Mohon tunggu...
Dwi Ratih Kholishah
Dwi Ratih Kholishah Mohon Tunggu... -

Awalnya aku hanya seorang anak perempuan, kemudian aku menjadi pelayan masyarakat dan menikah dengan seorang aktivis sosial. dari perkawinan kami lahirlah seorang anak istimewa yamg samgat kami cintai bernama UWAIS ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabatku, Jadilah Sekuat Asiyah!

17 April 2015   12:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:59 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Laa, kayaknya aku mau pisah aja”

Text yang meluncur di ponsel ku subuh tadi membuatku terhenyak, itu adalah pesan singkat dari sahabatku Aisha. Sudah lebih dari tiga tahun rumah tangganya di rundung masalah dari usaha yang terpuruk, hutang yang menumpuk hingga wanita kedua. Sungguh pilu jika membaca bait-bait curahan hatinya yang terkadang seperti sebuah cerpen yang ceritanya sangat melankolik.

Aku tak dapat membantunya, karena permasalahannya seolah jauh semakin dalam dan melibatkan banyak pihak. Aku hanya dapat menjadi pendengar setia dan memeluknya dalam do’a-do’a yang kulantunkan pada sang Maha Rahman. Sahabatku sedang terpuruk, terlebih pujaan hatinya dulu kini jua jauh dari Tuhan. Mungkin itu permasalahan yang paling mendasar yang membuatnya hendak mengambil keputusan sulit itu.

“Aku bukan hanya butuh suami, namun aku butuh seorang imam. Bagaimana dia dapat menjadi imam keluarga jika kewajibannya pada Tuhan tidak ia jalankan” lanjutnya

Aku tak dapat berkata-apa-apa karena memang persoalan ibadah adalah hal yang sangat fundamental. Namun, apakah perpisahan adalah solusinya, bagaimana dengan anak mereka?. Aku jadi teringat kisah seorang ustadz tentang wanita mulia yang derajatnya sama dengan Fathimah, Khadijah dan Aisyah, dia adalah Siti Asiyah Isteri Fir’aun. Suaminya bukan hanya tak beribadah, bahkan dia mengaku Tuhan. Dalam sejarah, Fir’aun juga dikenal sebagai orang yang kejam. Saat dia mengetahui isterinya mengimani Tuhan Nya Musa, dia menyiksanya dan mebelenggunya dengan besi. Namun Asiyah tidak putus harapan, karena ia punya Tuhan. Ia berdoa dan memohon pertolongan padanya, bahkan do’anya di abadikan dalam Al-Qur’an Surat At Tahrim ayat 11. Dan Allah SWT menjawab do’anya dengan menunjukkan Surga yang kelak menjadi tempat tinggalnya di akhirat. Asiyah adalah teladan bagi wanita yang begitu sabar dalam menghadapi keburukan suaminya. Asiyah memang telah tiada beribu tahun yang lalu, namun semangatnya menjadi ruh bagi wanita modern.

“ Sha, dulu kau sangat mencintainya bukan?” tanyaku tak membutuhkan jawaban

“ Cinta mensyaratkan kesabaran, tetapi sabar tak bermakna pasrah diam tak berusaha” kataku, mengutip kata-kata Asma Nadia penulis favoritku

“Aisha Sahabatku, Jadilah sekuat Asiyah” kuketikkan di layar ponsel pesan itu, namun aku tak sanggup untuk menekan enter. Jalan hidup manusia berliku-liku dengan beraneka rupa kebahagiaan, kenikmatan juga ujian berupa kesedihan dan luka ... aku tak tahu seberapa besar beban Aisha sebenarnya, karena aku hanya dapat memandangnya dari kejauhan diantara hiruk pikuk masalahku sendiri. Biarkan dia memutuskan yang terbaik untuk hidupnya ... namun tetap kubisikkan pesan itu melalui angin yang berhembus sejuk melalui do’a-do’a yang tak lupa ku hadiahkan untuknya. Allahu Robby bantulah sahabatku keluar dari masalahnya, dengan lembut dan mudah tanpa sakit dan menyakiti siapapun ... Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun