Mohon tunggu...
Nor Sidin
Nor Sidin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Salam Persahabatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

“Sejarah” dan “sikap Non Etis”

1 Januari 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:29 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari buku “Metodologi Sejarah tulisan “Helius Sjamsuddin” dijelaskanbahwa sejarah sebagai sebuah kajian, sejarah tidak pernah statis, Topolski mengatakan sejarah sebagai pas event, res gestae yakni sejarah sebagai peristiwa masa lalu dan Topolski menambahkan bahwa sejarah sebagi narrative about past events, historia rerum gestarium yakni seperangkat pernyataan-pernyataan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Lebih lanjut Helius Sjamsuddin dalam bukunya menulis dinamika perkembangan disiplin ilmu sejarah terus berkembang baik dalam segi teori hingga sejarah memiliki sifat ilmiah sebagai ilmu pengetahuan (science). Sejarah berkaitan erat dengan penilaian seseorang sehingga muncul pertanyaan “bagaimana mengetahui sejarah? . Pertanyaan ini terkait akan metode dan metodologi serta penempatan personal seseorang untuk mengetahui sejarah. Metode dan metodologi adalah dua fase kegiatan yang berbeda untuk tugas yang sama. Melihat sejarah di Indonesia khususnya bila melihat untuk di kedua daerah ini yakni di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, sepertinya banyak ditemui pemerhati hingga pengkaji masuk dalam kategori model Concept conjuction bila membaca beberapa buku selain buku yang ditulis Helius Sjamsuddin yang juga berkaitan dengan pengantar ilmu sejarah, perihal yang sering terjadi dalam melihat sejarah yakni adanya kesamaan leluhur dengan fakta sejarah yang dikaji. Sehingga terkadang banyak ditemui satu topik sejarah namun yang menulis banyak dan paling terkadang akan ditemui adalah pembahasannya memiliki perbedaan sehingga sulit melihat letak persamaannya. Disadari atau tidak rupanya bahwa perbedaan atau persamaan dalam penulisan ini terkait dengan aneka seperangkat teori; metode; generalisasi; konsep hingga hipotesa dan akhirnya banyak terjerumus karena terkadang setelah membaca sulit untuk menyikapi secara bijak dan lebih merunut satu penulis karena memiliki keterkaitan konsep dalam melihat sejarah. Kisah Abi dan Sejarahnya Terkadang banyak yang betah kalau sudah menemukan hal-hal yang membahas silsilah aduh!! Abi begitu senang luar biasa hingga tidak berhenti untuk membaca namun ini adalah hal yang wajar karena keinginan tahuan akan sejarah dan terdapatnya sejarah leluhurnya sebagai bagian dari sejarah, dan yang paling lucunya setelah sadar bahwa akan timbul untuk menyikapi secara tidak bijaksana ketika ada nama leluhurnya disebutkan tetapi ada perihal yang kurang baik menyangkut fakta sejarah, marah serta sentimen dan mengatakan bahwa hal ini tidak benar dan tidak kuat referensinya. Sikap tidak menerima merupakan sikap yang wajar yang juga bisa terjadi pada setiap orang apalagi yang ingin mengangkat muatan lokal sejarahnya sendiri dan terkait dengan sejarah leluhurnya. Abi makin larut hingga terkadang sifat kebodohannya sekarang muncul tiba-tiba entah itu mungkin ia kurang mampu. Abi berharap tidak ingin terus larut dalam kebodohan sifat seperti itu dan harus ia ubah, mungkin sebagai awal Abi mencoba mengubah pemahamannya bahwa kejelasan melihat sejarah yang dalam proses kajiannya berhubungan dengan manusia yang terkadang hal-hal yang menyangkut mental, nilai hingga bersifat intuisi akan dihadapi dan harus siap ia terima. Pengalaman Abi yang terlihat dan sepertinya bukan hal yang wajar sebagai orang dewasa dan dikatakan terpelajar seusia dia yakni kecenderungan akan peletakan bagaimana pemanfaatan tentang komperasi pengaitan atau membedakan sejarah satu sama lain yang sangat jelas terpisah akan dua dimensi yang berbeda yakni waktu dan tempat. Dan ia lupa bahwa dibutuhkan lebih kesintesisan dalam melihat sejarah bahwa dengan kesintesisan tidak cukup hanya satu sebab untuk menjelaskan periode-periode terjadinya sejarah dan banyak hal yang saling berkaitan.Selama ini banyak faktor yang Abi hadapi dan mungkin juga oleh orang lain yang senasib seperti dia, menjadi kendala utama untuk bisa menerima fakta sejarah ketimbang selalu tertuju akan baik buruknya fakta, masalah keyakinan terutama agama, berujung benturan keyakinan akanevidence of fact jadinya agama menjadi salah satu tim penilai baik buruknya fakta; rasa kedaerahan yang sering disebut dengan sifat etnosentris dan terparah tidak dapat ia buang jauh-jauh. Akhirnya Abi pun sering garuk-garuk kepala di depan meja kerja untuk mencari bagaimana hal yang relevan untuk digunakan. Abi pun tertuju sebuah pengantar diskusi kuliah berkenaan dengan mata kuliah Sosiologi yang menyebutkan dua kata yakni Non etis. Dalam Ilmu Sosiologi bahwa Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki beberapa ciri yakni bersifat empiris; bersifat teoritis; bersifat kumulatif dan bersifat Non Etis (Elly M Setiadi dan Usman Kolip, 2011, Pengatar Sosiologi). Abi tertuju ciri yang bersifat Non Etis dan hal ini sangat mungkin di tuangkan dalam melihat sejarah sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Ia dengan sontak beranjak dari kursi mencari buku yang berkaitan dua kata tersebut, akhirnya menarik sebuah kesimpulan “sepertinya dia sadar harus kembali dari awal untuk bangun lebih awal dan menatap mentari yang pernah menyinari masa lalu. Dia menyadari seharusnya dari dulu bahwa melihat sejarah harus secara Non etis , sebuah fakta sejarah dari hasil prosedur-prosedur yang seusai secara ilmiah. Peletakan secara Non etis akan menempatkan diri untuk melihat  bahwa sejarah harus tertuju akan fakta bukan tertuju untuk membahas "BAIK dan BURUKNYA" fakta. Ia baru sadar selama ini akan kekeliruan melihat sejarah dan mungkin saja hal ini bukan saja dialami oleh Abi,  dan ini akan terus berlarut-larut. berharap catatan pendek ini menjadi gambaran agar mampu melihat sejarah secara lebih terbuka. Sebagai penutup catatan pendekini berharap ingin mengajak para sahabat untuk memahami bahwa“seseorang yang mengkritik suatu sejarah belum tentu didorong oleh rasa bencinya akan sejarah itu, karena bisa jadidisebabkan oleh rasa cintanya untuk meluruskan sejarah”. Semoga kita selalu bisa siap melihat sejarah. Salam sejarah NB : mohon maaf dengan penggunaan nama Abi apabila diantara para pembaca memiliki keterkaitan dengan nama Abi , karena hanya nama tersebut yang selalu mudah digunakan penulis untuk menuliskan coretannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun