Mohon tunggu...
Ambrosius Suryawan
Ambrosius Suryawan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Mahasiswa FISIP UAJY

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Respon Berbasis Komunitas terhadap Bencana

13 Oktober 2020   15:15 Diperbarui: 13 Oktober 2020   15:19 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.atmago.com/

Pandemi, pandemi dan pandemi suatu kata yang selalu kita dengar. Mungkin kita telah mendenga ratusan atau bahkan ribuan cerita yang berkaitan dengan pandemi. Namun ada satu cerita yang cukup menarik untuk diperhatikan. Terletak di bantaran sungai Gajahwong dan Winongo, Paguyuban Kalijawi merupakan kelompok warga yang memiliki anggota lebih dari 1500 jiwa yang kebanyakan bekerja di sektor informal. Di masa pandemi sekarang pekerja informal terkena efek yang cukup memprihatinkan baik secara ekonomi maupun kesehatan.

Adanya kesulitan yang dirasakan memantik semangat warga dari Paguyuban Kalijawi untuk memperkuat gotong royong dan nilai kebersamaan dengan membuat program belanja bersama. Diawali dengan mendata semua anggota secara akurat, mengidentifikasi kebutuhan warga di saat tanggap darurat dan menjadikan data sebagai isi usaha paguyuban. Pada akhirnya kebutuhan yang penting ialah kebutuhan bahan pokok yang menjadikan ide untuk belanja bersama dengan mencari suplier. Melalui belanja bersama harga yang didapatkan jauh lebih murah karena langsung dari suplier tanpa perantara.

Alhasil menekan biaya belanja warga paguyuban yang sudah memiliki perencanaan belanja. Selain kebutuhan pokok, pemenuhan dalam meningkatkan daya tahan tubuh juga diperhatikan dengan memproduksi jamu. Kemampuan anggota dalam membuat jamu dijadikan alternatif penyelesaian, jamu yang dibuat dari rempah-rempah lokal dinamakan Jamu Jahe Gumregah, sejalan dengan semangatnya untuk Gumregah disaat pandemi. Paguyuban ini mempunyai slogan "Sendiri tak berarti, Bersama baru perkasa". Dengan harapan bahwa kebersamaan dan gotong royong adalah kunci menjadi kuat.

Sumber: https://www.atmago.com/
Sumber: https://www.atmago.com/

Dalam masyarakat dimana setiap insan mempunyai peran sebagai bagiannya kemudian memunculkan tindakan kolektif yang menjadi bentuk pertahanan di tingkat komunitas. Perilaku kolektif dari Paguyuban Kalijawi yang muncul di tengah ketidakpastian dinilai mampu memenuhi kebutuhan materiil dari warga anggota namun tidak menyampingkan peran dari pemerintah. Pendataan yang dilakukan oleh Paguyuban Kalijawi dapat menjadi contoh yang baik bagaimana masyarakat dapat membangun pengetahuan bersama. Melalui data yang akurat serta real time dapat difungsikan untuk menentukan bantuan jenis apa yang dibutuhkan oleh warga.

Inisiatif yang dilakukan Paguyuban Kalijawi ini dapat dianalis berdasarkan dimensi nilai Hofstede, program belanja bersama yang diadakan termasuk dalam nilai kolektivisme. 

Menurut Hofstede dalam Samovar (2017), koletivisme ialah kepentingan kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan individu. Kolektivisme juga menekankan pada kesiapan besar untuk bekerja sama dengan anggota kelompok. Sedangkan Triandis dalam Samovar (2017), menjelaskan bahwa budaya kolektif memiliki penekanan terhadap pandangan, kebutuhan, dan tujuan kelompok dibandingkan dengan diri sendiri. Orang yang menganut budaya kolektif cenderung ditemukan pada orang yang lahir pada suku/klan yang saling mendukung dan mengharapkan kesetiaan mereka.

Dalam melaksanakan program belanja bersama setiap warga berpartisipasi melalui pengumpulan data sehingga melalui data yang akurat tersebut dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan yang diperlukan. Kemudian adanya kegiatan produksi jamu gumregah yang mengandalkan kemampuan anggota dalam membuat jamu merupakan suatu tindakan kolektif guna kemanfaatan bersama salah satunya meningkatkan daya tahan tubuh sesama anggota paguyuban.

Kedua kegiatan tersebut juga dapat dianalisis berdasarkan bagaimana waktu dipandang oleh suatu budaya menurut orientasi Kluckhohn dan Strodtbeck. Future orientation atau orientasi masa depan dalam buku Samovar (2017) merupakan nilai budaya yang berorientasi pada masa depan, orang yang menganut kebudayaan ini biasanya menghargai apa yang akan datang dan masa depan diharapkan lebih baik dari amsa kini maupun masa lalu. Apabila dilihat dari sudut pandang tersebut program belanja bersama bertujuan memberikan bantuan bagi warga yang terdampak langsung dari segi ekonomi karena kehilangan pekerjaan dan melalui bisnis pembuatan jamu gumregah mempunyai tujuan ke depan dapat dijadikan pendapatan baru yang menjadi alternatif pemasukan warga sampai kondisi kembali normal dimana keuntungannya akan diputar kembali untuk menopang kehidupang warga yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi.

#kabuajy07

Referensi:

Murwani, Ainun. 2020. Paguyuan Kalijawi Gumregah Lawan Dampak Pandemi Covid-19. Diakses pada 13 Oktober 2020 dari https://www.atmago.com/posts/paguyuban-kalijawi-gumregah-lawan-dampak-pandemi-covid-19_441f7b0d-ea49-40ba-bd42-5b7d2cb28627.

Samovar, Larry A. 2017. Communication Between Cultures (9th ed.). USA: Cengage Learning.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun