Bantaeng, Senin (03/09). Taman Bermain Anak dan Olah Raga Kabupaten Bantaeng kian ramai dikunjungi khususnya anak-anak ditemani orang tuanya. Pasalnya wahana bermain ini bertambah dan semakin beragam yakni permainan rakyat tradisional.
Beberapa permainan tersebut adalah hadang-hadang, dende-dende, jalur lari maupun balap karung dan padende dengan memanfaatkan barang daur ulang berupa ban bekas.
Tak hanya itu, Forum Anak Butta Toa (FABT) yang menggagas taman ini melalui Musrenbang Anak beberapa tahun silam juga menyiapkan permainan ular tangga dengan metode kuis, permainan semai, dam, engrang, kaki seribu, congklak, tumbu-tumbu blanga, loncat tali, kelereng, bangnga-bannga, gasing dan loncat karet serta permainan lainnya yang tidak harus menggunakan alat peraga khusus.
Menurut Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) pada Dinas PMDPPPA Kabupaten Bantaeng, Syamsuniar Malik selaku pembina FABT, anak-anak harus diarahkan kembali mengenali dan membudayakan permainan tradisional. Tujuannya agar anak tidak terkungkung dengan budaya kebarat-baratan yang seakan kebablasan.
"Anak-anak kini cenderung main dengan gadgetnya. Pada akhirnya mempengaruhi cara berpikirnya. Mengubah caranya bersikap yang kadangkala melenceng dari norma-norma yang ada", ujarnya.
Pembenahan taman dilakukan sejak 4 hari lalu, dimana FABT dibantu staf P3A dan beberapa warga masyarakat sekitar. Lokasi taman bermain yang berada di Jalan Seruni, Kelurahan Tappanjeng, Kecamatan Bantaeng ini sebelumnya pada sebagian area disesaki pedagang asongan.
Hal itu kemudian disikapi Ketua FABT, Muhammad Fadli Tamsir dengan mengembalikan fungsi taman sepenuhnya sebagai area bermain anak. Guna memastikan area benar-benar nyaman, dibuatlah pagar pendek dengan menyusun ban mobil habis pakai di sekitar gerbang masuk.
Sementara di area utama taman bermain dilakukan peremajaan cat pada beberapa wahana bermain. Pohon-pohon di labeli dengan nama dalam 3 bahasa termasuk Bahasa Makassar untuk memudahkan anak mengetahuinya.
"Pohon-pohon kita beri label nama untuk media belajar. Ada juga papan pengumuman kegiatan anak, kotak P3K dan petunjuk lain. Misalnya dimana jalur untuk evakuasi jika terjadi bencana, titik kumpulnya kita tentukan serta tiap permainan dilabeli batas usia 3-12 tahun yang bisa menggunakannya", pungkasnya.
Tamsir berpesan pada orang tua atau pengantar agar memahami bahwa wahana tersebut bukan untuk orang dewasa. "Kita sayangkan kalau wahana seringkali rusak. Padahal pembenahannya bukan proyek, tapi hanya swadaya anak FABT dibantu sumbangsih P3A dan partisipasi warga", tutupnya. (AMBAE)
salam #AMBAE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H