Oleh:Jily Rahar Frincia dan Ambar Puspita Diaazizah
Kesetaraan gender adalah salah satu isu paling mendesak dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan. Dibanyak negara, termasuk Indonesia, ketidaksetaraan gender telah muncul sebagai hambatan bagi kemajuan sosial, ekonomi, dan politik.Â
Mencapai kesetaraan gender bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga memerlukan upaya kolektif masyarakat, lembaga, dan pemerintah.Â
Ketika kesetaraan gender terwujud, semua individu, baik laki-laki maupun perempuan, diberikan kesempatan yang sama untuk terlibat dan berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan, bebas dari batasan yang diberlakukan oleh norma sosial yang diskriminatif.
Ketidakadilan gender mulai dirasakan perempuan dalam bentuk diskriminasi. Peran laki-laki lebih tinggi dan mendominasi dari perempuan karena dalam nilai gender kaum laki- laki menjadi pemimpin bagi kaum Perempuan contohnya menafkahi seorang istri dan anak anak, oleh karena itu masyarakat meyakini bahwa laki-laki lebih memiliki posisi yang lebih unggul dari pada perempuan.
 Lelaki juga menjadi kepala keluarga, pemimpin keluarga sehingga lelaki memiliki tanggung jawab yang memberikan hak dan kesempatan yang besar bagi laki-laki.Sedangkan wanita, mereka sedari kecil diharapkan untuk tumbuh menjadi orang yang feminim.
Apa Itu Gender?
Gender sering disamakan dengan jenis kelamin, dan hal ini tidak sepenuhnya salah karena Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan gender sebagai jenis kelamin. Namun, pemahaman ini perlu diluruskan karena sebenarnya ada perbedaan konsep antara gender dan seks (jenis kelamin). Menurut Smith (1999), konsep gender berkaitan dengan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk dari sejarah, bukan hanya berdasarkan seks.
Seks merujuk pada aspek biologis yang membedakan laki-laki dan perempuan secara fisik. Laki-laki memiliki penis, menghasilkan sperma, dan memiliki jakun, sementara perempuan memiliki rahim, menghasilkan sel telur, memiliki vagina, dapat mengandung, dan menyusui. Fungsi-fungsi biologis ini tidak dapat dipertukarkan, seperti laki-laki yang tidak bisa mengandung atau menyusui, dan perempuan yang tidak bisa memproduksi sperma. Inilah yang disebut sebagai kodrat Tuhan.
Setelah memahami seks, kita dapat membedakan konsep gender. Menurut Fakih (2013), gender adalah peran dan sikap yang dikonstruksi secara sosial dan budaya, yang menyebabkan peran laki-laki dan perempuan berbeda dalam kehidupan.Â
Contoh stereotip gender meliputi anggapan bahwa laki-laki kuat, rasional, dan tidak pantas menangis, sementara perempuan dianggap lemah, emosional, dan mudah menangis. Fakih menegaskan bahwa sifat-sifat ini dapat dipertukarkan, di mana laki-laki bisa bersikap lembut dan emosional, dan perempuan bisa kuat dan rasional.
Pengertian dan Pentingnya Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender berarti memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang, tanpa memandang jenis kelamin mereka. Dalam masyarakat yang patriarkal, sering kali laki-laki diberi posisi lebih tinggi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pendidikan, pekerjaan, dan pengambilan keputusan politik.
 Akibatnya, perempuan seringkali terpinggirkan, tidak mendapatkan akses yang setara, dan terbatas dalam potensi mereka untuk berkembang.
Padahal, kesetaraan gender adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan. Inklusivitas berarti bahwa semua orang, tanpa memandang latar belakang, jenis kelamin, atau identitas lainnya, diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.Â
Dalam masyarakat yang adil, setiap individu memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, pekerjaan, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Kesetaraan gender juga merupakan elemen penting dalam upaya mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan memperkuat stabilitas sosial.
Dampak Ketidaksetaraan Gender
Ketidaksetaraan gender tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga berdampak negatif bagi seluruh masyarakat. Misalnya, di dunia kerja, ketidaksetaraan gender sering terlihat dalam bentuk diskriminasi upah, di mana perempuan dibayar lebih rendah daripada laki-laki untuk pekerjaan yang sama.Â
Selain itu, perempuan sering kali dihadapkan pada tantangan tambahan dalam mencapai posisi kepemimpinan atau pengambilan keputusan di tempat kerja, meskipun mereka memiliki kualifikasi dan kemampuan yang setara dengan laki-laki. Fenomena ini dikenal dengan istilah "glass ceiling" atau langit-langit kaca, di mana perempuan dihalangi untuk mencapai puncak karier mereka karena bias gender struktural.
Selain di tempat kerja, ketidaksetaraan gender juga terlihat dalam akses terhadap pendidikan. Di banyak negara berkembang, anak perempuan sering kali diabaikan dalam hal pendidikan karena adanya norma sosial yang mengutamakan pendidikan bagi anak laki-laki.Â
Padahal, pendidikan adalah kunci untuk memutus siklus kemiskinan dan membuka peluang yang lebih luas bagi perempuan untuk berkembang.
Ketidaksetaraan gender juga memiliki dampak jangka panjang dalam pengambilan keputusan politik. Dalam banyak kasus, perempuan kurang terwakili dalam pemerintahan dan lembaga pengambilan keputusan lainnya.Â
Hal ini berarti suara dan kepentingan perempuan sering kali tidak terdengar atau diabaikan dalam proses pengambilan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Padahal, partisipasi perempuan dalam politik dapat membawa perspektif yang lebih luas dan inklusif dalam pembuatan kebijakan, yang pada akhirnya menguntungkan seluruh masyarakat.
Langkah Menuju Kesetaraan Gender
Untuk mewujudkan kesetaraan gender, langkah pertama adalah menyadari bahwa ini bukan hanya tentang perempuan, tetapi tentang menciptakan sistem yang adil bagi semua orang. Perlu ada upaya dari berbagai pihak untuk mengubah norma-norma sosial yang mendiskriminasi perempuan dan menghambat mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Pendidikan memainkan peran penting dalam upaya ini. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk pola pikir dan sikap. Dengan mengajarkan nilai-nilai kesetaraan gender sejak usia dini, masyarakat dapat mulai membangun generasi yang lebih terbuka, inklusif, dan tidak terbatas oleh stereotip gender.Â
Selain itu, pemerintah dan lembaga internasional juga harus terus mendorong kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti undang-undang anti-diskriminasi dan program pemberdayaan perempuan di berbagai sektor.
Di tempat kerja, perusahaan dapat berkontribusi dengan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adil, di mana laki-laki dan perempuan diberi kesempatan yang sama untuk berkembang dan mencapai posisi kepemimpinan.Â
Ini bisa dilakukan dengan memastikan transparansi dalam proses perekrutan, promosi, serta memberikan pelatihan yang membantu menghilangkan bias gender di tempat kerja.
Kesimpulan
Kesetaraan gender adalah fondasi bagi masyarakat yang inklusif dan berkeadilan. Dengan memberikan kesempatan yang setara bagi laki-laki dan perempuan, kita tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu, tetapi juga memperkuat struktur sosial dan ekonomi secara keseluruhan.
 Masyarakat yang adil adalah masyarakat di mana semua individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, memperjuangkan kesetaraan gender adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih baik bagi semua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H