Mohon tunggu...
amber ember
amber ember Mohon Tunggu... -

i am just me

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Romeo & Juliet

26 Agustus 2010   01:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:42 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kadang susah juga kalau kita sedang ada di dunia Maya. but well,itu tergantung pada "siapa kamu?"

Gue cuma bisa bilang kalian akan merasa cukup beruntung jika bisa melihat diri gue yang sesungguhnya karena tidak semua hal bisa gue perlihatkan pada orang lain....;p Berdasarkan faktor kepercayaan atau sikap Individualis kita yang merasa it's not your business atau ego kita yang berkata who do you think you are ?

Gue merasa bukan orang yang biasa bisa menunjukan perasaan, mungkin karena lingkungan di keluarga. kita  tidak terbiasa menunjukan apa yang kita rasa kepada setiap anggota keluarga. Bukan berarti kita tidak saling perduli. Contohnya, Kalaupun Ibu saya berulang tahun, gue Cuma membelikan sesuatu apa yang sekiranya yang dia perluin, itu pun memakai basa-basi,..

"ma, ini buat mama. Hari ini ulang tahun ya?" tidak dengan pelukanatau kecupan.

Satu hal yang bisa gue ambil dari keluarga ini adalah rasa tanggung jawab. Gelombang masalah yang selalu menghampiri kita, membuat setiap individu belajar mengerti apa itu tanggung jawab dan belajar mengurus diri masing-masing, karena terbiasa mengurus segalanya sendiri, lama kelamaan gue merasa tidak perlu bergantung pada orang lain. Apakah ini buruk? Gue rasa tidak. Karena pada dasarnya kita hanya menjalani hidup kita sendiri. "It's my life!"

Pembicaraan tentang cinta, pacaran, dan menikah memang jadi suatu tema yang menarik dalam keluarga ini. Kebetulan gue adalah satu-satunya mahluk dewasa yang sudah cukup umur tapi belum juga menikah. Ya, gue tau ini pasti jadi pikiran Nyokap gue,..

"I am sorry, Mom. Wait ya! "

Gue tahu Nyokap gue juga sedang berpura-pura tidak memikirkan. Dan hal itu gue imbangi dengan sikap gue yang berpura-pura juga.  Menggunakan skenario sedang berpacaran denga pria di luar kota mana gitu, argumen yang cukup ampuh, mereka percaya dengan gaya pacaran gue yang isinya hanya soal  kebohongan dan kepura-puraan.

Memang ada cerita pacaran gue yang real. Bener-bener pacaran. Tapi lagi-lagi semua itu gak lepas dari yang namanya kepura-puraan juga. Sering banget gue merasa harus "pretend that I become somebody else"

pacar saya bilang, "you can if you think you can." And it's work!

Tapi lama-kelaman gue ngerasa energi nya terlalu besar dan itu semua membuat kemampuan gue berpura-puramenjadi hilang..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun