekarang. Dosakah kalo Cha punya pilihan hati sendiri?'
Miris bila mendengar curhat Cha. Haruskah Cha memilih Dokter Hadi seperti keinginan mamanya dan melupakan cintanya pada Ferdi? Toh cinta bisa tumbuh seiring dengan waktu, begitu filosofi sang mama.