Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat batas-batas antarnegara menjadi kasat mata dan memperlebar akses informasi ke negara-negara berkembang, meskipun kita tahu ada kesenjangan informasi antarnegara maju dan berkembang. Kencangnya arus informasi yang sejalan dengan meningkatnya interaksi antar budaya menjadikan rawan terjadi konflik.Â
Konflik yang melibatkan budaya tentu saja menjadi sangat berbahaya karena mengancam keutuhan suatu bangsa. Konflik antarbudaya dapat berupa dominasi budaya mayoritas yang menindas budaya minoritas yang dianggap kurang baik hingga layak untuk dihilangkan. Anggapan budaya sendiri yang paling baik membuat klaim budaya lain tidak setara yang berujung pada konflik budaya.
Untuk itu kajian kultural hadir pertama untuk menuntun kita mempunyai sikap toleran pada budaya lain. Kajian kultural memandang budaya lain patut dihormati dan memiliki kesempatan setara untuk berkembang dengan tidak memaksa sebuah budaya mendominasi budaya lain. Kedua, kajian kultural membuat kita lebih mempelajari budaya diri sendiri dan sesama.Â
Dengan seperti itu, kita memiliki kepekaan terhadap budaya sendiri dan budaya di tempat lain. Kepekaan budaya ini menjadi hal penting ketika komunikasi antarbudaya terjadi. Seseorang dengan tingkat kepekaan budaya yang tinggi akan dengan mudah menyesuaikan dirinya atau beradaptasi dengan tempat baru dengan budaya yang berbebda dari budaya asalnya. Selain itu, akan terbangun komunikasi yang efektif ketika bertemu seseorang dengan latar belakang budaya berbeda.
Salam budaya.
Daftar Pustaka:
Astuti, Santi I. 2003. "Cultural Studies" dalam Studi Komunikasi: Suatu Pengantar. Jurnal Mediator 4(1): 55-68
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H