Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Berbicara Dalam Keheningan Musik di "The Silence Of Music"

26 Mei 2020   20:23 Diperbarui: 27 Mei 2020   18:52 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang pernah mengalami masa “gelap gulita” dalam hidupnya. Entah karena kehilangan orang yang dicintai, masalah dalam kesehatan, gagalnya pencapaian hidup yang telah diusahakan dengan sepenuh jiwa, dan sebagainya.

Seperti halnya buku, film yang baik adalah makanan bagi jiwa yang sedang gulita. Dengan membaca, kita belajar menghayati, memahani, menelusuri apa yang menjadi pemikiran, perasaan dan keinginan dari penulis yang disajikannya pada kita.

Imajinasi kitalah yang akan membantu merealisasikannya dalam pikiran. Maka referensi dan pengalaman hidup kita akan turut membantu mewujudkan realitas maya yang dihasilkan dari membaca.

Sehingga imajinasi akan terbentuk berbeda pada orang yang memiliki segudang pengalaman hidup dibanding yang kurang memiliki wawasan. Seliar dan se-absurd realita yang diciptakan pikiran, sepenuhnya menjadi hak prerogatif pembaca.

Mengapa film juga bisa menjadi makanan bagi jiwa?

Tentu saja, jika yang kita pilih adalah film-film yang memberikan pembelajaran hidup. Film-film yang menginsipirasi para penontonnya untuk berbuat yang sama dengan yang ditayangkan dalam film tersebut.

Sebagai ibu dan juga pernah menjadi guru, film menjadi salah satu alat untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan pada anak dan siswa tanpa terasa membosankan dan bersikap menggurui.

Film yang menciptakan cerita indah tentang perjuangan hidup, tentang cinta pada apa yang dijalankan, tentang sejarah, tentang misteri, tentang kebersamaan, persahabatan, tentang hidup.  Semua itu menjadi materi pembelajaran dan bekal hidup bagi anak-anak kita.

Tak hanya film baru, banyak film di tahun-tahun sebelumnya yang juga “worth it” untuk dinikmati karena bagusnya pesan yang disampaikan. Jadi, kita tak perlu terpaku hanya pada bioskop untuk menonton film.

Banyak film-film bagus yang bisa kita nikmati melalui saluran yang berbeda. Salah satunya  melalui tayangan streaming  Mola TV. Salah satu film indah yang bisa kita nikmati adalah “The Music of Silence”. 

Film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton karena merupakan film biografi dari salah satu penyanyi opera terbaik dunia, Andrea Bocelli, yang mengalami kebutaan sejak kecil karena penyakit glukoma.

Andrea Bocelli disejajarkan dengan tiga dewa musik opera dunia, The Three Tenors, yaitu Luciano Pavarotti, Jose Carreras dan Placido Dominggo. Ia dijuluki The Fourth Tenor, Tenor terbaik keempat.

Suaranya yang jernih, mengalunkan lagu-lagu opera, menyentuh jiwa pendengarnya hingga Celine dion, salah satu penyanyi yang pernah berduet dengannya menjulukinya “suara emas Tuhan”.

Lagu-lagunya hingga sekarang masih bisa dinikmati diantaranya “The Prayer”, “Time to Say Goodbye”, dan “Canto della Terra”, dan yang lainnya.

https://hollywoodlife.com/pics/the-music-of-silence-movie-photos/
https://hollywoodlife.com/pics/the-music-of-silence-movie-photos/
Sinopsis

Cerita berkisah tentang perjalanan hidup sang maestro opera, Andrea Bocelli yang dilahirkan di Tuscany, Italia pada 22 September 1958 dengan nama Amos Bardi. Terlahir dari keluarga petani yang mapan, karena rata-rata petani Eropa hidupnya berkecukupan, mereka memiliki lahan yang luas lengkap dengan alat-alat pertaniannya.

Kelahiran anak pertama dan laki-laki tentu memberikan kebahagiaan yang luar biasa bagi keluarga ini. Namun sayang, Amos menderita kelainan mata sejak masih bayi dan dia harus menjalani beberapa kali operasi untuk pengobatan matanya.

Namun, dokter menyarankan agar Amos bersekolah di sekolah khusus tunanetra agar bisa belajar dengan menggunakan huruf braille.

Meskipun awalnya ia tak menyukai sekolahnya, namun justru disekolah itulah Amos menemukan jati dirinya ketika guru musik yang mengajarnya memintanya untuk menyanyi sendiri dan dengan terharu mengatakan, “Aku tak pernah mendengar suara seindah ini.”

Amos yang di awal hidupnya kecewa hingga menggugat keberadaan Tuhan, akhirnya bisa menerima kondisinya.

Maka, mulailah ia mengembangkan dirinya. Sang Paman, yang sangat memahami Amos, membantunya meniti karir melalui berbagai kompetisi dan mencarikan ruang agar suaranya bisa dinikmati banyak orang.

Meski sempat panik karena terjadi perubahan suara karena hormon pertumbuhan, Amos akhirnya menyadari bahwa ia takkan bisa menjadi seseorang yang berarti jika bukan karena usahanya sendiri.

Maka mulailah ia berlatih keras di bawah bimbingan maestro musik tenor dengan disiplin dan sepenuh hati. Selain memantapkan jalur musik opera sebagai sarana eksistensi diri, Amos Bardi juga belajar hukum dan mendapat gelar doktor. Sungguh sebuah kisah perjuangan hidup yang sangat menginspirasi.

Film ini akan tepat ditonton bersama keluarga, sambil mendampingi anak-anak jika mereka kurang mengerti jalan ceritanya atau menemukan hal-hal yang kurang familiar seperti apa sih musik opera itu?

Atau setelah menonton film ini jadi ingin mengeksplorasi lebih jauh keindahan lagu-lagu opera bersama anak-anak tercinta. Dan streaming melalui Mola TV akan menjadi saluran yang tepat untuk menontonnya tanpa rasa kuatir ancaman pencurian data pribadi.

Watak Amos dalam film “The Music Of Silence.”

Beberapa watak positif Amos dalam film ini bisa kita sampaikan pada anak-anak saat kita ajak anak-anak berdiskusi setelah tayangan film berakhir.

Hernowo, seorang ahli pendidikan menyebutnya kegiatan mengikat makna. Anak akan kita minta menceritakan kembali isi cerita dan apa saja hal-hal baik yang bisa dijadikan teladan darinya, Di antaranya adalah,

Amos adalah seorang yang tahu akan dirinya sendiri

Saat di rumah sakit setelah operasi mata, ibunya langsung menemukan fakta bahwa anaknya yang saat itu berusia 3 tahun sangat menyukai musik opera.

Ia menjadi tenang saat mendengarkan musik opera di kamar sebelahnya. Dan ketika anak-anak sering berubah-ubah saat ditanya tentang cita-citanya, Amos menjelang tidur ditanya temannya saat di sekolah tuna netra apa cita-citanya.

Ia, dengan penuh keyakinan menjawab, “Aku ingin menjadi penyanyi opera terkenal dunia.”

Amos seorang yang gigih dalam mengejar cita-cita

Ketika suaranya berubah karena hormon, Amos memantapkan diri mencari guru terbaik untuk menggemblengnya. Ia belajar teknik menyanyi, menjalani gaya hidup sehat, berdisiplin dalam latihan dan menahan diri untuk tidak banyak berbicara, serta berlatih terus untuk menjadi penyanyi opera yang terbaik.

Amos bertekad menjadi yang terbaik meski bukan dalam kondisi terbaik.

Amos tahu bahwa kebutaan dapat menghalangi cita-citanya. Karena itu mencoba berbagai hal tanpa bantuan orang lain.

Ia ingin mengandalkan dirinya sendiri. Saat ia berhasil naik kuda tanpa bantuan siapapun. Ia berani mencemplungkan dirinya ke laut meski sadar ada bahaya.

Ketika ayahnya marah mengingatkannya untuk lebih berhati-hati karena ia buta, Amos berkata, "Ketika orang lain berjalan aku harus mendaki gunung. Jika orang lain menunggang kuda, aku harus menunggang harimau. Karena jalanku ke depan tak akan mudah.”

Amos tahu berterima kasih

Amos tahu bahwa pamannya adalah orang yang mendorongnya mencintai musik, memberinya wawasan tentang musik dan mengerti emosinya yang berubah-ubah. Sejak kecil jika ia tak mau makan, ke rumah pamannya lah ia bisa makan sambal mendengarkan musik opera.

Pamannya juga mengenalkan pada lagu-lagu baru yang sedang hits dan para penyanyinya serta mendorongnya ikut berkompetisi menyanyi. Amos menyatakan rasa terima kasihnya dengan menyanyikan lagu “O Sole Mio” (you Are My Sun) yang dipersembahkan bagi pamannya.

Amos luwes dalam pergaulan dan berwawasan luas.

Ketika ia telah menjadi penyanyi opera pun, Amos tak puas sampai di situ. Ia melakukan pencapaian lainnya dengan kuliah hukum hingga mendapat gelar doktor di bidang hukum.

Tak cukup terkenal di Italia, ia juga mengembangkan sayap ke Amerika, pusat musik dunia yang membuatnya bekerja sama dengan David Foster dan Celine Dion.

Indahnya Italia Dalam jalinan Cerita

Sebagai seorang yang menyukai jalan-jalan dan menjelajah berbagai belahan dunia serta pernah berkunjung ke Italia dalam waktu lumayan lama, film ini sangat mengobati kerinduan akan Italia.

Apalagi dengan latar belakang Tuscany, kota cantik yang sering menjadi latar film seperti The Gladiator dan menjadi latar belakang salah satu klip lagu Raisa juga.

Dengan jajaran gedung-gedung tua cantik yang terawat, Duomo-duomo dan alunan lagu-lagu opera menambah indahnya film ini. Dan membuatku beberapa kali meneteskan air mata.

Kita bisa menyaksikan “The Music of Silence” di Mola TV Movies dengan mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota Mola TV. Setelah subscribe, maka kita bisa langsung menyaksikannya via aplikasi mobile di smartphone atau laptop.

Cobalah, dan kita akan menemukan banyaknya pilihan film, untuk keluarga, remaja, maupun dewasa dari berbagai genre. Karena masih dalam suasana Covid-19, Mola TV juga memiliki program donasi melawan Corona. Yuk.. Selain tambah wawasan, kita ikutan juga jadi pejuang Covid-19!

https://www.classicjourneys.com/tuscanyculinary/
https://www.classicjourneys.com/tuscanyculinary/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun