Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Maafkanlah Mereka yang Menyakitimu, Demi Kebaikanmu Sendiri

29 April 2023   19:10 Diperbarui: 29 April 2023   19:13 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa kita harus iklash menerima hal tersebut? Bukan demi kepentingan pelaku, tapi kepentingan kita sendiri, agar mempercepat penyembuhan. Semakin kita tak menerima kondisi tersebut, semakin besar rasa marah dan dendam. Dendam itu menyerap energi kita. Kita akan kelelahan, kita akan "sakit" merasa tak beruntung dan tak bahagia. Rasa malang itu membuat kita tak bersyukur. Sementara salah satu kunci kebahagiaan adalah selalu merasa bersyukur atas hidup yang dimiliki. Dendam dan marah membuat stress yang akan menurunkan kadar imunitas dan membuat kita benar-benar sakit.

dokumentasi Shita R
dokumentasi Shita R

Belajar memaafkan memang bukan hal yang mudah. Butuh kelapangan hati alias kesabaran dalam menerima kondisi bahwa kita ernah disakiti. Dalam penelitian psikologi, orang tak sulit memaafkan orang lain dan cenderung menyimpan dendam, pada awalnya otaknya akan terasa ringan dan lega tapi pada tahap selanjutnya justru menimbulkan perasaan tidak nyaman dan tidak bahagia dalam waktu yang lebih lama dan sepanjang ia belum memaafkan tindakan menyakitkan yang pernah dia terima. Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan psikolog bernama Ian McKee menunjukkan para penyimpan dendam termotivasi untuk menguasai sesuatu, terobsesi mencari status, wewenang dan ingin mendominasi. Tetapi hari-hari yang dilaluinya akan terasa berat dan tak bahagia. Lihatlah bagaimana tokoh Moon Dong Eun sepanjang hidupnya berusaha keras memata-matai kehidupan para pembulynya, menyiapkan diri dengan amunisi balas dendam, bukan berusaha memperbaiki kehidupannya sendiri. Lihatlah Dong Eun yang tak pernah tersenyum. Sepanjang hidupnya tak bahagia sampai balas dendamnya terlaksana dan semua mati baru ia tersenyum dan mendapat bonus pacar ganteng, dokter, kayam pinter dan disayangi calon mertua pulak! Tapi ini fiksi! Apakah dalam kehidupan nyata kita akan mendapat buah semanis ini ketika memberikan seluruh hidup kita untuk mempersiapkan balas dendam? Tentu tidak Rosalinda! Ingat selalu ini hanya fiksi, film karena ketika Dong Eun diceritakan mati terbunuh atau dipenjara saat menyiapkan balas dendamnya berapa ribu orang yang akan "misuh" pada writernimnya? Think smartly! Hidup bukan drama Korea.

Menurutku pribadi, saat kita disakiti satu atau sekelompok orang yang paling realistis sebagai tindakan pertama adalah kamu harus selamat! Jiwa raga! Bukan berarti kamu diam dan menerima begitu saja apa yang ditimpakan padamu, jika sudah termasuk tindakan kriminal dan berdampak besar pada hidup tentu saja kita harus melaporkan pada pihak berwenang untuk diproses sesuai hukum yang berlaku. Ingatlah selalu saat kita tersakiti, belajarlah iklash, memaafkan. Dalam ajaran agama, Tuhan juga menyarankan umatNya untuk memiliki kemampuan memaafkan dalam QS. Ali Imran ayat 134. "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan maarahnya dan memaafkan kesalahan (orang lain). Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. "

Memaafkan bukan untuk kebaikan si pelaku tapi untuk kebaikan kita sendiri. Jadikan apa yang terjadi sebagai pelajaran hidup yang berharga. Dan Tuhan takkan mengijinkan suatu hal tak menyenangkan terjadi karena rasa sakit yang kita alami jika dimanage dengan baik akan menjadi suatu kekuatan besar yang menjadi pendorong kita menjadi orang yang jauuh lebih baik. Kita yang awalnya santai menjalani hidup, saat dihina akan menyakiti harga diri kita dan itu mengusik self esteem yang membuat kita terpacu untuk membuktikan bahwa kita berharga, bahwa kita mampu melakukan banyak hal dan kita bisa meraih banyak pencapaian dari skill, pendidikan, karier dll. Jadi saat seseorang menghinamu, itu adalah cara Tuhan melecutmu untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Maka maafkanlah dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun