Mohon tunggu...
Angely ManuDularam
Angely ManuDularam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPH

Seorang Mahasiswa UPH PJJ Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Si Paling Merasa Tersakiti tapi Menyakiti

23 Desember 2022   21:24 Diperbarui: 23 Desember 2022   21:46 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak dapat dipungkiri, manusia di dunia ini pastilah memiliki karakter yang berbeda-beda. Tetapi ada salah satu tipe karakter manusia yang bisa bikin hidup kalian tidak enak, Si Playing Victim yang merasa paling tersakiti, paling susah dan merana tapi dia menyakiti orang lain.

Playing Victim sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dan setiap orang pasti pernah melakukannya. Ingat saja masa kecil dulu saat kalian bertengkar dengan teman sepermainan, pasti kalian pernah menyalahkan teman kalian kan? Atau saat ditempat kerja, bila ada suatu kesalahan terjadi, tidak jarang rekan kerja menyalahkan satu sama lain.

Apa sih playing Victim itu? Playing Victim atau dikenal juga sebagai Victim Mentality adalah sebuah kondisi seseorang yang merasa dirinya yang paling menderitia. Si playing victim ini juga merasakan bahwa ia selalu disalahkan atau dirugikan dalam suatu situasi. Singkatnya si playing victim ini mencoba melimpahkan kesalahannya kepada orang lain dan menempatkan dirinya sendiri sebagai korban. Tidak sedikit pula yang berani sampai memutar balikkan fakta hanya karena menginginkan simpati.

Sebelum kita membahas lebih dalam, yuk kita simak ciri-ciri playing victim di kutip dari Life Hack :

  • Melepaskan Tanggung Jawabnya

Si Playing Victim ini seringkali tidak mau bertanggung jawab atas apa yang ia telah lakukan. Mereka ini sangat pintar bersandiwara, dan menyalahkan korban sebenarnya.

  • Pendendam

Si Playing victim ini biasanya menyalahkan korbannya karena dilandasi atas rasa dendam kepada si korban

  • Memperlihatkan dirinya sebagai orang yang lemah dan paling senang mengasihani diri sendiri

Si playing victim ini memang paling pintar bersandiwara, mereka akan berlagak seperti manusia paling tertindas sehingga orang lain akan mempunyai persepsi seperti yang mereka mau, mereka juga tidak segan-segan mengasihani dirinya sendiri.

  • Memiliki kesulitan dalam berkomunikasi asertif

Mereka tidak bisa mengandalikan dirinya, emosinya serta keinginannya, mereka sulit dalam mengekspresikan perasaannya.

  • Tidak Mempercayai siapapun

Bahkan dirinya sendiri

  • Tidak pernah puas, sering berargumentasi tanpa dasar, dan sering memberikan kritik
  • Merasa paling sempurna dan egois
  • Dan mereka akan meninggalkan orang-orang yang merugikan mereka

Pernahkah kalian bertemu atau berinteraksi dengan Si Playing Victim?, Orang-orang seperti ini bisa jadi teman, sahabat, saudara atau diri sendiri. Terkadang kalian tidak dapat menghindari interaksi dengan Si Playing Victim ini, interaksi dengan mereka cukup menjengkelkan, dan tidak jarang komunikasi dengan mereka ini menghasilkan konflik besar.

Untuk menghadapi si Playing Victim, kalian bisa mencoba cara-cara dibawah ini:

  • Dengarkanlah mereka dengan penuh perasaan

Mindful Listening is the key! Playing victim dapat terjadi karena pengalaman masa lalunya, bisa saja dulunya ia di judge dan sering disalahkan, oleh karena itu benar-benar mendengarkan dan melihat  atau mengetahui apa yang mereka rasakan sangat penting.

  • Jangan memberikan Label

Jangan pernah terang-terangan atau melabel diri mereka sebagai pelaku playing victim, komunikasikan kesalahan mereka dengan baik, menjelaskan apa yang mereka lakukan salah dengan tutur kata dan pemilihan kata yang baik.

  • Ciptakan persepsi yang berbeda

Kalian harus dapat menciptakan persepsi yang berbeda dari Si Playing Victim ini, berusaha mempunyai pandangan yang luas sehingga dapat menghindari konflik.

  • Tingkatkan rasa empati

Kalian harus dapat berusaha memahami apa yang orang lain rasakan, dan hal terpenting yang dapat kita lakukan adalah berempati.

Semoga artikel ini dapat membantu dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun