Perjalanan kedua kami menuju Jakarta Islamic Centre yang terletak di Kramat Tunggak. Dahulu tempat ini adalah lokalisasi pelacuran yang sangat besar dan terkenal bahkan di Asia Tenggara sebagai pusat bisnis esek-esek. Masyarakat mulai gerah dengan semakin berkembangnya kawasan tersebut. Dari awal berdiri hanya mewadahi 300 wanita penghibur dan 76 germo di tahun 1970-an, berlipat menjadi 1.615 wanita penghibur dan 258 mucikari di tahun 1999.Â
Pemerintah DKI Jakarta di bawah Gubernur Sutiyoso bekerjasama dengan UI melakukan kajian dan hasilnya mayoritas warga sekitar mendukung penutupannya. Awalnya tanah pembebasan Kramat Tunggak akan didirikan Mal atau gedung perkantoran tapi Gubernur Sutiyoso masih belum mantap. Setelah melakukan brainstorming dengan Azzumardi Azra (Rektour UIN Syarif Hidayatullah saat itu) di sela-sela kunjungannya ke New York untuk menghadiri Sidang PBB pada 11-18 April 2001 maka dilakukanlah konsolidasi dengan para ulama, masyarakat setempat, akademisi terus begulir hingga dibangunlah Jakarta Islamic Centre berdasar SK Gubernur KDKI No. 99/2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre). Maka tempat yang dulu dipandang kotor dan hina telah berubah wajah menjadi tempat yang mulia untuk menuntut ilmu sebagai Pusat Kajian Islam yang diharapkan membawa kemajuan umat Islam dan berkembangnya budaya pembelajaran.Â
Bangunan Jakarta Islamic Centre sangat megah, dengan arsitektur yang mirip Masjid At Tiin, namun di bagian ujung kiri bangunannya sekilas saya melihatnya agak mirip Gedung Putih Washington DC meski dikreasi dalam arsitektur Islam. Cantik sekali jadi tempat berfoto. Seperti yang saya lakukan hehe..
Tujuan wisata religi terakhir ke Masjid Ramlie Musofa yang terletak di Sunter. Masjid putih bersih ini berdiri anggun memperindah Danau Sunter. Dibangun megah dengan dominasi warna putih, Masjid Ramlie Musofa memiliki arsitektur yang terinspirasi dari keindahan Taj Mahal di India. Sama seperti Taj Mahal yang dibangun sebagai lambang cinta Shah Jeihan sang Sultan kepada maharaninya, yang meninggal setelah kelahiran anaknya yang ke 13, Sang Sultan sangat terpukul dan bersedih. Untuk mengenang istrinya ia mendirikan Taj Mahal sebagai monumen cinta. Meski akhirnya tragis Shah Jehan dipenjara anak kandungnya yang melakukan kudeta, Sultan dipenjara di bangunan yang menghadap Taj Mahal hingga kematiannya. Jika Shah Jehan berakhir sedih Pak Ramlie berakhir bahagia, rumah tangganya ayem tentrem bahagia dengan istri hingga meninggalnya beliau. Kini pengelolaan masjid diserahkan pada putranya. Sang pendiri pak Ramlie, merupakan seorang mualaf beretnis Tionghoa. ia mendirikan masjid tersebut sebagai bukti cinta kepada istri, keluarganya dan juga kepada agama Islam. Ramlie Musofa merupakan singkatan dari nama Pak Ramli, istrinya yang bermarga Lie, dan tiga nama anaknya MUhammad, SOfian dan FAbian.Â
Masjid Ramlie Musofa didominasi dengan warna putih dan lantai berwarna hitam. Tulisan kaligrafi berwarna emas dalam tiga Bahasa, yaitu Mandarin, Indonesia, serta Arab menghiasi sejumlah titik bangunan dan menambah keunikan dari masjid ini. Masjid ini mempersilahkan calon pengantin untuk berfoto pre weding di sana secara gratis namun dalam waktu yang singkat sekitar satu jam. Jadi jika calon pengantin berniat pre wedding di sini harus melakukan riset dulu termasuk sudah bermake up dan memakai baju serta peralatan fotografi disiapkan secara matang sebelum waktu pemotretan agar hasil fotonya maksimal.
 Karena hari itu bulan Ramadhan banyak pengunjung yang mendatangi masjid. Suasana sangat meriah. Sebagai pengunjung, saya sangat berharap siapapun yang berkunjung untuk menjaga kebersihan dan ketertiban, karena saat saya tiba ada yang tak bertanggungjawab membiarkan entah air minum entah pipis bocah tergenang di tangga masjid. Sangat disayangkan. Sebagai tamu kita harus menghargai tuan rumah dan bangunan yang kita kunjungi. Tetaplah tenang hening dan santun demikian pula ajarkan pada anak-anak adab yang baik saat mengunjungi rumah Allah.Â
Demikianlah kegiatan #wisatareligi kita setelah kita berlelah terkuras tenaga meski gembira, akhirnya perjalanan wisata berakhir dan ditutup dengan makan malam bersama di Swiss Bell Hotel. Sepertinya paket wisata religi ini akan menarik minat banyak keluarga untuk mengikutinya beramai-ramai. Semoga wisata Jakarta Utara semakin moncer dan berkembang pesat. Terima kasih Parekraft jakarta Utara, Wisata Kreatif Jakarta dan Koteka.Â
Sampai bertemu di cerita wisata dan petualangan berikutnya. Semoga puasa kita lancar dan diterima Allah SWT. Amin.