Mohon tunggu...
Hana Hana
Hana Hana Mohon Tunggu... -

Suka Nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Poligami

5 Agustus 2015   12:27 Diperbarui: 5 Agustus 2015   12:32 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Awal pernikahan, aku tidak pernah di tanya sama istri, apakah ada niat untuk poligami. Karena tidak di tanya, akupun tidak menjawab. Namun suatu waktu, ketika sedang santai dengan istri, istri bertanya dengan bijak. "Bagaimana pendapat abang dengan poligami?", dia bertanya karena ada seorang teman kami yang melakukan poligami. Aku pun menjawabnya dengan bijak. "Poligami itu boleh, dan sudah di sebutkan dalam Al-Quran, jadi boleh di lakukan. Jadi kita posisi-nya sebagai manusia, tidak boleh melarang poligami, karena itu memang sudah di bolehkan". Karena istriku orangnya bijak, mendengar jawaban aku tersebut, dia tidak lantas lansung emosi. Aku kemudian melanjutkan."Walaupun boleh, poligami tetap saja sebuah pilihan. Maksudnya pilihan laki-laki boleh memilih poligami atau tidak. Nah masih-masing pilihan tentu ada alasan mengapa seseorang memilih 2 pilihan tersebut". Istri kembali bertanya ke inti-nya," Kalau abang?"."Kalau abang untuk saat ini tidak ada niat untuk poligami, mengapa?", aku membuat pertanyaan untuk diriku sendiri, "Karena itu pilihan abang. Abang tidak mau berpoligami". "Apa alasannya? banyak".

1. Sejak dulu abang sudah diingatkan sama mama (orang-tua) supaya tidak poligami.

2. Masyarakat kita secara sosial budaya masih susah untuk menerima kenyataan poligami.

3. Anak kita masih kecil, Abang tidak mau anak kita nanti di ejek sama teman-temannya karena bapaknya nikah lagi.

4. Bagaimana kalau anak sudah besar? tetap juga abang tidak mau, karena abang takut anak kita punya pikiran bahwa ayahnya tidak sayang sama bunda-nya lagi.

5. Abang takut anak kita trauma, terutama yang perempuan, trauma mereka sehingga mereka tidak percaya sama laki-laki dan akhirnya tidak menikah".

Aku menjelaskan panjang lebar. Istriku menatap dengan matanya masih penuh keraguan, tetapi merasa takjub dengan jawaban yang aku berikan.

"Tadi abang bilang kalau saat ini niat untuk poligami tidak ada, bagaimana kalau dimasa akan datang?" sudah kuduga dia akan bertanya seperti itu.

"Itu sudah abang jawab tadi di no 4 dengan no 5. Abang tidak mau anak kita setelah dewasa melihat ayahnya ini seperti tidak sayang sama bunda-nya. Jika mereka berpikir demikian, mereka akan trauma untuk berumah tangga. Abang ini sebenarnya kan produk poligami juga. Kakek abang menikah sampai 3 kali. Akibatnya apa? sampai saat ini masih ada adik ayah abang yang hingga umur 50 tahun belum menikah dan sepertinya tidak akan menikah. Mengapa? karena dia trauma dengan laki-laki. Abang sudah melihat keluarga besar abang yang eperti itu dan abang tidak ingin kalau anak-anak kita nantinya seperti itu. Cukuplah adinda seorang saja di hati." Istriku tidak menjawab. Tetapi dia percaya yang aku sampaikan, karena dia memang melihat dan berinteraksi dengan keluarga besarku.

Ya, poligami itu adalah pilihan, kenapa ada yang memilih poligami tentu mereka ada alasannya dan kenapa ada yang tidak memilih poligami, tentu mereka juga ada alasannya. Namun apapun itu, jangan Syariat-nya yang dijadikan hujatan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun