Mohon tunggu...
Justin Jeongho Kim
Justin Jeongho Kim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis dan Konsultan Bisnis

Konsultan asing yang berbisnis di Indonesia dan Korea Selatan. Jurnalis dengan fokus pada isu internasional. Menyukai seni dan menghubungkan berbagai budaya. Hobi berbagi ide bisnis antara Indonesia dan Korea Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mimpi Menginjakkan Kaki di Masjid Megah Iran

20 Agustus 2024   17:11 Diperbarui: 20 Agustus 2024   17:16 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami, orang Korea umumnya masih kurang mengenal budaya dan negara-negara Islam. Secara historis, interaksi lebih banyak terjadi dengan negara tetangga seperti Tiongkok dan Jepang saja. Setelah modernisasi, penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pun lebih banyak berasal dari Eropa dan Amerika.

Destinasi wisata yang paling diminati orang Korea adalah negara-negara Eropa. Sementara itu, negara-negara Timur Tengah, yang sebagian besar beragama Islam, jarang menjadi tujuan wisata akibat prasangka agama yang masih kental. Hal ini menyebabkan rendahnya ketertarikan terhadap wilayah dan budaya Timur Tengah, yang perlahan-lahan berujung pada ketidaktahuan kami tentang peradaban Islam.

Belum lama ini, saya menonton sebuah video di Youtube yang memperlihatkan bagian dalam Masjid Shah Cheragh di Shiraz, Iran, kota terbesar kelima di negara itu. "Shah" berarti raja, dan "Cheragh" berarti cahaya, sehingga nama masjid ini dapat diartikan sebagai "Raja Cahaya."

Menurut legenda, sekitar tahun 900, seorang peziarah menemukan cahaya misterius yang muncul dari dalam tanah saat sedang dalam perjalanan. Ketika digali, ia menemukan sesosok mayat berlapis baju zirah yang diidentifikasi sebagai Ahmad, putra dari Musa al-Kazim, salah satu dari 12 Imam Muslim Syiah, berkat cincin yang dikenakannya.

Mengingat pentingnya sosok ini bagi umat Muslim Syiah, sebuah bangunan dengan kubah dan pilar didirikan di atas makamnya untuk melindungi tempat tersebut. Sejak saat itu, masjid ini menjadi tempat ziarah bagi Muslim Syiah.

Pada abad ke-14, Ratu Tashi Khatun memperluas masjid ini. Ia juga membangun makamnya sendiri di sisi selatan masjid dan mempersembahkan 30 salinan Al-Quran yang dihiasi emas sebagai bentuk penghormatan.

Ratu ingin cahaya suci menyebar ke seluruh dunia, sehingga interior masjid dirancang untuk memantulkan cahaya. Sayangnya, bangunan yang didirikan atas perintah ratu tersebut hancur seiring waktu, dan hanya Al-Quran yang tersisa, yang kini disimpan di Museum Pars.

Museum Pars (Sumber foto: Iran Tourism Organization)
Museum Pars (Sumber foto: Iran Tourism Organization)

Selama berabad-abad, masjid ini telah beberapa kali direnovasi, terutama akibat gempa bumi yang sering merusak bangunan. Renovasi besar terakhir dilakukan pada tahun 1958, menghasilkan bangunan yang ada saat ini.

Interior makam di dalam masjid ini dirancang untuk memantulkan cahaya menggunakan ribuan potongan kecil cermin. Ketika cahaya hijau dipancarkan, ruangan akan dipenuhi cahaya hijau terang yang melambangkan surga bagi umat Muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun