"Yakinkan kami bahwa betul-betul anak ini diberikan haknya. Kalau boleh kami bilang anak ini sudah tidak normal psikologinya", imbuhnya.
Sedang Kades Tombolo menuturkan kronologis sejak awal Syakila ditemukan dalam keadaan sudah disiksa oleh Neneknya di Desa Tombolo, Kecamatan Pa'jukukang. Si anak kemudian diselamatkan seorang warga kemudian diambil alih di bawah perlindungan Kades Tombolo.
Dari lokasi kejadian, dibawa menuju Puskesmas, lalu dirujuk ke RSUD Prof Dr HM Anwar Makkatutu Bantaeng. Selanjutnya Syakila dibawa menuju P2TP2A Butta Toa Bantaeng, lalu dirawat kembali di Klinik DOI di Kecamatan Pa'jukukang.
Usai dirawat dan dinyatakan bersangsur-angsur mulai membaik kondisi fisiknya, Syakila diamankan di PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) Butta Toa Bantaeng yang satu atap dengan P2TP2A dan UPT Sipakatau Bantaeng.
Di tempat inilah Supriadi selaku Ayah kandung menerima anaknya. Diketahui Supriadi telah pisah ranjang dan tempat tinggal dengan Isterinya, Milawati (warga Desa Tombolo).
Sebelumnya Syakila dirawat Supriadi di Kost Pondok Anggrek Pertiwi milik Hasrawati di Jalan Bontoloe Baru, RT 002, RW 011, Kelurahan Kapasa, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar.
Sekitar Februari lalu, si Ibu kandung mengambil Syakila tanpa sepengetahuan Ayah kandungnya. Kepada Hasrawati, dia berdalih akan menjenguk mertuanya di rumah sakit.
Supriadi kala itu sedang mengadu nasib di Kabupaten Tana Toraja sebagai Kuli Bangunan. Mendengar kabar itu, Supriadi pun bertolak menuju Makassar.
Naas baginya, anak semata wayangnya sudah raib diambil Ibunya. Dibawa menuju Bantaeng dan mendapat perlakuan tidak manusiawi dari Neneknya, bahkan disinyilair oleh sanak keluarganya yang lain.
Supriadi memiliki 2 orang anak dari hasil pernikahannya dengan Milawati. Namun Rangga, saudara Syakila telah meninggal dunia.
Akibat perlakuan kekerasan terhadap anak tersebut, di hari yang sama, Supriadi yang telah menerima anaknya itu segera beranjak menuju Polsek Pa'jukukang untuk melakukan Laporan Polisi.