Mohon tunggu...
Ambu Kaka
Ambu Kaka Mohon Tunggu... -

Ambu itu sama dengan Bunda, Emak, Enyak, Ibu, Mama, Mami, Ummi....... Ambu Kaka, ya Emaknya Kaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sensus Penduduk: Benarkah Usianya 140 Tahun?

27 Mei 2010   04:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:56 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan Mei ini BPS punya hajat besar, yaitu Sensus Penduduk 2010. Kegiatan yang dilaksanakan 10 tahun sekali ini bertujuan untuk memperbaharui data dasar kependudukan dan sebagai basis pembangunan registrasi penduduk dan pengembangan sistem administrasi kependudukan.

Orang-orang yang diberi kesempatan untuk terlibat secara langsung dalam pencacahan penduduk ini, tentu akan menemui berbagai cerita, seperti beberapa pengalaman pengalaman Hadi Samsul yang ini atau yang itu.

Kita juga beberapa kali dikejutkan dengan berbagai temuan-temuan dalam sensus ini. Misalnya temuan tentang banyaknya orang Indonesia yang berusia di atas 100 tahun. Di salah satu kecamatan di Kabupaten saya malah ada lebih dari dua orang yang mengaku berusia lebih adri 100 tahun. Hal ini tentu saja cukup membuat repot pencacah, karena dalam formulir sensus untuk kolom usia tidak ada pilihan 100 tahun atau lebih. Sementara mereka yang dicacah ada yang mengaku berusia 113 tahun, 110 tahun bahkan 140 tahun. Mereka mengaku pernah mengalami hidup dalam masa penjajahan Belanda, atau menganalogikan beberapa peristiwa penting yang terjadi di negeri ini untuk membuktikan usia mereka sudah mencapai usia sesepuh itu.

Hanya saja, pengakuan-pengakuan mereka tersebut tidak didukung oleh data-data autentik kependudukan. Mengingat mereka kebanyakan tinggal di pedesaan dan tidak terlalu peduli dengan bukti-bukti tertulis tentang kelahiran mereka (Lagipula, saat mereka lahir, ke mana harus mengurus Akta Kelahiran…??? Hehehe).

Namun sebenarnya ada cara yang simple dan cukup logis untuk memperkirakan usia seseorang. Jika cerita tentang kejadian-kejadian tertentu kurang dapat memenuhi rasa percaya orang lain, maka cara ini mungkin bisa dilakukan oleh petugas sensus untuk menghitung berapa kira-kira usia seseorang.

Sebagai contoh, Mak Otjas, warga Kampung Gandasari Desa Cibiuk Kaler Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut, mengaku berusia 140 tahun. Ibu ini memiliki tiga orang anak, yaitu Hj. Ikoh (95), Odin (85) dan H. Sahroni (80). Ma Otjas sendiri tidak tahu persis berapa usianya, namun katanya pernah merasakan kehidupan di masa penjajahan Belanda.

Dalam kasus ini, kita abaikan pengakuan Ma Otjas masa penjajahan Belanda. Metode yang ingin saya usulkan adalah dengan cara membandingkan usia Ma Otjas dengan usia anak-anaknya.

Dari data di atas, Ma Otjas melahirkan putra pertamanya pada usia 45 tahun. Usia yang cukup rawan untuk melahirkan.

Kemudian coba bandingkan Usia Ma Otjas dengan usia anak bungsunya H. Sahroni. Putra bungsu Ma Otjas ini berusia 80 tahun. Maka, jika saat ini Ma Otjas berusia 140 tahun, maka logikanya Ma Otjas melahirkan H. Sahroni pada usia 60 tahun. Sementara itu, normalnya seorang wanita akan mengalami menopause pada usia sekitar 45-50 tahun.

Adapun jika kita ingin berhitung secara logis, maka terlebih dulu tentukan asusmsi-asumsi logis yang mendasari perhitungan ini. Misalnya usia rata-rata perempuan Indonesia pada masa itu untuk menikah adalah antara 17-25 tahun. Katakanlah Ma Otjas menikah di usia 17 tahun. Jika beliau langsung dikaruniai anak pada tahun berikutnya, maka usia Ma Otjas saat melahirkan adalah 18 tahun, maka kemungkinan usia Ma Otjas saat ini adalah 18 + 95 = 113 tahun.

Dan jika Ma Otjas menikah di usia 25 tahun, dan melahirkan pada usia 26 tahun, maka kemungkinan usia Ma Otjas saat ini adalah 26 + 95 = 121 tahun.

Jika membandingkan dengan usia anak bungsu dan masa kemungkinan monopausenya, maka hitung-hitungannya adalah :

Jika setahun setelah melahirkan anak bungsunya Ma Otjas mengalami monopause pada usia 50 tahun, maka usia Ma Otjas adalah 50 + 80 = 130 tahun.

Jika Ma Otjas mengalami monopause pada usia 45 tahun, maka usia Ma Otjas adalah  45 + 80 = 125 tahun.

Namun demikian, itu semua hanyalah hitung-hitungan saya, jika memang responden bersikukuh dengan pengakuannya, maka pengakuan yang bersangkutan patut dihormati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun