"Nih minum",ucapnya sambil menyodorkan kopi kepadaku.
"Makasih",ucapku sambil menerima segelas kopi.
Ia melirik jam tangannya sambil mengernyitkan dahi. "Pukul 2 ayo siap-siap biar kebagian Sunrise", Ajaknya.
"Sauqi sama Laila gimana hei?", Tanyaku
"Ya dibanguninlah", sautnya
Kini kita bersiap-siap menuju Puncak Pawitra, dimana puncak tingginya Gunung Penanggungan. Bayangkan saja pukul 2 malam perjalanan. Jalanan menanjak bahkan berpasir.
Kicauan burung mulai terdengar riwuh, tanda matahari segera terbit. Sang saka merah putih berdiri kokoh disana, para pendaki berfoto ria untuk mengambil momen berharganya. Tama dan Sauqi sibuk dengan motret dirinya bergantian, sedangkan Laila asik berselfie. Pemandangan yang kulihat, awan sedikit menggumpal. Ada yang membawa anaknya untuk mendaki. Dirasa sudah cukup menikmati sunrise, kita berempat memutuskan untuk turun. Tak usah ditanya jalannya bagaimana. Berpasir dan lebih curam.
Kami beristirahat sebentar didalam tenda sambil memakan camilan yang ada. Tak lupa sisa bungkus dari makanan, mie dan juga botol bekas kami kumpulkan. Karena digunung tidak ada tempat sampah maka para pendaki sebelum memasuki Kawasan pos pendakian diberi nasihat dan di ingatkan bahwasannya wajib untuk membawa sampah turun kembali. Ya itu yang saat ini kami lakukan. Mematuhi apa yang sudah diterapkan. Jika sampah digunung tidak dibawa turun, maka keindahannya akan berkurang.
Para pendaki juga harus menyadari bahwa membuang sampah sembarangan akan berakibat fatal. Mencintai alam itu perlu, tapi jangan lupa mencintai lingkungannya agar nampak indah dan nyaman. Tapi isu yang terjadi tangan-tangan pendaki yang tak bertanggung jawab menjadikan gunung hanya tempat berwisata dan berfoto-foto.