penjual "Apam" di bilangan Jalan Dr Ratulangi, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng.
Bantaeng. Beragam kuliner baik makanan maupun minuman mewarnai bulan suci Ramadhan 1440 H rupanya tidak menghentikan langkah seorangSaat ditemui AMBAE, Minggu sore (19/05/19) dia yang enggan disebutkan nama lengkapnya mengaku turut meramaikan Ramadhan tahun ini untuk menambah keberagaman kuliner dan sajian berbuka puasa.
"Biar lebih banyak pilihan menu Berbuka Puasa pak, kenapa tidak mencoba Apam", ujarnya.
Apam atau apem yang dijualnya oleh sebagian warga Bantaeng menamaninya "Apam Tembem". Bentuknya yang memgembang karena dimasak dengancara dikukus membuatnya cocok dengan istilah itu.
Ditambah fisiknya yang empuk layaknya karet busa, bahkan mendekati pipi manusia yang tembem. Saat dimakan, mulut dan gigi akan merasakan kue ini cenderung kenyal.
Sandi (21) warga Lamalaka, Kelurahan Lembang, Kecamatan Bantaeng yang turut membeli Apem Tembem sore itu mengaku sangat terpikat dengan kue satu itu. Sudah beberapa kali katanya menyempatkan diri membeli langsung.
"Kesekian kali maka ini pak (sudah kesekian kali pak) Saya datang membeli Apam Tembem atau Apam Panas. Pernah juga memesan lewat telepon", jelasnya.
Penjualnya yang disebut-sebut berasal dari Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan itu menyiapkan satu nomor telepon yang bisa dihubungi bilamana ingin memesan yakni 085342136455.
Soal pembayaran masih mengandalkan sistem tunai alias cash. Belum memanfaatkan layanan non tunai apalagi
Wajar karena kota kecil yang relatif tumbuh berdasar kekeluargaan dan rasa persaudaraan masih tinggi. Padahal dengan Fintech transaksi lebih praktis dan efektif karena dilakukan dengan bantuan teknologi.
Akses atas produk keuangan seperti pembelian barang dapat dilakukan melalui ponsel tanpa ribet menyodorkan uang tunai sebagai mahar. Sebut saja e-cash dan semacamnya yang mana pelanggan cukup menekan angka-angka untuk mentransfer biaya pembelian dari rekening berbasis nomor telepon miliknya.
Bagi Sandi, semoga penjual Apem Tembem dan pengusaha kecil lainnya di daerah ini bisa melirik kemajuan sistem transaksi Fintech.
"Mudah-mudahan saja karena kalau benar demikian kemudahannya tentu kita lebih enak berbelanja, apalagi kalau memesan", tutur Sandi.
Sebiji Apem Tembem dihargai seribu Rupiah. Sementara dalam proses pembuatannya, penjual hanya menyiapkan 3-4 dandang yang berisi masing-masing sekitar 30 biji. Itu artinya stok penjualan dalam waktu singkat relatif minim.
Hal itu membuat calon pembeli harus ekstra antri lama di pinggir jalan raya berstatus jalan negara. Bisa dibayangkan, arus lalu lintas di jalan itu yang padat kadang menambah kemacetan dalam skala ringan atau kecil.
Meski begitu, sepanjang waktu hingga menjelang saat Berbuka Puasa tetap saja banyak warga bergerombol di depan lapak penjual untuk mendapatkan Apem Tembem yang ditaburi parutan kelapa sebelum disantap. (AMBAE)
salam #AMBAE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H