Energi penonton masih luar biasa saat bersama-sama menikmati lagu-lagu yang ciamik seperti A Fortune In Lies (When Dream and Day Unite), Surrounded dan Pull Me Under (Images and Words), 6:00 (Awake), Spirit Carries On (Metropolis Pt 2: Scenes from A Memory), The Test That Stumped All dan War Inside My Head (Six Degrees of Inner Turbulence), The Root of All Evil (Octavarium), On The Back of Angels, Outcry, dan Beneath The Surface (A Dramatic Turn of Events).
Energi penonton pun saya rasa masih cukup untuk meminta lebih ketika konser ditutup dengan lagu Pull Me Under. Pertanyaannya, akankah Dream Theater kembali menggelar konser di Indonesia? Semoga saja demikian.
Selesai konser di Indonesia, Dream Theater bertolak ke Jepang untuk menggelar pertunjukan di tiga kota. Di Negeri Sakura itu, nyaris setiap tahun Dream Theater menggelar konser. Apa yang membuat supergrup itu bersemangat ke Jepang? Apakah ada perbedaan mencolok antara penggemar di Jepang dan di Indonesia? Atau ada masalah lain semisal honor atau situasi politik, sosial, dan keamanan?
Yang secara pribadi saya rasakan, konser Dream Theater itu begitu luar biasa. Biarpun grup ini sudah bergonta-ganti personel. Yang terakhir, saat ditinggalkan oleh Mike Portnoy, drumer yang kharismatik itu, warna musik Dream Theater seakan stabil.
Mike Mangini, drumer dengan pukulan cepat dan pengajar bertaraf internasional, tentu tidak canggung menggantikan Mike Portnoy. Mike Mangini amat berpengalaman bermain bersama musisi kelas dunia dari aliran rock dan metal antara lain guru gitar Steve Vai, supergrup rock Extreme, dan grup thrash metal Annihilator.
Selain itu, keyboardist Jordan Charles Rudes (lahir 1956) juga masih amat memukau. Lelaki ini memang cocok menggantikan Kevin Moore (lahir 1967) dan Derek Sherinian (lahir 1966) , dua keyboardist sebelumnya.
Dalam jumpa pers, John Petrucci, sang gitaris, mengatakan, menikmati perjalanan 25 tahun bersama DreamTheater. Konsistensi bermain dalam aliran rock progesif, dinilainya sebagai upaya agar grup ini berada di jalur yang benar. Lagipula, skil amat tinggi para musisinya menjadikan Dream Theater lebih cocok untuk bertahan di jalur rock progresif. Mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H