Bantaeng. Dewan Pembina Cabang Perhimpunan Anggrek Indonesia (DPC PAI) Bantaeng terbentuk dan segera bertugas untuk masa bakti 2019-2024. Ditandai dengan pelantikan sekaligus pengukuhan yang dilangsungkan di Gedung Sekretariat PKK Kabupaten Bantaeng, Kamis pagi (19/09/19).
Ketua DPC PAI Bantaeng dipegang oleh Hj Sri Dewi Yanti. Sementara di posisi Wakil Ketua diduduki Hj Rahmah Arsyad, Vinka Nandakasih dan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Unit Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng.
Sri Dewi Yanti juga dikenal sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantaeng. Tak lain adalah Isteri Bupati Bantaeng yang dalam perjalanan karirnya di Bantaeng selama setahun banyak mengunjungi pelosok pedesaan.
Disela kunjungannya, menghimpun informasi dan melakukan pembinaan kepada masyarakat untuk kembali membangkitkan kecintaan terhadap anggrek. Dimana tanaman bunga itu telah lama diminati masyarakat Indonesia sebagai hobi dan kegiatan agribisnis sejak zaman Hindia Belanda.
Senada disampaikan Wakil Bupati Bantaeng, H Sahabuddin dalam sambutannya, dia berharap dengan pelantikan tersebut, Ibu-ibu pada khususnya lebih bersemangat untuk mengembangkan tanaman anggrek di Bantaeng.
"Kita banyak memiliki destinasi pariwisata. Mudah-mudahan ini bisa ditumbuh kembangkan di Pantai Marina, Eremerasa dan destinasi wisata lainnya. Kedepan semoga Bantaeng menjadi daerah yang dikenal sebagai Kota Anggrek", tuturnya.
Kepada pengurus yang baru saja dilantik, dirinya berharap bekerja maksimal menghadirkan anggrek di sudut-sudut kota. Termasuk menyiapkan anggrek di lingkungan perkantoran dan area publik.
Wakil Bupati Bantaeng menyaksikan langsung prosesi pelantikan dan pengukuhan yang dilakukan oleh Irawati selaku Ketua Departemen Konservasi Dewan Pembina Pusat (DPP) PAI. Turut hadir diantaranya Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, H Subhan.
Irawati dalam sambutannya mewakili Ketua DPP PAI mengatakan bahwa tanaman anggrek banyak terdapat di Pulau Sulawesi. Demikian halnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Semoga di masa mendatang Indonesia lebih dikenal lagi karena anggrek setelah sempat mengalami kemunduran.
Namun dengan adanya PAI yang terus eksis sejak tahun 4 November 1956, Irawati optimis budidaya anggrek semakin berkembang pula. Meski kata dia, dimulai dari hobi, tidak menutup kemungkinan bisa menghasilkan nilai ekonomis bagi para penganggrek.
"Awalnya mungkin hobi saja, berangsur-angsur bisa menjadi kegiatan yang meningkatkan perekonomian masyarakat Bantaeng khususnya para penggemarnya", pungkasnya.
Dia yang juga bekerja menangani anggrek di Kebun Raya Bogor mengajak pengurus DPC PAI Bantaeng dan pecinta anggrek di daerah ini untuk hadir sekaligus mengikuti ragam kegiatan pada Rakernas PAI di Batu, Malang dalam waktu dekat ini.
"Kami berharap bisa bertemu dan saling bertukar pikiran saat Rakernas di Batu, Malang nantinya", imbuh dia.
Kegiatan itu akan diisi pameran dan lomba. Dengan begitu, penganggrek dari seluruh Indonesia dapat memanfaatkannya untuk saling kenal dan menjalin keakraban. Tak kalah pentingnya kata dia, anggrek ini diarahkan sebagai agrobisnis, sehingga di Rakernas dapat pula dibangun kerja sama lebih lanjut. (AMBAE)
salam #AMBAE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H