Mohon tunggu...
Ambae.exe
Ambae.exe Mohon Tunggu... Wiraswasta - .

Computer Application, Maintenance and Supplies

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Peduli Anak,Itu Baru Beda, yang Pasti FABT Buktikan Itu

10 Mei 2018   19:51 Diperbarui: 10 Mei 2018   20:15 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak membacakan harapan saat pengurus dan anggota FABT kunjungi Shelter Diponegoro di Kelurahan Bonto Rita (06/05/18) - Dokumentasi Pribadi

Bantaeng, Kamis (10/05/2018). Tak kurang dari 120 anak di Kabupaten Bantaeng mendapat perhatian Pemerintah Pusat. Difasilitasi negara melalui program Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan. Mereka merupakan anak putus sekolah dengan berbagai alasan.

Informasi dihimpun dari Baharuddin, salah seorang pembina, anak-anak ini ditampung pada 4 lokasi berbeda yakni Shelter Syekh Yusuf, Shelter R. A. Kartini, Shelter Pangeran Diponegoro dan Shelter Sultan Hasanuddin. Masing-masing di Kelurahan Bonto Rita, Kecamatan Bissappu serta Kelurahan Pallantikang dan Kelurahan Lamalaka Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng.

Berkembang dan mencuat sebuah ide anggota Forum Anak Butta Toa (FABT) untuk mengunjungi seluruh shelter. Berbagi kepedulian sebagai sesama anak dan sesama warga Bantaeng. Berbekal prestasi dan pengetahuan bersambutlah gayung, hari Minggu kemarin (06/05/2018) FABT terjunkan 2 tim. 

Masing-masing beranggotakan 3 orang kunjungi 2 shelter. Tim pertama digawangi Muhammad Fadhli Tamsir selaku Ketua FABT dan Shelby bertindak pimpinan pada tim kedua.

Dituturkan Ketua FABT bahwa antusias begitu tinggi anak-anak di dua shelter yang dikunjunginya. "Mereka terlihat senang dengan kedatangan kami. Menikmati kegiatan yang kami berikan. Metode pemberian materi yang kami berikan yakni bermain sambil belajar agar anak-anak menjadi lebih mudah paham." ujarnya.

Metode ini dipilih dengan harapan bahwa hak anak paling utama sesungguhnya adalah bermain. Seperti halnya yang tercantum dalam 10 Hak Anak sesuai Konvensi PBB. 

Di sisi lain, pemilihan metode diterapkan berdasarkan penelusuran sebelum kunjungan. Dimana disimpulkan secara umum alasan anak-anak di shelter tidak melanjutkan sekolah karena jenuh dengan sistem pengajaran di sekolah. "Kalau guru masuk ke kelas, lebih banyak ceramah dan harapan semata. Bukannya membantu kami mewujudkan harapan karena kami anak tidak mampu." beber salah seorang anak.

Namun saat dikunjungi anggota FABT, rupanya anak-anak di shelter punya semangat lebih untuk kembali melanjutkan sekolahnya. Hal utama yang menghalangi mereka sampai putus sekolah disamping jenuh dengan suasana sekolah juga karena kondisi ekonomi keluarganya yang realtif serba tidak mencukupi.

Utusan FABT pada 4 shelter juga memaparkan materi terkait anak diantaranya 1) bahaya dan dampak pernikahan usia anak, 2) esploitasi terhadap anak dan 3) hak-hak bagi anak. 

Selain itu anak-anak disuguhi permainan seru guna lebih mengakrabkan dan membuka wawasan agar dapat mengikuti jejak anggota FABT yang mampu mempersembahkan prestasi cemerlang bagi dirinya, keluarga serta daerahnya seperti menjadi pengurus FABT hingga FASS (Forum Anak Sulawesi Selatan) dan Duta Anak Nasional.

Kehadiran FABT menjadi penyemangat sekaligus menyisakan kerinduan bagi anak-anak di 4 shelter. "Kedatangan kakak-kakak Forum Anak Butta Toa Bantaeng jadi warna baru bagi kami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun