Sebuah film berjudul "Surat Kecil Untuk Tuhan" diputar di Tribun Pantai Seruni Bantaeng pada Sabtu malam (28/10) cukup menyita perhatian sebagian kecil warga Bantaeng. Termasuk anak-anak tampak antusias menonton didampingi orang tuanya. Nonton Bareng (Nobar) yang digelar malam itu guna mengajak warga lebih dalam memahami pentingnya arti perjuangan.
Kak Seto (Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) menghimbau agar film tersebut ditonton lebih bijak khususnya bagi anak-anak karena mengandung muatan dengan perspektif dan standar kepatutan dewasa. Namun demikian kisah di dalamnya patut jadi pelajaran bagi orang dewasa untuk memahami bagaimana melindungi anak dari kekerasan.
"Sebagai film yang menyajikan gambaran tentang bahaya nyata yang bisa dialami anak-anak, film Surat Kecil untuk Tuhan memang bisa mengedukasi penonton dewasa tentang pentingnya perlindungan anak." harapnya, dikutip dari media online Republika.co.id edisi Ahad, 02 July 2017.
Nobar ini merupakan rangkaian pelaksanaan Pink Oktober Butta Toa (POBT) di hari pertama yang digelar sebanyak 6 kegiatan selama 2 hari berturut-turut. POBT sendiri adalah penanda atas Hari Kanker Payudara Sedunia yang diperingati tiap tanggal 26 Oktober.
Banyak penderita penyakit ini yang berjuang bertahan menjalani hidupnya akibat sudah berada pada stadium 4. Sebagian lagi pada stadium 3, 2 dan 1 serta penderita yang sedang dalam masa perawatan. Tergabung dalam komunitas Cancer Survivor dari Jakarta (CISC), mereka berbagi semangat pada warga Bantaeng akan pentingnya mendeteksi secara dini kanker payudara.
Diungkapkan Ketua Panitia, Dr. Alfiah Amiruddin, MD, MSurg (Dokter Spesialis Bedah Payudara), "Event ini kami gelar tidak hanya untuk ilmiah. Tetapi juga ada nonton bareng yaitu film Surat Kecil Untuk Tuhan. Dimana kami ingin mengapresiasi para pejuang kanker yang tidak henti-henti untuk turut bersama-sama kita bahwa kami adalah pejuang sejati."
Film ini dibintangi Bunga Citra Lestari, Joe Taslim, Lukman Sardi, Aura Kasih, Ben Joshua, Maudy Koesnaedi, Chew Kin Wah, Susan Bachtiar dan Jeroen Lezer. Kisah pilu tentang kehidupan kakak beradik yatim piatu, Anton dan Angel. Dimana keduanya terjebak dalam suatu sindikat yang memanfaatkan anak-anak terlantar untuk menjadi pengemis jalanan. Di usia mereka yang masih sangat kecil, mereka diperbudak untuk menjadi mesin uang tanpa kenal waktu.
Keduanya tidak pernah mengenal indahnya masa kecil. Hingga satu peristiwa Angel mengalami kecelakaan di jalan raya. Ketika Angel sadar, ia sudah ditinggalkan seorang diri di rumah sakit. Dan sejak saat itulah Angel terpisahkan dengan Anton (Wikipedia). Namun dirinya berjuang mencari keberadaan abangnya untuk bertemu setelah terpisah selama 15 tahun.
"Tuhan... Andai aku bisa kembali. Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini. Tuhan... Andai aku bisa kembali. Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada orang lain." Demikian sepenggal isi surat yang dituliskan untuk Tuhan.
Salah seorang warga (Razak) yang menonton hingga usai jelang Sabtu tengah malam berkata, "Film ini cukup bagus dan membawa kita hanyut ke dalam cerita yang mirip pada sebagian kehidupan masyarakat Indonesia. Tentu kita sadar namanya perjuangan itu penting. Lebih penting lagi menjauhkan anak dari banyak ragam bentuk kekerasan." (AMBAE)
salam #AMBAE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H