Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kayu Putih Aromatherapy, Aroma dan Kehangatannya Isi Hidup Setiap Waktu

18 Oktober 2016   09:49 Diperbarui: 18 Oktober 2016   10:10 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa produk yang takkan pernah hilang dari ingatan karena kita mengenalnya sejak kecil, kita memakainya dan menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari. Produk yang akhirnya tak hanya kita lihat sebagai benda, melainkan menjadi sebuah perlambang ingatan akan peristiwa-peristiwa yang kita lalui sepanjang hidup. Ada beberapa produk yang akan selalu menjangkarkan ingatan kita pada hal-hal buruk namun ada pula produk yang ketika kita melihat wujudnya, ketika kita tak sengaja menghirup aromanya, lalu ingatan-ingatan indah itu membuka, berjejalan di depan mata,  menimbulkan rasa bahagia.

Begitupun minyak kayu putih cap lang buatku. Aku, yang kecilnya sering sakit, tak bisa lepas dari pemakaian minyak kayu putih. Dari perut kembung, pilek, pusing, alergi yang membuat setiap pagi hidung meler tanpa henti Cuma bisa dijinakkan dengan minyak kayu putih. Setiap malam sebelum tidur, ibu akan membalurkan minyak kayu putih di sepanjang punggung agar badan menjadi hangat dan dadaku terasa lapang untuk bernafas. Elusan lembut tangan ibu dan aroma kayu putih Cap Lang yang masuk di sela hidungku bercampur menciptakan bulir kenangan yang membahagiakan dan menyimpannya dengan rapi dalam memori. Ibu, di manapun di dunia adalah bahasa cinta, dan lewat kasih sayangnya kita melalui masa kecil setiap harinya dengan perasaan nyaman dan bahagia. Maka begitu pulalah aku memandang minyak kayu putih cap Lang, bagian dari perasaan hangat dan nyaman.

Begitu sudah besar, belajar di bangku kuliah, dunia makin terbuka lebar. Jauh dari keluarga membuatku seolah-olah jadi burung yang baru keluar dari sangkarnya. Horeee,…. Dunia indah! Dari anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah membaca buku, melihat dunia dari terjemahan gambar dan kata-kata, yang merasakan semangat petualangan dari kalimat di buku cerita akhirnya berkesempatan untuk kuliah jauh dari rumah. Dan memang itulah yang kuinginkan! Aku ingin berpetualang! Seperti Tin Tin dan Snowy, seperti Asterix dan Obelix, seperti kumpulan Lima Sekawan juga seperti putri-putri cantik yang melarikan diri dari kastil indahnya untuk mengejar impiannya. Aku ingin seperti itu.

Kesempatan itu terbuka lebar. Setelah kuliah, melihat betapa luasnya dunia, betapa banyaknya pilihan yang bisa kita kerjakan dan betapa beragamnya manusia dan peristiwa di sekitar kita. Teman dari berbagai latar belakang dan kegiatan-kegiatan mahasiswa yang menunggu kita lakukan. Tapi satu yang paling kuinginkan, menjelajah alam dengan mendaki gunung. Untunglah kami memiliki kakak-kakak mentor yang penuh dedikasi, bertanggung jawab terhadap menjaga keselamatan adik-adik pendaki pemula, mengajarkan mencintai dan menghormati alam dan menjaga tangan kita atau orang lain untuk tak merusaknya. Jangan bunuh apapun kecuali waktu, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, jangan ambil apapun kecuali foto. Kuingat itu sampai sekarang.

Aku suka sekali mendaki gunung. Di situ kami belajar persahabatan, kehangatan dan saling menghargai. Dari situ juga kita belajar berbagi apa yang kita makan, maka semua orang juga harus merasakannya, pantang menyerah sebelum puncak dikalahkan dan saling memperhatikan saat ada yang kehabisan tenanga, sakit dll. Dan kelemahanku saat cuaca dingin, pasti perutnya kembung dan terasa sebah dan dada jadi terasa sesak. Jadilah minyak kayu putih Cap Lang selalu masuk daftar list barang yang harus dibawa kalau naik gunung. Karena dengan membalurkan minyak di perut, angina langsung keluar menjadi gas alam hehe…. Dan kami kadang saling menyerang dengan gas alam. 

Saat dada dibaluri minyak kayu putih Cap Lang, jadi terasa lapang kembali. Sambil menghirup aromanya yang membaurkan bau mentol itu, hidung kembali mengembang, udara kembali masuk ke rongga hidung dan pernafasan kembali lancar.  Setelah istirahat sejenak (kalau tak bergerak lama jadi dingin hingga ke tulang), nafas kembali tenang dan tak lagi ngos-ngosan, perjalanan malam gelap gulita itu kami lanjutkan dengan saling berbincang dan berkirim kode koordinasi agar tahu posisi yang paling depan dan belakang. Berapa lama lagi ini kita sampai ke puncak? Saat rasa putus asa mulai terbit, dari tadi jalan kok tak juga sampai, pimpinan rombongan akan memberi jawaban lucu, tenaaaang…sak plintengan lagi!” sak plintengan adalah jarak yang ditempuh sebuah batu kecil ketika ditarik ketapel. Kita jadi semangat kembali, tapi kenyataannya perjalanan ternyata masih panjaaaaang hahaha… Tapi saat puncak gunung telah ditaklukkan, saling bergerombol mencari posisi menunggu Bagaskara terbit dari ufuk timur, lalu terang merahnya yang cantik itu perlahan-lahan menampakkan diri dari balik gunung. Sungguh indah. Dan hati kami bergetar karenanya. Keimanan menebal, rasa syukur bertambah dan kebahagiaan membuncah. Masa-masa naik gunung, adalah masa menyenangkan yang tak pernah bisa terhapus dari ingatan.  Dan minyak kayu putih Cap Lang adalah bagian yang tak terpisah dari proses pendewasaan saya, bagian dari ingatan yang membahagiakan.

Waktu berlalu, dah usia bertambah. Sebagaimana proses yang dilalui manusia pada umumnya, akhirnya menikah dan memiliki anak. Hidup rasanya menjadi lengkap. Menjadi ibu, membuatmu akan selalu bertanya pada diri sendiri saat akan melakukan sesuatu, apakah ini akan mempengaruhi hidup anakku? Setiap kali akan makan enak, yang diingat anaknya. Setiap pergi ke suatu tempat yang diingat anaknya, andai saja bisa membawa mereka serta…

Kebetulan kedua anak saya, keduanya laki-laki, ganteng, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung mewarisi gen tukang alergi dari mamanya. Ada debu pasti bersin tanpa henti, setiap pagi hidung meler, kalau cuaca dingin, hidung langsung mampet. Jadilah minyak kayu putih menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga sejak mereka kecil.

Dan acara balur membalur  yang dilakukan ibu di masa kecil itupun akhirnya kulakukan juga. Membalur seluruh punggung dengan sentuhan lembut penuh kasih sayang. Sambil si adek atau kakak berbaring manja di pangkuan dan mendengarkan tembang Jawa diperdengarkan. Kadang mereka bertanya, apa arti dari lagu yang kunyanyikan. Terkadang kegiatan membaluri punggung dan dada ini disertai obrolan orang tua dan anak, semacam pertanyaan kalau sudah besar mau jadi apa dek? Atau kadang adek bertanya, kalau ada teman yang nakal, aku harus bagaimana? Dan beberapa petuah yang disampaikan lewat cerita. 

Terkadang di tengah malam, Kakak terbangun karena hidungnya mampet. Langsung kusodorkan minyak kayu putih Cap Lang untuk dia hirup uapnya supaya hidungnya kembali lega dan setelah itu kubalur sekujur  dada. Lalu menenmaninya di tempat tidur samapi terpejam. Seorang ibu, sampai kapanpun takkan pernah menganggap anaknya membesar. Ia terperangkap dalam ingatan bahwa anaknya masihlah seorang bocah yang selalu membutuhkannya. Dan saya pun begitu, meski perasaan itu kadang harus dimanage karena ada saat kita harus menganggap anak telah dewasa, agar mampu bertanggungjawab pada hal yang dilakukannya.

Banyak hal-hal sederhana yang membuat hubungan ibu dan anak terpelihara dengan baik dan minyak kayu putih Cap Lang terselip kehadirannya di antara cerita. Kebiasaan mengucapkan kami saling sayang, kami saling merindukan setiap harinya, baik secara langsung maupun via telepon membuat hubungan kami tak pernah berjarak sebagai ibu dan anak.  Ashka dan Daffa tak pernah sungkan untuk memeluk dan menciumku saat akan berangkat sekolah, meski sudah bukan bocah lagi. Tak malu masih ingin bermanja minta disuapi, asalkan tidak setiap hari. Yang membuat mereka tetap merasa ibunya tetap ada dan dekat meski kadang terpisah jarak yang jauh dalam waktu yang tak sebentar.

Aku memasukkan minyak kayu putih dalam tas sekolahnya saat mereka sedang tak enak badan atau saat cuaca tak begitu baik supaya badan tetap fit yang bisa mereka gunakan saat di sekolah. Dengan cara itu mereka belajar aware terhadap badannya sendiri dan mandiri mengurus diri sendiri.

 Aku sendiripun punya cadangan minyak kayu putih yang banyak, baik di tempat tinggal maupun di tempat kerja. Biasanya ditaruh di atas meja kerja agar tak kesulitan mencari saat dibutuhkan. Suhu AC di kantor sering dipasang terlalu dingin, jadi aku dan teman-teman sekantor suka rame-rame memakai kayu putih bersama, bahkan terkadang sampai aromanya memenuhi ruangan kantor haha… Sambil saling mengusap badan dengan minyak kayu putih Cap Lang, kami berbincang akrab sambil menyeruput kopi atau the hangat bersama-sama. Suasana kekeluargaan pun tercipta. Bekerja lebih menyenangkan jadinya.

Saat masih menjadi guru wali kelas bocah-bocah ABG yang sekolahnya berasrama dan rata-rata berasal dari luar kota, guru adalah wakil para orang tua, tempat mereka kadang curhat dan bermanja-manja. Jika terjadi sesuatu pada mereka, kamilah tempat mengadu. Jika mereka merasa tak enak badanpun, kamilah tempat mereka bicara. Nah,..kalau ada anak yang demam atau tak enak badan, biasanya kusediakan secangkir the hangat, obat herbal pengusir masuk angin dan minyak kayu putih Cap Lang tentu saja. Karena merasa jadi ibu buat mereka, kulakukan juga kebiasaan ibu dulu, kuminta mereka membaluri punggung dan dadanya lalu menghirup aroma menthol eukaliptus yang terasa menenangkan, menemani, sambil berbincang karena saat sakit anak cenderung mellow dan jadi kangen orang tua. Jika ada kita di dekatnya, perasaan itu sedikit berkurang, karena merasa ada yang peduli saat ia sakit. Jika kondisi sudah agak membaik, menyuruh mereka beristirahat di ruang UKS. Dan sekolah pun selalu menyediakan minyak kayu putih Cap Lang yang sudah terpercaya reputasinya, sebagai bagian dari obat-obatan di ruang UKS.

cap lang aromatherapy, produk terbaru eagle group. Photo by Shita Rahutomo
cap lang aromatherapy, produk terbaru eagle group. Photo by Shita Rahutomo
Dan kini minyak kayu putih cap Lang melakukan inovasi dengan membuat empat aroma pilihan sebagai aromatherapy yaitu  rose dengan tutup merah, lavender dengan tutup ungu, greentea warna hijau dan aroma klasik eucalyptus hijau muda. Rose untuk therapy mood booster di pagi hari, memberikan efek semangat bekerja sepenuh hati jadi kita pun bekerja lebih produktif, lavender untuk relaksasi, memberi efek therapy yang menenangkan agar membantu badan kita beristirahat dengan lebih tenang di jam usai kerja, green tea untuk menyegarkan kembali pikiran yang mungkin sempat tak fokus dan uecaliptus yang digunakan saat badan letih, pegal-pegal atau masuk angin menyerang. Bisa buat kerokan bagi yang terbiasa, untuk mengurangi efek mual dan tak enak badan saat masuk angina.

Itulah ceritaku tentang kayu putih Cap lang yang telah menjadi bagiann dari hidupku selama bertahun-tahun.

17 Oktober 2016, Kuningan, South Jakarta

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti blog competition minyak kayu putih Cap Lang dengan tema ……           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun