Mohon tunggu...
Ari Ambarwati
Ari Ambarwati Mohon Tunggu... -

Pengajar, peneliti dan peminat sastra anak, suka blusukan ke pasar tradisional, penikmat kuliner dan wastra tradisional Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pahlawan Hari Ini: Cotton Buds

17 Desember 2009   14:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:54 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cotton buds--saya belum menemukan padanannya dalam bahasa Indonesia--adalah benda wajib yang harus ada di travelling bag suami saya kalau sedang bepergian ke luar kota. Bagi saya pribadi, cotton buds ibarat susu dalam jargon empat sehat lima sempurna. Nah, karena keberadaannya sebagai 'penyempurna' inilah saya sempat membuat kalang kabut suami.

Suatu malam saya membersihkan telinga sebelah kiri yang rada gatal dengan cotton buds, saat saya cabut cotton buds dari telinga eh kapasnya hilang. Paniklah saya. Memang telinga kemasukan cotton buds tak berhubungan langsung dengan penyakit gawat macam jantung, gagal ginjal, kolesterol atau sejenisnya yang biasa 'dituduh' mengambil nyawa, tapi tetap saja saya minta diantar ke dokter. Karena malam sudah larut saya 'hanya' ditangani dokter jaga yang mewajibkan saya kembali keesokan harinya untuk ditangani dokter THT.

Malam itu benar-benar menjadi malam terpanjang seumur hidup saya. Membayangkan kapas cotton buds yang 'bertamasya' ke organ dalam telinga, membuat saya terjaga semalaman. Meski suami mengingatkan saya untuk "Tenang saja, bunda bukan orang pertama dan terakhir di dunia yang telinganya kemasukan kapas cotton buds, jauh dari nyawa juga, ayolah kembali tidur," tetap saja sepasang mata saya membandel dan tak bisa terpejam.

Jujur saja, saya sebenarnya tak terganggu dengan kapas cotton buds yang saya kira sudah bertamasya dekat-dekat genang telinga, karena faktanya saya masih bisa mendengar suara meski telinga sebelah kanan saya tutup. Tak ada dengung aneh di telinga kiri saya. Namun karena saya sudah berpikir si kapas sudah berwisata ria dalam telinga kiri saya, maka saya tak punya pilihan lain kecuali meminta dokter THT memeriksa 'diagnosa' saya itu.

Benar saja, saat dokter THT mengecek keberadaan si kapas itu hingga tiga kali, tak ada bukti kalau si kapas tengah berwisata ke telinga saya. Terbukti diagnosa saya salah total. "Mungkin si kapas sudah jatuh kemana tabpa sepengetahuan ibu. Tenang saja, ibu bisa tidur nyenyak malam ini," tukas sang dokter. Tahu perasaan saya saat itu? saya ingin segera pulang dan tidur nyenyak. Betapa selama ini saya merasa tidur nyenyak adalah barang sepele bin gratis.

Nothing's free at last! tak ada yang gratis. Semua ada 'harganya'. Cotton buds mengingatkan saya akan pentingnya mensyukuri nikmat tidur nyenyak yang selama ini saya abaikan. Baru saja saya sadar kalau tidur nyenyak adalah kekayaan dan harta yang harus saya jaga betul hingga saya tak ingin siapapun atau apapun merenggutnya. Have a nice dream...hmmm...mimpi yang indah ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun