kulipat galau mu
kulibas payah ku
diantara cemas yang agung
masihkah tembok bisu itu merindu
dipuja
Keras hati mengalir ke jari
Mencari paku tuk ditancapkan
diujung karet bulat
hingga kempes
melempem roda hatimu
Ingatkah sewaktu dulu kita diciptakan bersama
kau menendangku hingga turun ditanah ini
aku menangis kau tertawa
hingga kita bertemu lagi di tanah ini
tanpa janji
kau menangis dan aku tertawa
Konon, Dulu kita satu jiwa
Karena terlalu rapuh, Tuhan membelahnya jadi dua
Aku ditatar alam
Dibelai Hujan
Dihujat Panas
Ditantang keraguan
Kau duduk manis diberanda
Disapa hangat kaum kerabat
Nyenyak tidur dalam selimut rindu
Jauh dilempengan waktu
Sial... Kita masih tetep sama
Bagai kembar beda rupa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H