Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sang Pencerah, Film Inspirasi dan Keteladanan Di Tengah Langkanya Tokoh Panutan

5 April 2023   11:28 Diperbarui: 5 April 2023   11:36 1982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo dokumentasi MVP Production

"Kita tidak ditentukan oleh siapa kita, tapi apa yang telah kita lakukan.."

Sepenggal kalimat KH Ahmad Dahlan pada para santrinya saat mengutarakan rencananya mendirikan Perkumpulan Muhammadiyah di Jogjakarta sebagai wadah pengabdian pada masyarakat. 

Film religi ini menurutku sangat bagus. Banyak pesan bernas yang bisa jadikan pengingat bagi diri sendiri untuk menilai sejauh mana kita telah berdaya guna bagi sesama dan sekitarnya. Apalagi di masa terkini, saat begitu susah mencari tokoh teladan yang pantas kita jadikan panutan di tengah ramainya berbagai kasus yang dilakukan para pejabat, tokoh masyarakat dan public figur yang terkuak silih berganti di media sosial dan media massa hingga membuat kita mengurut dada. Padahal keteladanan dan ketokohan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda sebagai pemegang estafet bangsa untuk mendayagunakan dirinya tidak hanya bagi kemajuan pribadi tapi juga masyarakat dan negara. 

Film yang diproduksi tahun 2010 ini disutradarai Hanung Bramantyo, sutradara tangan dingin yang telah melahirkan banyak karya besar. Didukung Raam Punjabi sebagai produser (terima kasih Pak ram telah memproduksi film bagus), dan diperkuat beberapa artis yang kemampuan aktingnya di atas ratarata diantaranya Lukman Sardi sebagai KH Ahmad Dahlan, Slamet Rahardjo Jarot sebagai Kyai Penghulu Kamaludiningrat Masjid Besar Kauman, Zaskia Adya Mecca sebagai istri Kh Ahmad Dahlan (Siti Walidah), dll. 

Film dibuka dengan kelahiran Darwis (nama kecil KH Ahmad Dahlan) yang lahir dari keluarga Kyai terkemuka di Yogyakarta. Darwis sudah terlihat cemerlang sejak kecil dan di umur 15 tahun berani menunaikan ibadah haji seorang diri ke Mekkah dan menetap selama lima tahun untuk mempelajari agama Islam dan ia terpengaruh pada pemikiran-pemikiran pembaharuan yang sedang terjadi di Makkah. Pulang dari Mekkah Darwis mendapat ijazah dan berganti nama menjadi haji Ahmad Dahlan. Beliau lalu menikah dengan Siti Walidah yang telah menunggunya selama lima tahun. Saat itu Siti Walidah sudah berusia 19 tahun cukup "tua" dijaman itu bagi seorang wanita belum menikah karena menunggu kepulangan Darwis. Setelah Ahmad Dahlan menikah dan menggantikan sang Ayah yang tutup usia ia memulai pembaruan dengan berusaha membuka mata semua orang kalau kiblat yang dipakai berbagai masjid di Jogja saat itu salah bahkan ketika ia ke Semarang dan bertanya pada Kyai setempat kenapa masjidnya menghadap timur laut beliau mendapat jawaban yang tak masuk akal. "Biar sejajar dengan jalan, kan luweh dhemes tho (lebih estetik)."  Ahmad Dahlan lalu mengundang para Kyai di Masjid Besar Kauman untuk mendiskusikan perubahan kiblat agar sesuai ke arah Mekkah dengan bantuan peta dan kompas sebagai dasar pemikirannya. Tetapi para Kyai menentang keras ide tersebut dan menuduhnya sesat dan menyimpang karena memakai peralatan orang kafir. Dari sini kita bisa melihat, jika orang yang sempit wawasan dan pergaulannya serta tidak open mind memang paling mudah menge"judge" orang lain. Semoga ini jadi "reminder" kita, para muslim yang sering sekali, begitu mudah kita dengar mengucapkan kata kafir hanya karena tak sepaham. Karena penolakan itu Dahlan memutuskan untuk salat di langgar kidul (mushollanya) sendiri dengan kiblat yang sesuai. Hinaan, cercaan, pepengasingan diterimanya dari para Kyai yang diamini begitu saja oleh para santri dan masyarakat sekitar. 

Tapi Dahlan tidak menyerah. ia bahkan melebarkan sayapnya dengan bergabung dengan organisasi Boedi Oetomo setelah sebelumnya melakukan pengamatan dan mengetahui jika kegiatan Boedi Oetomo memang baik dan ditujukan bagi kepentingan rakyat. Dahlan merubah tampilannya menjadi lebih nasionalis, tak lagi memakai jubah tapi berkain jarik dan baju putih seperti para anggota Boedi Oetomo lainnya. Ia juga melamar menjadi guru agama Islam di sekolah pemerintah yang berisi para murid dari keluarga bangsawan dan kaya, yang dalam pemikiran saya, pertama beliau ingin belajar tentang organisasi pendidikan dan yang kedua beliau tak mengesampingkan jika para elit di sekolah tersebut kelak akan berperan besar dalam perkembangan berbangsa dan beragama jika telah memiliki dasar pemahaman agama yang baik. Adegan ketika Dahlan baru masuk kelas sebagai percobaan mengajar pertama sudah diunderestimate oleh murid-murudnya "Ngapain kita harus belajar agama Islam? kata Romoku...Kyai-Kyai itu tampilannya jorok, apeg (bau) dan sikile (kakinya) mekar-mekar karena tak pakai sepatu." Ketika Dahlan sampai, temannya komplain..."Itu enggak. Pakaiannya bersih,.... wangi,.... pakai sepatu." Temannya pun terdiam. Lalu seorang murid sengaja kentut dengan suara keras untuk memicu kegaduhan. Tapi Dahlan tidak marah malah memberi kesempatan murud lainnya jika ingin kentut sebelum pelajaran dimulai. Lalu Dahlan mengajarkan ketauhidan yang dimulai dari issue kentut tadi. Murid-murid tak menyangka guru baru itu berilmu pengetahuan luas, dan para pengawas sekolah menyetujui Dahlan mengjar tetap di sana. Keputusan menjadi anggota Boedi Utomo, mengajar di sekolah pemerintah meluaskan issue Dahlan sesat dan kafir hingga langgarnya dirobohkan. Dahlan terpukul dan memutuskan hijrah sekeluarga tetapi akhirnya mampu dicegah kakaknya dengan mengingatkan bahwa tugas pemimpin adalah memimpin dan takkan pernah meninggalkan yang dipimpinnya sebagaimana Nabi Muhammad. Dahlan akhirnya sadar dan memutuskan membangun kembali langgarnya dengan bantuan kakak dan tabungan istrinya. Keren kan..... dalam Islam itu, sesama muslim bersaudara dan harus selalu saling nasehat menasehati sebagaimana yang terkandung dalam Surah Al Ashr ayat 3. Siti  Walidah pun membesarkan hati suaminya bahwa dia memang istimewa dan berbeda dengan para pria pada umumnya karena itu ia memilihnya dan memutuskan menunggu kepulangannya saat belajar ke Mekkah. Begitulah suami istri saling menjaga dan mendukung satu sama lain untuk kepentingan yang lebih besar. Istri adalah pengingat dan pendorong suami bukan pihak yang justru menjerumuskan suami untuk melakukan korupsi seperti banyak kasus yang terjadi saat ini. 

Dahlan selalu menekankan murid-muridnya untuk mempelajari surah Al Ma'un yang artinya Barang yang berguna. Surah ini mengandung ajaran bahwa orang-orang yang mendustakan agma adalah orang yang tidak memperhatikan anak yatim, menolong orang miskin, menolong orang yang membutuhkan pertolongan. bahkan jika ia salat salatnya menjadi sia-sia karena suka berbuat riya (pamer kekayaan) dan tidak menolong orang lain dengan barang yang berguna. Dahlan menekankan pentingnya menolong anak yatim dan orang miskin dan mengelola dana sedekah dan wakaf dari para anggota dengan maanah. Dahlan dan para santri kerap membagikan makanan pada rakyat miskin. 

Untuk semakin memperkuat kegiatannya Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah yang didukung oleh Boedi Oetomo karena keduanya memiliki visi yang sama bekerja untuk kepentingan masyarakat. Dahlan membuka sekolah di rumahnya dengan menggunakan meja dan kursi ala sekolah Belanda yang dengan picik dituduh para Kyai sebagai kafir karena menggunakan barang-barang orang kafir bahkan memainkan biola musik orang kafir. Namun KH Ahmad Dahlan dan para santrinya tak gentar berjuang memperkuat Muhammadiyah yang artinya Para Pengikut Nabi Muhammad Saw. Dan untunglah Raja Hamengkubuwono VII yang saat itu bertahta mendukung upayanya dan meminta anak buahnya membantu pengurusan ijin mUhammadiyah yang ditolak Kyai Kepala Masjid Kauman. Setelah disaranai dan diadakan pembicaraan dari hati ke hati akhirnya Muhammadiyah tumbuh semakin besar menjadi organisasi modern yang bertujuan membantu ummat serta meningkatkan pendidikan dan keimanan generasi muda. Pesan KH Ahmad Dahlan yang paling diingat dan dilestarikan para anggota Muhammadiyah adalah ."Hidupkanlah Muhammadiyah dan Jangan Mencari Hidup dari Muhammadiyah." 

Itulah kisah KH Ahmad Dahlan sosok yang bisa kita jadikan teladan. Jikalau tak ada pemikiran dan action besar beliau yang mendirikan Muhammadiyah takkan pernah kita lihat Muhammadiyah organisasi islam modern yang dikelola secara profesional, dimana Almarhun bahkan tidak memperkenankan adanya nepotisme sebagaimana tradisi pesantren di mana anak menggantikan bapak dan seterusnya. Muhammadiyah adalah organisasi milik ummat sehingga kepemimpinannya pun didasarkan kapabilitas dan atas pilihan ummat itu sebabnya Muhammadiyah berkembang pesat menjadi organisasi beranggotakan 60 juta orang, memiliki Rumah sakit, klinik, masjid, sekolah dalam berbagai jenjang hingga perguruan tinggi dari Sabang sampai Merauke bahkan berkiprah hingga ke luar negeri dalam kegiatan sosial dan pendidikan. Muhammdaiyah membuka mata bahwa beribadah bukan hanya mengkaji isi Al Quran, hadist atau kitab kuning tapi kegiatan sosial kemasyarakatan yang mendatangkan kemanfaatan yang menjadikan Islam makin maju, modrn dan berkembang juga bagian dari ibadah.

Saya pribadi salut pada Hanung, Pak Raam, dan seluruh orang yang berdedikasi pada pembuatan film ini. Karena film dengan banyak pesan membangun seperti inilah yang harus banyak kita sampaikan pada generasi muda tanah air agar memiliki karakter yang baik, yang bercita-cita tinggi, yang tak hanya memperjuangkan kepentingan pribadi tapi juga kepentingan ummat, yang tak panteng menyerah menggapai cita-cita dan mendasarkan pemikiran dan tindakannya berdasar  Qur'an dan hadist. Semoga postingan ini menjadi pengingat kita agar menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu menjadi gteladan generasi berikutnya. Amiin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun