Mohon tunggu...
Justin Jeongho Kim
Justin Jeongho Kim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis dan Konsultan Bisnis

Konsultan asing yang berbisnis di Indonesia dan Korea Selatan. Jurnalis dengan fokus pada isu internasional. Menyukai seni dan menghubungkan berbagai budaya. Hobi berbagi ide bisnis antara Indonesia dan Korea Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sukses Kelola Limbah Makanan: Apa yang Bisa Indonesia Pelajari dari Korea Selatan?

13 Agustus 2024   09:49 Diperbarui: 13 Agustus 2024   13:46 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Washington Post

Pada 9 Agustus lalu, Washington Post merilis artikel tentang cara Korea Selatan menangani limbah makanan. Di negeri ginseng tersebut, limbah makanan harus dipisahkan dari limbah umum lainnya. 

Kebijakan ini telah diberlakukan sejak 20 tahun lalu, dan meskipun pada awalnya warga Korea mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri, lambat laun kebiasaan ini menjadi bagian dari keseharian mereka. 

Sebelumnya, membuang limbah makanan bersama dengan limbah lainnya dalam satu kantong plastik besar adalah hal yang biasa.

Namun, limbah yang bercampur ini mempersulit pemisahan di kemudian hari, serta memakan waktu dan biaya. Sehingga limbah sering hanya ditimbun di dalam tanah. Penumpukan ini menyebabkan pencemaran dan menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca penyebab utama pemanasan global.

Pemerintah Korea Selatan menyadari bahwa solusi efektif adalah dengan memisahkan limbah makanan dari sumbernya, baik individu maupun rumah tangga. Masyarakat yang terbiasa mencampur limbah awalnya bereaksi keras, tetapi pemerintah terus mengedukasi dan memberlakukan denda tinggi bagi pelanggar. Kini, tidak ada lagi keluhan saat membuang limbah makanan ke dalam mesin pengumpul khusus.

Mesin pengumpul khusus limbah makanan yang ada di setiap komplek hunian di Korea Selatan. Sumber foto: Joongang Daily
Mesin pengumpul khusus limbah makanan yang ada di setiap komplek hunian di Korea Selatan. Sumber foto: Joongang Daily

Di Korea Selatan, semua limbah dikirim ke Pusat Daur Ulang Limbah, tetapi limbah makanan dikirim ke Pusat Bioenergi. Sebanyak 98% limbah makanan diolah menjadi pupuk, pakan ternak, atau biogas, yang merupakan sumber energi terbarukan.

Di Amerika Serikat, 60 persen limbah makanan dibuang ke tempat pembuangan sampah, hanya 5 persen yang dikompos, dan 15 persen diubah menjadi energi. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, hingga 31 persen makanan terbuang sia-sia. Jumlah ini cukup untuk memberi makan lebih dari satu miliar orang yang kelaparan. Limbah makanan diperkirakan menyumbang 6 hingga 8 persen dari total emisi limbah global.

Indonesia, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, adalah penyumbang limbah makanan terbesar di Asia Tenggara, menghasilkan sekitar 2,1 juta ton pada tahun 2021, jauh melebihi negara lain di Asia Tenggara.

Sumber foto: UNEP
Sumber foto: UNEP

Pemerintah Indonesia tentu menyadari hal ini dan sedang mencari solusi. Pengalaman dan knowhow Korea Selatan mungkin dapat menjadi acuan yang berguna bagi pihak yang terkait.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun