Mohon tunggu...
ambuga lamawuran
ambuga lamawuran Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang

Menulis novel Rumah Lipatan, novel Ilalang Tanah Gersang dan antologi cerpen Perzinahan di Rumah Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyian Laut

28 Mei 2019   21:32 Diperbarui: 28 Mei 2019   21:39 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi | Dokpri

Ulur tangan
Rasakan api yang membakar
hati, agar kau tak lagi bimbang dengan jalanku.
Buka mata
lihat luas lautku, agar kau tak perlu menunggu kepulangan.

Kita telah puas berdoa.
Membakar dupa demi dupa,
sampai tak lagi mengenal asapnya.
Kini, segala kan menuju asal.
Perahu kan membawaku jauh, mencari tanah air di kesunyian.
Laut telah jadi rumahku. Beratap langit kelam, beralas gulung gelombang.

Demi apakah semua doa dan dupa, sampai melupa pada hari-hari penuh keteguhan?
Demi apa semua tangismu, yang kini genangi pelupuk sanubariku?
Demi apakah bait-bait pahit, sedang laut kini bergembira dalam jemariku?

Oh Matahari
biarkan kukecup secuil sinar yang masuk ke bilik laut.


Oh Bulan
terangi laut, biar perahu melayar di bawah rahim sinarmu.


Biarkan perahu berpacu dalam nyanyian laut gelombang!
Biarkan dia berkeping, lalu dalam hati berkeras api, kutaruh keping-keping itu di pangkuan buah hati.

Kopong Bunga Lamawuran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun