Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Quiz 2023 dan Friksi Tanggal Ied

23 April 2023   00:00 Diperbarui: 23 April 2023   00:02 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Quiz myetry Samber THR kompasiana itu kadang sangat menantang dan butuh effort cukup besar untuk menyelesaikannya. Sudah mulai hopeless aja kalau hari ini disuruh buat video suasana lebaran di kampung halaman. Eh sudah dag dig dug ternyata bukan. Tertulis hanya menjawab quiz. Tapi di bawah tetap aja ada tulisan membuat konten. Duuh kompasiana kayak cewe labil deh, jawabannya ga jelas hehe...

Akhirnya aku jawab saja pertanyaan yang diajuan dalam quiz. Namanya juga guru ya kan,...ya kalau pertanyaan tentang sejarah dan sastra masih bisalah jawab di luar kepala. Dada...lihat hasil quiznya nilainya 100/100. Alhamdulillah......OK tugas mengisi quiz sudah terlaksana dengan baik. Nah sekarang menuju penyelesaian "quiz" hari ini , perlu dibuat tulisan takkah? Kasih tahu kita pakcik makcik admin,..plis....

Maka larilah aku ke sosmed kompasiana.com yang rajin kusambangi. Tapi kokambigu ya? Pertanyaan-pertanyaan di medsos kompasiana.com pun tak ada jawaban jelas yang bisa dijadikan pegangan tentang hari ini, perlu membuat tulisan rutin harian selama 30 hari itu atau tidak hari ini?.... Jadi bingung nih,.... sebenarnya hari ini perlu membuat artikel or not?  Tertulis clue kalau tugas yang harus dikerjakan hari ini telah dishare 3 hari yang lalu. Duh lihat-lihat lagi dong postingan sosmednya kompasiana. Ada egiatan reportase dari kampung halaman, apa kita disuruh bikin repoertase kegiatan lebaran di daerah dan kampung halaman masing-masih? Tapi terus lihat-lagi tanggalnya. Yaelah ini baru diposting 1 hari sebelumnya padahal tertulis clu sudah diposting -3DD alias dibisikin dari 3 hari sebelumnya. Duh jadi nebak-nebak buah manggis kan......apakah kita harus membuat tulisan tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat lebaran?

Oklah karena hadiah utamanya sungguh menggoda, motor listrik cantik yang irit biaya pemakainannya tentulah dibutuhkan ketekunan, konsistensi, usaha terbaik dan juga keberuntungan. Yah..mau gimana lagi? Mungkin kita harus menerjemahkan sendiri apa yang harus kita buat hari ini kah? Atau kita menangkap clue-clue yang ada?Membuat cerita-cerita kecil saat hari raya? Every stories matters? Ok google..eh mimin kompasiana..gua ijabahin!

Tahun ini, lebaran terbagi atas dua opsi, ada yang menyakini bahwa Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriyah jatuh pada Jum'at, 21 April 2023 bersamaan dengan Hari Kartini kalau di Indonesia. Dan..kalau yang memilih 1 Syawal jatuh pada hari Jum;at, ini menurutku sih ya..pertama kalinya akan ada tiga shalat jamaah dan khutbah yang dilakukan pada Jumat itu. Pagi, Shalat Ied yang diakhiri khutbah. Siang shalat Jum'at yang didahului khutbah. Lalu salah gerhana matahari hybrida, yang disunahkan untuk melaksanakan shalat gerhana matahari,  yang juga diakhiri khutbah. Amazing kan? Lalu beredar rumour, jika dalam satu hari sampai menyebabkan terjadinya tiga khutbah maka itu menjadi tanda-tanda akhir jaman alias mulai waspada bahwa kiamat sudah dekatm bukan lagi menjadi judul sinetron tapi kenyataan. Tentang kebenaran rumour ini wallahualam bisshowab. Hanya Tuhan yang Maha Mengetahui. Sebagian besar yang menyakini 1 Syawal jatuh pada hari Jum'at dari kelompok Muhammadiyah. Meski kecil, Muhammadiyah terorganisasi dengan rapi dan modern sehingga pergerakan dakwah, pendidikan dan bisnisnya berjalan lancar hingga ke pelosok nusantara. Bahkan Muhammadiyah sudah bekerjasama dengan sebuah Universitas di Korea untuk beroperasi di Korea Selatan sebuah negara maju.

Bagi yang menyakini kalau 1 Syawal di hari Sabtu karena berdasar pada penampakan hilal. Jika hilal nampak pada hari Kamis sore maka mereka akan mengikuti lebaran pada hari Jum'at tapi jika hilal tak terlihat mereka akan menyempurnakannya menjadi 30 hari, dan berlebaran di hari Sabtu tanggal 22 April 2023. Mayoritas yang menyakini 1 Syawal jatuh pada Sabtu, 22 April adalah para nadliyin Nahdatul Ulama, ormas Islam terbesar di nusantara yang sudah berbenah menjadi kekuatan politik sosial di Indonesia. Ternyata berdasarkan sidang isbat, dari 123 titik pantauan tidak melihat penampakan bulan di malam Jumat jadi memutuskan pada prediksi awal, jika 1 Syawal jatuh pada Sabtu, 22 April 2023.

Sebenarnya masalah perbedaan penentuan 1 Syawal yang berbeda itu sebuah cerita klasik yang sudah kualami sejak masih kecil. Tapi selama ini semua itu terjadi baik-baik saja dan dalam kondisi damai, tidak ada persekusi, pemaksaan, atau persaingan dua kelompok. Tapi baru-baru ini ada pemberitaan tentang ditolaknya ijin Muhammadiyah menyelenggarakan shalat Ied di beberapa daerah. Baru tahun ini terjadi, di antara alasan yang dikemukakan adalah tempat yang dimintakan ijin untuk salat Ied juga akan digunakan salat Ied hari berikutnya jadi takut berantakan, tak ada waktu persiapan untuk salat Ied keesokan harinya dan lain-lain. Rasanya agak tidak masuk akal ya. Karena salat Ied kan minum perawatan dan persiapan, cukup singkat dan sederhana hanya membuat garis-garis shaf, menyiapkan rute, menyiapkan sund system masih hal-hal yang kecil yang bisa dirapikan kembali dalam hitungan jam untuk dilanjutkan persiapan salat Ied keesokan harinya. Tapi begitulah kenyataannya, masyarakat masih belum dewasa menciptakan perdamaian, sebagai bagian dari penerimaan keberagaman. Apalagi sesama muslim seharusnya makin saling pengertian karena sudah memiliki argumen dan dalil yang dianggap masing-masing pihak sebagai dasar keputusan yang tepat. Sayang sekali di tahun 2023 masih ada pemikiran purba dan ketidaksetujuan atas perbedaan pemikiran. Selama pemikiran itu hal yang baik dan tidak menimbulkan kerugian di masyarakat harusnya bisa diterima, kecuali perbedaan pemikiran itu mengancam dan merugikan kepentingan umum, fix kita semua yang masih bisa berpikir pasti setuju untuk tidak sepakat tentang perbedaan tersebut.

Tapi mungkin orang Indonesia kalau tidak berantem tipis-tipis jadi kurang seru hidupnya. Yang sama menjengkelkannya adalah pada orang-orang yang kepo-lauan terhadap kehidupan pribadi kita saat bertemu sanak saudara di waktu lebaran. Akan selalu ada mahluk yang punya tingkat kepo tinggi  menanyakan status kita terupdate, karena negara kita marry-time maka pertanyaan seputar "sudah nikah atau belum?" akan sering didengar para jomblo, "sudah hamil atau belum?" untuk yang sudah nikah di masa-masa bulan madu, dan "sudah nambah anak apa belum?" untuk pasangan yang sudah bisa membuktikan kalau mereka bisa menjalankan fungsi pernikahan dengan baik hehe...sampai sejauh ini sih belum pernah ada yang menanyakan balik pada para kepoers dengan pertanyaan, sudah cerai apa belum,..atau masih kerja apa sudah resign untuk yang sudah kerja atau "sudah pingin meninggalkan dunia ini apa belum?"untuk yang tak punya urusan pribadi untuk diurusin hehehe.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun