Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bebek Cak Koting, Mengobati Nostalgia Saat Jadi Mahasiswa di Jogja

22 Juni 2018   17:58 Diperbarui: 22 Juni 2018   18:24 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang juga menyenangkan dari Lebaran adalah libur panjang. Yeay....!!

Dan seperti tahun lalu, tahun ini bersama keluarga adek kami kembali menikmati liburan di Jogja. Mengingat bahwa Jogja itu selalu ngangeni dan istimewa. Tentu saja liburan ke Jogja dijalankan setelah segala kewajiban pada orang tua dan kerabat serta lingkungan sekitar saat mudik sudah ditunaikan. Setelah melakukan kunjungan rutin ke Klaten, perjalanan dilanjutkan ke Jogja. Anak-anak antusias emaknya juga meski jalur Jogja klatn memang padat. Berkat teknologi kita mencari jalan alternatif menghindari kemacetan. Hotl telah dibooking jauh-jauh hari untuk memastikan mendapat hotel yang nyaman dan sesuai dengan ekspekstasi anak-anak. Dekat mal, ada kolam renangnyanya, pake whirphool (ini sih selera si emak yang suka berendam di air hangat malas-malasan) dan breakfastnya harus berkualitas juga kamarnya luas, bersih, nyaman dan di lantai atas supaya view pagi hari terekpose jelas. 

Jogja itu punya semua syarat untuk jadi tempat liburan yang asik, dengan mengesampingkan kemacetannya ya... Banyak museum yang menarik seperti Ulen Sentalu dan Museum Affandi, tempat bersejarah seperti Candi Prambanan, Boko, Pawon juga Keraton Yogyakarta, petilasan Ki Ageng Mangir (yang akan diceritakan nanti) dan Masjid-masjid kuno sarat nilai sejarah. 

Jogja juga dikenal dengan wisata eksplorasi alam. Dari pantai-pantainya yg cantik berpasir putih macam Indrayati dan Kakap, makan sea food segar di Baron, atau mengikuti lava tour Merapi yang menantang adrenalin dan mengingatkan betapa absurd waktu kematian itu. ia bisa datang kapan saja. Jogja adalah soal hati. 

Yang tak kalah asik adalah wisata kuliner. Seperti Bandung, warga Jogja sangat kreatif mengolah rasa. Dari yang otentik tradisional sampai Ayam Goreng Mbah Cemplung hingga yang kontemporer macam kopi joss, sate klathak, Tengkleng Gajah dll.

Selain itu,...karena pernah tinggal sebagai mahasiswa di kampus biru Universitas Gadjah Mada saya juga jadi bernostalgia dengan kenangan lama. Cieee... Maka jl. kaliurang, balairung, Sop SGPC, Balai Sabha Pramana wajib disambangi. Meski kini UGM tak serimbun dulu dimana jejeran pohon cemara di Boulevard sempat menjadi ikon UGM  kini sudah hilang ditebang. Dan Jogja sekarang panaaas...! Tapi tetap saja Jogja itu ngangeni. Seperti rumah yang membesarkan kita. Selalu ingin pulang. Lagi..lagi..dan lagi...

Ah ya...semua tempat-tempat yang diabsen di atas sudah dikunjungi. Ada empat tempat kuliner yang sebenarnya berencana untuk dikunjungi. Yang pertama House of Raminten. tapi dipastikan rame bukan main di peak season lebaran begini. Pempek Ny. Kamto belakang Toserba Rame yang gurih mak nyus dengan kuah cuko yang sangat menggiurkan batal dilakukan karena si abang sopir a.k.a om Tommy tak mau mengarungi kemacetan menembus Malioboro. Fine! Yang ke tiga...mau ke Kopi Klothok di Kaliurang sono tapi lagi-lagi si abang sopir ini crwet kali lah..tak mau dia sedikiit bermacet-macet ria untuk menikmati makan sayur lodeh dan ngopi di tepi sawah. "Kita kan rumahnya udah deket sawah. Jauh-jauh ke Jogja cuma mau makan di sawah." Fix..! Ini orang harus dimaklumi karena ga punya waktu buat bermedsos ria jadi ga paham apa yang sedang happening di luar dunianya. Jadi.....satu-satunya yang tersisa adalah...kembali mengarungi masa lalu di mana kami berdua pernah menikmati Jogja. Sudah lama saya pingin menikmati lagi bebek Cak Koting depan bioskop Mataram yang dulu ada di emperan toko di bawah fly over. Apa masih seenak dulu ketika masih lugu,..wagu..dan ga punya doku?

Well...sekali ini pak sopir manut karena diiming-imingi cerita legendaris bebek Cak Koting dengan sambalnya yang super hot. Maklum..dari kecil kami berdua penggemar makanan super pedas yang harus nampol kalau dimakan. Jadilah bersama para buntut yang "kemriyek" karena sudah kelaparan di mobil mereka semua berulah tak sabar menahan kemacetan. Setelah perjalanan sekitar 45 menit dari hotel tempat kami menginap,...sampailah kita ke bebek Cak Koting.

pengunjung sangat ramai sampai ke depan ruko-ruko di sebelahnya
pengunjung sangat ramai sampai ke depan ruko-ruko di sebelahnya
Oh la..la..tampilannya sudah beda. Sudah tidak gaya lesehan di tikar lagi tapi sudah punya tempat sendiri. Bangunan berlantai dua yang tak banyak dekorasi instagrammabl namun membuat banyak pengunjung datang memenuhi kursi-kursi yang disediakan. Dengan cekatan (maklum orang Jakarta..) aku berhasil mendapatkan tempat duduk untuk kami berdelapan. Di dinding terpampang foto-foto para selebriti dan tokoh-tokoh yang pernah menikmati enaknya bebek di kedai Cak Koting. Ada Yaya Raisa ( hehehe)...mantan saingan beratku untuk mendapatkan Babang Hamish, ada Irwan mantan model era jadul, ada Cak Nun dan Novia Kolopaking, ada Lukman Sardi, Tara Budiman de el..el. 

Pilihan menu di Cak Koting juga lebih bervariasi sekarang. Bebknya tak hanya digorng tapi ada versi bakar juga. Ada ayam, lele, nila dan daging. Rata-rata dengan harga terjangkau antara 25.000 hingga 75.000 an perporsi (ini untuk ikan besar) dan minuman mainstream kedai lamongan seperti teh gula batu (recommended) karena tehnya enak. Ada jeruk panas dan dingin, serta aneka jus dengan harga tejangkau. Ada juga menu pendamping sperti ca kangkung, oseng daun pepaya dan aneka lalapan sperti kol dan terong goreng. Pelayannya sangat cepat dan cekatan meski pngunjung rame banget. Jadi kita ga perlu manggil berkali-kali buat ngingetin kapan mereka datang bawa pesanan atau sampai kita ketiduran hehe...

cak-koting-3-5b2cd568ab12ae3bc0601692.jpeg
cak-koting-3-5b2cd568ab12ae3bc0601692.jpeg
Bebek cak Koting ukurannya besar. Puas kalau dimakan sendirian. Dagingnya empuk tapi masih original rasa daging. Bukan empuk yang diobat atau dipresto yang menghilangkan rasa khas daging bebek. Untuk daging bebek goreng (recommended) sudah dilengkapi lalap terancam yang sedap dan sambal. Begitupun bebek bakarnya. Dilengkapi lalap, kuah untuk di siram di atas bebek dan sambal terasi yang anjay pedasnya.... Padahal sudah pede minta 2 porsi sambal terasi karena memang rasanya enak banget tapi mulut dan perut meronta-ronta tak kuat menahan kepedasannya...padahal biasanya cincaylah buat saya menghabiskan brbagai jenis sambal. Tapi kali ini give up..! Cuma bisa ngabisisn satu sambal dan itupun keesokan harinya saya harus ke toilet 6 kali dengan perut melilit-lilit untuk mengeluarkan kepedihan dan kepedasan hehe....

Apakah saya puas? Tentu saja.... ! Apalagi anak-anak makan dengan lahap tak bersisa. Keinginan memenuhi nostalgia belasan tahun yang lalu untuk makan bebek kenangan sambil mengenang mantan (eh..) sudah terpenuhi. Kebutuhan review makanan untuk mempertegas eksistnsi sebagai blogger sudah terpnuhi dan saat kita bayar....jreng...!!! harganya sungguh bersahabat. Ga rugi makan di sini. Makanya Mbak Yaya juga mau makan di sini. Kita selevel kan ya..... hehehe... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun