Ketika sebuah message What apps dari Mbak Muthiah, salah satu Kompasianer senior mampir di hapeku langsung kubuka. Ternyata Undangan untuk turut berpartisipasi dalam acara "10 Tahun Thamrin Dahlan Berkarya" yang diadakan di Coffe Toffe Depok. Tanpa banyak pertimbangan aku langsung mengiyakan. Langsung kuatur jadwal agar tak ada bentrok acara di hari itu.
Pertama, yang mengundang adalah Pak Thamrin Dahlan, salah satu Kompasianer yang sangat dihormati oleh sesama. Beliau adalah orang kedua paling produktif di Kompasiana setelah Pak Tjipta. Saya sudah mengenali tulisan-tulisan beliau yang wira wiri masuk headline dan piihan. Ini yang membanggakan.Â
Bahwa para senior Kompasianer adalah sosok-sosak yang bisa dijadikan teladan bagi yuniornya. Penulis seperti Pak Thamrin Dahlan, Pak Tjipta, Syaiful Harahap, Thamrin Sonata (almarhum), Yon Bayu, Isson Khairul dan Muthiah Alhasani adalah penulis-penulis senior yang memiliki ciri khas masing=masing. Baik dalam pemilihan topik, pemilihan kata, gaya bahasa yang ketika kita baca, kita bisa meraba siapa penulisnya.Â
Tulisan mereka informatif dan bermanfaat, jadi kita mendapat suatu hal yang bermanfaat saat membacanya. Saya menghormati para penulis yang menjaga marwahnya sebagai penulis, bukan penghamba click bait yang heboh pada judul tapi dangkal dalam isi.Â
Sososk-sosk penulis inspiratif inilah yang memiliki para pembaca setia, yang menunggu tulisan selanjutnya untuk diposting dan dengan sukarela menyebarkan saat kita merasa informasi yang diberikan menarik atau bermanfaat bagi yang lain.Â
Kurang lengkap apa coba paketnya? Ya..setelah pertemuan di sebuah kafe di Margonda pula akhirnya kita akhiri dengan acara dendang bersama. Suaranya mantap terutama saat menyanyikan lagu-lagu Melayu.Â
Ketiga, sudah lama saya menginginkan adanya pertemuan para Kompasianer. Saya merindukan bercengkerama. Untuk sekedar menjadi intermezzo di tengah kesibukan melaksankan tugas kantor. I need a rest. Menyegarkan kembali jiwa yang lelah dan lama terkurung setelah era pandemi Covid 19 dimulai.
Kopdar, Nangkring adalah hal-hal yang menyenangkan saat menjadi Kompasianer dimana kita bisa berbagi informasi, membangun relasi dan merawat silaturahmi untuk mendapatkan lebih banyak lagi inspirasi.
Keempat, jujur saya kepo berat kalau pakai bahasa bocah sekarang. Gila juga ya...seorang Kompasianer bisa mengadakan acara syukuran untuk merayakan satu dekade berkarya. Saya yakin, kalau penulisnya bukan orang produktif dan benar-benar concern terhadap dedikasi menulis ga  akan deh bikin acara begini.Â
Langsung bercermin ke diri sendiri ternyata saya masuk gong senior juga nih sudah 10 tahun jadi Kompasianer tapi artikel yang dibuat ga ada seperempat karya beliau. hihi..malu kaaan.Â
Walaupun harus bersyukur juga dari menulis ini sempat beberapa kali menjadi juara lomba, lumayanlaah dapat tambahan rejeki, beli hape ga usah beli sendiri, liburan ke bali dibayarin di hotel bintang lima lagi, lalu nulis ini terbukti membantuku dalam bekerja juga. Â
Jadilah segera saya meluncur ke lokasi. Rupanya teman-teman Kompasianer telah hadir jauh sebelum waktu acara dimulai hal ini bisa mengindikasikan antusiasme kami semua dalam acara 10 Tahun Thamrin Dahlan Berkarya.Â
Setelah melewati acara temu kangen dan ngobrol gayeng sana sini disertai menyesap kopi dan kudapan maka acara pun dimulai. pada intinya Thamrin Dahlan mengungkapkan jika beliau tidak ingin maju sendirian sebagai penulis.Â
Beliau mengajak kami semua para Kompasianer untuk tak berpuas diri berhenti menjadi Kompasianer saja. Tapi harus lebih dari itu.  Penulis harus mampu menelurkan karya  berupa buku!Â
Buku adalah mahkota para penulis, kata Pak Thamrin mengingatkan, mencoba membangkitkan jiwa-jiwa para penulis yang sedang mati suri termasuk saya hehe.....Dan syukur-syukur karya tersebut menjadi fenomenal dan bisa abadi dan mewarnai kehidupan dan menginspirasi banyak insan.Â
Selama 10 tahun berkarya di Kompasiana, Thamrin Dahlan telah menulis sebanyak 2.750 artikel dan menerbitkan 30 buku. Wow..kereen! Â langsung hati kecilku tanya, Shita sudah nulis berapa artikel? Ketonjok abiss!!
Acara dimulai dengan sambutan dari penyelenggara yaitu Pak Thamrin Dahlan yang diikuti sambutan dari para senior Kompasiana. Acara gayeng, rukun dan akrab. Ada acara pembagian buku dan tanda tangan langsung oleh penulis. Coba hitung...dari sekian banyak buku yang kita miliki berapa sih yang dapat tanda tangan asli  penulisnya?
Pada kesempatan ini Pak Tahmrin Dahlan memperkenalkan Yayasan  Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) yang memiliki tujuan mulia yaitu membantu para penulis menguruskan pembuatan ISBN sehingga karya kita akan terindeks di lPerpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) sehingga tidak akan ada orang yang akan mencatut karyamu karena sudah memiliki identitas yang diakui secara nasional melalui ISBN.Â
Dan satu hal lagi, untuk mendorong minta para penulis agar mau menerbitkan karya dan berISBN Pak Thamrin bahkan menggratiskan biaya cetak buku master bagi sang penulis. Keren ya..!Â
Ratu Klainyamat yang merupakan adik Sunan Prawoto Sultan Demak berhasil mengusir Portugis memasuki wilayah Jawa. Sehingga dalam sejarah tercatat Portugis hanya sempat bercokol di sebuah pulau kecil di luar wilayah Jepara kalau tidak salah Pulau Mandalika dan kemudian setelah terdesak mundur lalu menguasai Timor Leste.Â
Ada andil besar Ratu Kalinyamat dalam mengusir penjajahan Portugis di tanah Jawa. sayang hingga sekarang usulan untuk menjadikannya pahlawan nasional belum terwujud. (Padahal ada dua tokoh dengan mudah mendapat bintang jasa tanpa saya tahu jasanya di bidang apa. Mungkin saya saja yang kudet ya hehe...).Â
Tapi kita kan tidak tahu..siapa tahu mungkin novel ini akan menginspirasi sutradara untuk membuat film tentnag Ratu Kalinyamat? Saya mau telusuri ke penerbitnya kemana karya saya sekarang? Semoga setelah pencarian ini berhasil, bisa saya terbitkan ulang  melalui YPTD. Semangat  ah...biar punya mahkota sebagai penulis juga!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H